Lemah Peguron Probolinggo, Tempat Pejuang Menyepi Agar Kebal Tak Mempan Ditembak
Mbah Sujud dan Lemah Peguron di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat setempat. Pada zaman penjajahan, banyak pejuang yang datang ke Lemah Peguron untuk mencari kekebalan agar tak mempan ditembak musuh.
Mbah Sujud dan Lemah Peguron di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.
Menurut cerita tutur masyarakat setempat, Mbah Sujud adalah orang yang pertama babat alas mendirikan desa yang berpusat di Dukuh Krajan.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Kapan Bojonegoro menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Ada sejumlah daerah yang sempat menjadi Ibu Kota Jawa Timur selain Kota Surabaya. Daerah-daerah ini menjadi pusat pemerintahan Jatim sejak 11 November 1945 hingga 24 Desember 1949.
-
Siapa saja yang mendukung Prabowo-Gibran di Jawa Timur? Setidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut. Dua faktor pertama diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul. Pertama, pengaruh dari ulama dan para kyai sangat signifikan. "Kedua, dukungan tersirat dari Presiden Jokowi juga berperan penting," kata Gus Ipul dalam rilis survei tersebut.
-
Mengapa Aming dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Keluarga jadi salah satu faktor terpenting bagi seorang anak. Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Apa yang diraih pasangan Prabowo-Gibran di Jawa Tengah? Prabowo-Gibran meraih 53,07 persen suara di Jawa Tengah, adapun Ganjar-Mahfud 34,34 persen.
-
Mengapa elektabilitas Prabowo-Gibran meningkat di Jawa Timur? Setidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut. Dua faktor pertama diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul. Pertama, pengaruh dari ulama dan para kyai sangat signifikan. "Kedua, dukungan tersirat dari Presiden Jokowi juga berperan penting," kata Gus Ipul dalam rilis survei tersebut.
“Mulai kakek-nenek kami sudah disebut Mbah Sujud dan Lemah (tanah) Peguron,” demikian kesaksian salah satu sesepuh Dukuh Krajan, dikutip dari laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur.
Bahkan tidak hanya masyarakat Kabupaten Probolinggo, banyak warga dari luar daerah yang sengaja datang ke petilasan Mbah Sujud.
Tempat Pejuang Revolusi Menyepi
Mbah Sahat, salah seorang sesepuh Dukuh Krajan Kabupaten Probolinggo itu menceritakan, masa mudanya ia sering melihat langsung orang sedang mencoba kedigdayaan dan kesaktian mereka yang diperoleh dari Lemah Peguron.
Saat itu, orang bacok-membacok tetapi tidak ada luka sedikit pun di badan mereka. Padahal pakaian dan sarung yang mereka kenakan sobek tak beraturan.
Dulu, ada pendekar yang ikut menjaga agar perampok dan orang-orang jahat lain tidak ikut menyepi di petilasan Mbah Sujud dan Lemah Peguron.
Pada zaman revolusi, Lemah Peguron menjadi salah satu tujuan para pejuang untuk menyepi mencari kekebalan. Menurut cerita, mereka yang menyepi atau bertapa tidak mempan peluru yang ditembakkan para tentara Belanda.
Kisah Si Kuru dan Si Lemu
©2022 Merdeka.com/Dok. Disperpusip Jatim
Kisah yang berabad-abad silam diyakini masyarakat setempat yakni tentang dua lelaki bersaudara sedang bersaing mencari kesempurnaan hidup untuk mendapatkan tempat paling mulia di surga.
Lelaki yang sulung bernama Si Kuru sebab tubuhnya kurus, sedangkan sang adik dikenal sebagai Si Lemu karena tubuhnya gemuk. Setiap hari, Si Kuru selalu berpuasa dan hanya makan dedaunan. Sementara Si Lemu menyantap apa saja yang dapat dimakan asal tidak merugikan orang lain. Selama bertahun-tahun, keduanya dikenal paling suka memberikan pertolongan kepada masyarakat.
Menjelang kematian keduanya, Dewa mengutus seekor harimau putih mendatangi kedua bersaudara itu. Pertama, harimau itu mendatangi Si Kuru. Setelah sempat ketakutan, Si Kuru akhirnya rela jika memang dialah yang dipilih Dewa untuk diterkam harimau. Menanggapi kesanggupan Si Kuru, harimau mengangguk-angguk menyatakan bahwa Si Kuru adalah salah satu contoh manusia yang mulia.
Setelah mendatangi Si Kuru, sang harimau berganti mendatangi Si Lemu. Saat itu, Si Lemu pun langsung menyediakan diri jika ia harus menjadi korban yang dimakan harimau.
Keduanya pun mendengar janji bakal masuk surga, tetapi belum diketahui pasti siapa di antara keduanya yang memiliki derajat lebih tinggi nantinya. Si Kuru menggugat Dewa untuk lekas memberi jawaban.
Akhirnya muncul petunjuk agar keduanya bertapa untuk menyongsong kematian, mengakhiri kehidupan dengan sempurna. Si Kuru memilih bertapa di puncak satu bukit, sementara Si Lemu memilih bertapa di dalam hutan. Keduanya duduk bersila selama berminggu-minggu tanpa makan, minum, dan tidur.
Namun, tiba-tiba puncak tempat Si Kuru hangus terbakar. Penyebabnya disebut-sebut ialah panas badan Si Kuru yang menuntut Dewa agar lekas mengangkat rohnya menuju surga. Permintaan itu dikabulkan, Si Kuru terlebih dahulu dimasukkan ke nirwana. Tak lama kemudian, Si Lemu menyusul tepat di mana waktunya ia meninggal dunia karena usia.
Petilasan Si Lemu
Sementara itu, di Nirwana Si Kuru masih belum puas. Ia terus bertanya kepada Dewa siapa yang lebih tinggi derajatnya. Dewa pun menyuruh ia menyaksikan sendiri pada tempat bekas mereka bertapa. Barang siapa yang lebih tinggi derajatnya, maka petilasannya didatangi peziarah.
Hasilnya, ternyata petilasan Si Lemu yang kerap didatangi peziarah. Selama hidup, Si Kuru lebih sering meminta sesuatu kepada Dewa dibandingkan Si Lemu. Maka, sebagai gantinya, peziarah yang datang berdoa di petilasan Si Lemu pun dikabulkan oleh Dewa.
Sejak saat itu, petilasan atau makam Si Lemu banyak didatangi orang. Sementara petilasan Si Lemu semakin jarang didatangi bahkan sudah dilupakan orang.
Adapun petilasan Si Lemu akhirnya lebih dikenal dengan nama Makam Mbah Sujud alias Mbah Ujud. Pasalnya, di sana orang-orang yang datang berziarah bersujud, kemudian permintaan mereka banyak yang terwujud.