Majukan Budaya dan Lestarikan Lingkungan Melalui Ekspedisi Batanghari
Untuk membangun kembali memori kolektif masyarakat tentang hubungan manusia dengan alam yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan
Untuk membangun kembali memori kolektif masyarakat tentang hubungan manusia dengan alam yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan salah satunya adalah Ekspedisi Batanghari.
Majukan Budaya dan Lestarikan Lingkungan Melalui Ekspedisi Batanghari
Guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hubungan kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan juga tentang pelestarian lingkungan untuk perkembangan peradaban masyarakat berkelanjutan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama 14 pemerintah daerah di Sumatera Barat dan Jambi kembali menggelar Kenduri Swarnabhumi 2023. Kenduri Swarnabhumi menjadi praktik baik dalam festival budaya berbasis sungai di Indonesia. Ekspedisi Batanghari yang dimulai pada 27 Juli sampai dengan 9 Agustus 2023 di sepanjang DAS (daerah aliran sungai) Batanghari, merupakan motor penggerak untuk merangkul serta mengingatkan kembali masyarakat tentang hubungan antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk perkembangan peradaban atau kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan, Ekspedisi Batanghari merupakan upaya untuk memberikan penyadaran kebijakan publik tentang pelestarian sungai berbasis budaya dan kontribusi terhadap peradaban selama ini.
-
Apa yang dicapai Kemendikbudristek lewat Festival ini? 'Saya mengapresiasi keberhasilan festival Kenduri Swarnabhumi yang kedua. Tentu capaian ini merupakan berkat hasil kerja keras dan juga kolaborasi berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pemajuan serta inovasi kebudayaan Indonesia, khususnya di ranah Melayu.'
-
Bagaimana Kemendikbudristek selenggarakan Festival ini? Festival Kenduri Swarnabhumi 2023 yang diselenggarakan di Provinsi Jambi resmi ditutup, Rabu (27/12). Mengangkat tema 'Cintai Budaya Kita Lestarikan Sungai, Cintai Sungai Kita Lestarikan Budaya', Kenduri Swarnabhumi berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hubungan kebudayaan dan pelestarian lingkungan sungai, dan juga sebaliknya yakni masa depan sungai terhadap kebudayaan yang lebih maju.
-
Kenapa Kemendikbudristek adakan festival ini? Sebagai festival yang bertujuan untuk menggali serta melestarikan identitas budaya Melayu khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, terselenggaranya Kenduri Swarnabhumi 2023 menjadi khazanah bagi kita semua untuk selalu mengingat kejayaan budaya Nusantara di tanah Melayu.
-
Apa yang dilakukan Karang Taruna Bakti Jaya Matahari Terbit? Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-77, kami selaku pemuda – pemudi yang tergabung dalam Karang Taruna Bakti Jaya Matahari Terbit, akan mengadakan acara pentas seni yang akan diselenggarakan pada: Hari/Tanggal : Rabu/17 Agustus 2022Waktu : 08.00 – SelesaiTempat : Lapangan Serbaguna Kelurahan Matahari Terbit
-
Gimana Kemendikbudristek dukung Balayei? Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menyampaikan, Kenduri Swarnabhumi bertujuan untuk reaktivasi kebudayaan-kebudayaan masyarakat Melayu khususnya yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungannya.
-
Bagaimana cara Banyuwangi menjaga kelestarian budaya dan alamnya? 'Anugerah Tuhan yang dilimpahkan ke Banyuwangi dengan bentang alamnya yang indah dan unik serta keragaman budayanya ini, akan terus kami lestarikan. Sembari terus kami kelola dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,' ungkap Ipuk.
Selain itu, Hilmar menambahkan, Ekspedisi Batanghari haruslah dinilai sebagai program gerakan bersama pemerintah pusat maupun daerah agar tumbuh kecintaan untuk merawat sekaligus menyebarluaskan tradisi, adat, serta budaya yang hidup di sepanjang aliran sungai Batanghari.
“Ekspedisi Batanghari dipandang penting sebagai wujud pemajuan kebudayaan sesuai UU Nomor 5 Tahun 2017 yang menginginkan agar segala keragaman, kekayaan budaya yang hidup dalam masyarakat Indonesia diakui, dihargai, serta dilestarikan,” ujar Hilmar, Rabu (27/7). Diungkapkan olehnya, dalam Eksepedisi Batanghari berlangsung proses alih pengetahuan sehingga generasi muda, khususnya di Sumatera Barat dan Jambi, dapat mengetahui potensi budaya Melayu sehingga lahir rasa untuk menjaganya.Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra menyampaikan, rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada Ekspedisi Batanghari meliputi seminar bertema kebudayaan dan lingkungan, bersih-bersih sungai, penanaman 10.000 bibit pohon, pelepasan 500.000 benih ikan, pembersihan area Candi Muaro Jambi, dan penanaman mangrove. Mahendra menjelaskan, pelaksanaan Ekspedisi Batanghari berlokasi di tujuh titik, dimulai dari Kawasan Candi Pulau Sawah Kabupaten Dharmasraya, Desa Cermin Alam Kab. Tebo, Benteng Tembesi Kab. Batanghari, Muaro Pijoan Kab. Muaro Jambi, Danau Sipin Kota Jambi, KCBN Muaro Jambi hingga terakhir di Desa Pangkalan Babu Kab. Tanjung Jabung Barat.
“Dalam perjalanan Ekspedisi Batanghari Kemendikbudristek melibatkan komunitas/aktivis budaya dan lingkungan tingkat lokal dan nasional, peneliti (arkeolog, sejarawan, ahli agronomi dan holtikultura, serta ahli perikanan dan budidaya), jurnalis, pelajar dan mahasiswa, Putri Indonesia Jambi tahun 2023, figur publik, serta masyarakat umum”, ucap Mahendra. Ekspedisi Batanghari juga didukung beberapa instansi dan komunitas antara lain; Universitas Jambi, Bank Indonesia, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Jambi, Balai Peningkatan Budi Daya Air Tawar Sungai Gelam Jambi, Polairud Polda Jambi, Indonesiana TV, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatra Barat, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi dan Bangka Belitung, Eiger Adventure, Mongabay, Eksotika Desa, River Defender, Kertabumi, Gerakan Muaro Jambi Bersakat (Muara Jambi), Sekolah sungai (MuaraJambi), EH jambi (Kota Jambi), Panorama Kuala Jambi (Tanjabtim), Pokdarwis Tungkal Satu (Tanjabbar), Perkumpulan Peduli Lingkungan (Dharmasraya). UKM Go Green UNJA (Kota Jambi), Ikatan Pemuda Pulau Punjung (Dharmasraya), KOMPASA (Tebo), Sanggar Seni Kuali Mas (Tebo), Akar Serumpun (Batanghari), Batanghari Heritage (Batanghari), dan Dwipanada. Mahendra mengemukakan, dalam perjalanan Ekspedisi Batanghari maka pemerintah pusat, daerah, dan kalangan masyarakat saling berkolaborasi untuk menggali kembali nilai-nilai peradaban di sepanjang aliran sungai dan aspek budaya yang dilahirkannya.