Tuai Pro dan Kontra, Ini Kata Pakar Terkait Hukuman Penjara Terhadap Anak Pelaku Perundungan di Cilacap
Kasus perundungan di Cilacap membuat publik geram. Namun pantaskah pelaku yang masih anak di bawah umur dipenjarakan?
Kasus perundungan di Cilacap membuat publik geram. Namun pantaskah pelaku yang masih anak di bawah umur dipenjarakan?
Tuai Pro dan Kontra, Ini Kata Pakar Terkait Hukuman Penjara Terhadap Anak Pelaku Perundungan di Cilacap
Kasus perundungan anak di Cilacap mendapat sorotan dari banyak pihak. Bahkan diketahui bahwa kasus ini juga mendapat sorotan dari UNESCO.
Kasus itu ibarat seperti puncak gunung es karena diperkirakan masih banyak bentuk maupun kasus perundungan lain di sekolah yang belum diketahui publik.
Masalahnya lagi, kasus perundungan itu menyeret anak di bawah umur yang secara hukum akan dikenai hukum peradilan anak yang berbeda dengan hukum peradilan dewasa. Dalam sistem peradilan itu, anak tetap berpotensi untuk dipenjara.
Namun hukuman penjara ini menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Ada pakar yang menyatakan bahwa tanggung jawab pidana ini tak hanya dibebankan kepada anak, bahkan orang tua dan pemerintah harus ikut bertanggung jawab
-
Apa yang dimaksud dengan bullying? Bullying atau perundungan salah satu masalah sosial yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja hingga dunia maya.
-
Bagaimana bullying tersebut terjadi? Dalam video tampak korban, AY (14), tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku. Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
-
Apa itu bullying? Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terus menerus.
-
Bagaimana cara mengatasi dampak bullying pada pelaku? Mereka cenderung mengembangkan perilaku agresif yang dapat berlanjut hingga dewasa, meningkatkan risiko terlibat dalam tindakan kriminal atau kekerasan lainnya. Selain itu, pelaku bullying sering kali memiliki masalah dalam membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan, baik secara pribadi maupun profesional. Mereka juga bisa mengalami masalah emosional dan psikologis seperti rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan merasa terisolasi dari lingkungan sosial mereka.
-
Apa saja jenis bullying yang umum terjadi? Jenis bullying tidak hanya terbatas pada verbal dan fisik saja. Selain verbal, yang meliputi penghinaan, ejekan, dan pelecehan lisan, serta fisik, yang melibatkan pemukulan, dorongan, atau tindakan kekerasan lainnya, ada juga bullying sosial dan cyberbullying.
Terkait kasus ini, pihak keluarga korban meminta keadilan terhadap polisi. Mereka berharap agar pelaku dapat dipenjara.
“Kalau misal ada undang-undangnya saya minta untuk dipenjarakan saja. Biar ada efek jera. Karena itu anak telah melakukan kejadian yang sangat brutal,”
kata Cici Mardianti, pihak keluarga korban.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah sosok pelaku yang merupakan siswa berprestasi. Diketahui bahwa pelaku merupakan juara dua lomba pencak silat tingkat kabupaten dan juara tiga lomba tilawah tingkat kecamatan. Hal inilah yang menjadi sorotan bagaimana sebuah lembaga pendidikan mendidik peserta didiknya.
“Yang menjadi fokus kita dalam dunia pendidikan itu bukan hanya ranah kognitif, namun bagaimana dia berempati. Nah ini kan masalahnya dia tidak berpikir bahwa apa yang dia lakukan akan menyakiti orang lain. Berarti empati terhadap orang lain minim sehingga yang terjadi adalah yang kita lihat saat ini,” kata Feriyansyah, pengamat pendidikan dari Kabid Litbang Pendidikan P2G.
Sementara itu konselor dan Founder Upajiwana, Nurcahyati, S.Psi, berpendapat kelakuan yang dimiliki anak juga merupakan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.
“Ini PR besar orang tua, bahwa sedari dulu berusaha menjalin relasi, membantu anak mengenali dirinya, meregulasi emosinya, bantu anak untuk bisa punya karakter yang baik. Melampiaskan emosi-emosi dengan cara yang suportif. Tidak membahayakan dirinya maupun orang lain,”
ujar Nurcahyati terkait tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.
- Ganjar Ungkap Cara Kembalikan Kepercayaan Publik pada Penegakan Hukum
- Akhirnya Terungkap, Ini Potret Azura Anak Kedua Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar yang Menggemaskan
- Selamatkan Anak Kucing yang Terjebak di Pipa, Aksi 3 Pemuda Ini Banjir Pujian
- Sikap Kapolri saat Seorang Anak Sedang Mendongeng Bikin Semua Jenderal Tertawa Ngakak
Nurcahyati menambahkan, pemerintah harus peduli terhadap kasus tersebut. Apalagi tidak semua kasus kenakalan remaja harus berakhir dengan hukuman penjara.
“Karena saya selalu percaya dan berkeyakinan bahwa tidak ada anak yang nakal, tidak ada anak yang bermasalah, kecuali kalau dasarnya dia mengalami psikopat,” kata Nurcahyati.
Nurcahyati berharap, kalau anak tersebut masih bisa dibina dan dibimbing agar ke depan memiliki kelakuan yang lebih baik, maka akan lebih baik agar dia tidak diberi hukuman penjara.