Kisah Wali Limo Ngawi, Pasukan Mesir yang Bantu Amankan Majapahit dari Serangan Lawan
Kisah Wali Limo Ngawi yang makamnya ditemukan di tepi sungai, sengaja didatangkan Sunan Kalijaga untuk membantu mengamankan Kerajaan Majapahit dari serangan lawan.
Kabupaten Ngawi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen, Jawa Tengah memiliki tokoh religi di masa silam yang dikenal dengan sebutan Wali Limo. Berdasarkan cerita tutur yang diyakini turun-temurun oleh masyarakat setempat, kelima tokoh agama itu dulunya datang langsung dari Mesir. Konon, mereka sengaja didatangkan dari Mesir ke Nusantara oleh Sunan Kalijaga, seperti dikutip dari YouTube TAJE TV.
Sunan Kalijaga sendiri mengundang pasukan Mesir itu untuk membantu menjaga keamanan Kerajaan Majapahit yang saat itu dipimpin Raja Brawijaya V. Tujuan Sunan Kalijaga mendatangkan pasukan Mesir itu ialah untuk menghalau Pangeran Udoro yang saat itu bakal membuat keonaran di Majapahit.
Merdeka.com tak berhasil menelusuri lebih jauh tentang sosok Wali Limo di Ngawi ini. Pasalnya, referensi yang ada sangat terbatas.
Makam Wali Limo
Kompleks pemakaman Wali Limo sendiri belum terlalu lama ditemukan keberadaannya, namun tidak diketahui pasti tahun penemuannya. Saat itu Gus Imam, seorang ulama dari Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang Jawa Timur mengaku telah bermimpi. Dalam mimpinya, ulama itu diminta membuka kembali makam lima waliyullah.
Gus Imam kemudian pergi ke Kabupaten Ngawi dan menemukan kompleks pemakaman Wali Limo di tepi anak sungai Desa Guyung, Kecamatan Gerih yang kondisinya terbengkalai.
Adapun Wali Limo yang makamnya berdampingan di Kabupaten Ngawi itu adalah:
Syekh Maulana Muhammad Al-Misri
Syekh Maulana Sahid Al-Mukti
Syakh Maulana Sahid Al-Bakir
Syekh Maulana Al-Ngalawi
Syekh Maulana Ahmad Muhammad
Makam Muhammad Nursalim
Selain Wali Limo, tokoh religi lain yang memiliki peran penting dalam sejarah Ngawi adalah Muhammad Nursalim. Dia adalah salah satu pasukan dari Pangeran Diponegoro yang ditugaskan untuk menggalang kekuatan di Ngawi. Dikutip dari laman Laduni.id, Muhammad Nursalim merupakan putra dari Kiai Maktub, seorang Tumenggung Rojo Niti.
Kisah akhir hidup Nursalim sangat akrab bagi masyarakat Kabupaten Ngawi. Saat itu, ia ditahan penjajah Belanda di sel yang berada di dalam Benteng Van Den Bosch (Benteng Pendem). Suatu hari, penjajah Belanda berniat membunuh Nursalim dengan menghujaninya peluru. Namun, tak ada satu pun peluru yang bersarang di tubuh Nursalim.
Pihak penjajah Belanda makin geram karena tidak bisa menumpas sosok kepercayaan Pangeran Diponegoro itu. Akhirnya mereka mengikat Nursalim dengan tali tambang dan menguburnya hidup-hidup di dekat sel di mana ia dipenjara dan disiksa.
Kini, makam Muhammad Nursalim di Benteng Pendem terpelihara dengan baik karena menjadi bagian dari program revitalisasi pemerintah pada tahun 2021 silam.