Ditetapkan sebagai Warisan Budaya, Ini Fakta Menarik Tahu Takwa dan Tenun Ikat Kediri
Tahu Takwa dan Tenun Ikat Kediri ditetapkan sebagai warisan budaya dan telah mendapat hak kekayaan intelektual. Tahu pertama kali masuk kediri pada 1929 saat
Tahu Takwa dan Tenun Ikat Kediri berhasil didaftarkan dalam Surat Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional (HAKI – KIK).
Tahu Takwa diakui dalam jenis pengetahuan tradisional "Kemahiran membuat kerajinan tradisional, makanan/minuman tradisional, moda transportasi tradisional". Sementara Tenun Ikat Kediri diakui dalam jenis ekspresi budaya tradisional "Seni rupa – dua dimensi, seni rupa – tiga dimensi".
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Kapan Kain Batik Besurek ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia? Pemerintah Indonesia sudah menetapkan kain ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2015 silam.
-
Bagaimana keragaman budaya di Indonesia menciptakan mozaik budaya yang unik? Dengan lebih dari 300 suku dan berbagai bahasa daerah, keberagaman ini menciptakan mozaik budaya yang unik.
-
Kapan contoh pantun nasihat menjadi bagian dari budaya Indonesia? Tidak bisa dipungkiti, pantun merupakan bagian dari sastra Nusantara ini juga menjadi bagian dari kekayaan budaya.
-
Mengapa Gereja Merah Kediri disebut sebagai cagar budaya? Gereja Immanuel Kediri telah diakui sebagai cagar budaya sejak 2005. Penetapan ini berdasarkan SK Menteri No. PM.12/PW.007/MKP/05.
-
Mengapa tari tradisional disebut sebagai wujud budaya daerah? Tari tradisional adalah wujud sebuah budaya di suatu daerah.
"Ini adalah pencapaian luar biasa yang patut kita syukuri bersama. Dengan paten HAKI – KIK ini, tentunya bentuk apresiasi pada para leluhur atau pendahulu yang telah mewariskan pada kita tinggalan budaya tahu takwa dan tenun ikat Kediri," tutur Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Kediri, Selasa (30/11/2021).
Harus Dirawat
Warisan budaya tersebut, imbuh Wali Kota Kediri, harus dirawat karena merupakan peninggalan leluhur yang jenius.
"Para pendahulu kita merupakan investor, para penemu yang jenius. Kita yang diwarisi warisan ini harus merawatnya, salah satunya dengan mematenkannya biar bisa terus dinikmati anak cucu," ungkap Mas Abu, sapaan akrabnya.
Menurut dia, paten HAKI – KIK menjadi senjata saat ada daerah lain yang hendak melakukan klaim pada Tahu Takwa dan Tenun Ikat Kediri.
"Agar tidak terjadi saling klaim dan rebutan, toh masing-masing daerah punya keunikan budaya masing-masing. Jadi kita hormati dengan bentuk paten yang resmi, biar negara yang mengakui melalui surat resmi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia," lanjutnya, dikutip dari Antara.
Upaya Mematenkan
©2020 Merdeka.com/kedirikota.go.id
Wali Kota Kediri mengaku upaya menuju paten HAKI – KIK sudah digagas sejak lama. Salah satunya melalui bentuk dukungan terhadap kegiatan tahunan Dhoho Street Fashion yang dipelopori Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Ferry Silviana Abu Bakar.
Banyak desainer nasional seperti Didiet Maulana, Lenny Agustin, Priyo Oktaviano, Hanni Hananto dan Era Soekamto diundang untuk membuat rancangan busana berbahan Tenun Ikat Kediri.
Pada tahun 2020, Dekranasda Kota Kediri juga meluncurkan buku "Tenun Ikat Kediri: Menjalin Harmoni, Menjaga Tradisi". Buku tersebut menjadi salah satu pendukung terbitnya HAKI – KIK.
Sementara itu, tahu adalah kuliner tertua yang diperkenalkan oleh etnis Tionghoa di Nusantara. Di Kota Kediri, tahu masuk pertama kali pada tahun 1929 saat armada Kubilai Khan merapat di Dermaga Sungai Brantas.
Suryatini N. Ganie dalam buku Dapur Naga di Indonesia menuliskan, "Saat mengunjungi Kediri, kami mendapati tempat berlabuhnya jung-jung Mongol di kota itu (yang) sampai hari ini masih disebut Jung Biru. Armada ini mempunyai jung-jung khusus untuk mengurus makanan tentara, termasuk satu yang khusus untuk menyimpan kacang kedelai dan membuat tahu”.