Mengenal Toxic Shock Syndrome dari Penyebab, Gejala, Hingga Cara Mengatasinya
Toxic Shock Syndrome adalah komplikasi infeksi bakteri jenis tertentu yang mengancam jiwa.
Toxic Shock Syndrome adalah komplikasi infeksi bakteri jenis tertentu yang mengancam jiwa.
Mengenal Toxic Shock Syndrome dari Penyebab, Gejala, Hingga Cara Mengatasinya
Toxic shock syndrome (TSS) adalah komplikasi infeksi bakteri jenis tertentu yang langka namun mengancam jiwa. Toxic Shock Syndrome seringkali disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (staph). Namun, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus grup A (strep).
Sindrom ini mulai menarik perhatian publik pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an karena keterkaitannya dengan penggunaan tampon super-absorbent. Namun, Toxic Shock Syndrome dapat menyerang siapa saja termasuk pria, anak-anak, dan wanita pascamenopause.
-
Apa itu Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) ? Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) adalah kondisi medis yang serius dan jarang terjadi, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pyogenes, atau yang dikenal sebagai strep A.
-
Apa yang dimaksud dengan Toxic? Istilah "toxic" telah menjadi populer dalam konteks kekinian, terutama terkait dengan perilaku dan hubungan interpersonal dalam era media sosial. Dalam konteks ini, istilah "toxic" sering digunakan untuk menggambarkan perilaku atau hubungan yang merugikan, menyakitkan, atau meracuni kehidupan seseorang.
-
Apa yang dimaksud dengan heat stroke? Heat stroke atau sengatan panas bisa terjadi saat suhu tubuh seseorang mengalami peningkatan drastis, hingga di atas 40 derajat dalam waktu yang cepat. Gara-gara kondisi tersebut, sistem internal tubuh pun perlahan mulai mati.
-
Kapan kasus STSS meningkat di Jepang? Di Jepang, terjadi peningkatan kasus STSS yang signifikan, dengan laporan mencapai 941 kasus pada tahun lalu dan 378 kasus hanya dalam dua bulan pertama tahun 2024.
-
Kenapa perilaku Toxic itu perlu dihindari? Pentingnya menyadari dan mengatasi "toxicity" dalam berbagai aspek kehidupan menyoroti dampak besar yang dapat dimilikinya terhadap kesejahteraan psikologis dan keseimbangan emosional.
-
Bagaimana sistem kekebalan tubuh wanita bereaksi terhadap tekanan luar angkasa? Menariknya, penelitian ini juga menyoroti perbedaan respons tubuh antara laki-laki dan perempuan. Para peneliti menemukan bahwa laki-laki cenderung mengalami gangguan yang lebih besar dalam ekspresi gen pasca-penerbangan luar angkasa dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut dapat mengindikasikan sistem kekebalan tubuh wanita mungkin lebih mampu menanggapi dan beradaptasi dengan stres fisik yang terkait dengan penerbangan luar angkasa.
Faktor risiko Toxic Shock Syndrome termasuk luka kulit, pembedahan, dan penggunaan tampon serta perangkat lain, seperti cangkir menstruasi, spons kontrasepsi, atau diafragma. Meskipun penggunaan tampon secara historis dikaitkan dengan TSS, penting untuk menyadari bahwa berbagai faktor risiko, seperti luka pada kulit, prosedur bedah, atau infeksi pernapasan tertentu, juga dapat berkontribusi pada perkembangan kondisi ini.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut selengkapnya mengenai Toxic Shock Syndrome yang penting dipelajari.
Penyebab Toxic Shock Syndrome
Melansir laman hopkinsmedicine.org, berikut adalah bakteri yang biasa menjadi penyebab Toxic Shock Syndrome:
- Stafilokokus aureus
- Streptococcus pyogenes
- Clostridium sordellii
Toxic Shock Syndrome dari infeksi Staphylococcus diidentifikasi pada akhir tahun 1970an dan awal 1980an ketika tampon dengan daya serap tinggi banyak digunakan oleh wanita menstruasi.
Namun setelah adanya perubahan dalam cara pembuatan tampon, kejadian Toxic Shock Syndrome akibat tampon pun menurun.
Toxic Shock Syndrome dari infeksi streptokokus paling sering terlihat pada anak-anak dan orang tua. Orang lain yang berisiko termasuk penderita diabetes, sistem kekebalan tubuh lemah, penyakit paru-paru kronis, atau penyakit jantung.
Infeksi stafilokokus.
Staphylococcus aureus (atau S. aureus) biasanya ada di tubuh seseorang dan tidak menyebabkan infeksi. Karena ini adalah bagian dari bakteri normal tubuh, kebanyakan orang mengembangkan antibodi untuk mencegah infeksi. S. aureus dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Orang yang mengidap Toxic Shock Syndrome biasanya belum mengembangkan antibodi terhadap S. aureus. Oleh karena itu, penyakit ini biasanya tidak dianggap sebagai infeksi menular.
Infeksi S. aureus juga dapat berkembang dari infeksi lain, seperti pneumonia, sinusitis, osteomielitis (infeksi pada tulang), atau luka kulit, seperti luka bakar atau bekas operasi. Jika salah satu area ini terinfeksi, bakteri dapat masuk ke aliran darah.
Infeksi streptokokus.
Streptococcus pyogenes (atau S. pyogenes) Toxic Shock Syndrome dapat terjadi sebagai infeksi sekunder. Paling umum, hal ini terlihat pada orang yang baru saja menderita cacar air, selulitis bakteri (infeksi pada kulit dan jaringan di bawahnya), atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Infeksi Clostridium sordellii.
Clostridium sordellii (atau C. sordellii) biasanya ada di vagina dan tidak menyebabkan infeksi. Bakteri dapat masuk ke dalam rahim selama menstruasi normal, persalinan, atau prosedur ginekologi seperti aborsi.
- 10 Penyebab Tulang Belikat Sakit, Begini Cara Mengatasinya
- Kenali Infeksi Bakteri Misterius STSS yang Menyerang Jepang, Mungkinkah Terjadi di Indonesia?
- Mengenal Imunodefisiensi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya
- Komplikasi adalah Perubahan Kondisi Penyakit dalam Tubuh, Begini Penjelasan Penyebab dan Jenisnya
Gejala Toxic Shock Syndrome
Gejala Toxic Shock Syndrome dapat bervariasi, tetapi seringkali berkembang dengan cepat dan dapat menjadi parah. Berikut adalah beberapa gejala umum yang terkait dengan Toxic Shock Syndrome:
- Demam Tinggi: Peningkatan suhu tubuh yang signifikan, melebihi 38,9 derajat Celsius (102 derajat Fahrenheit) atau lebih.
- Tekanan Darah Rendah: Penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan pusing, kelelahan, atau kebingungan.
- Ruam: Munculnya ruam seperti luka bakar matahari yang dapat berkembang menjadi area kulit yang pecah-pecah.
- Iritasi Mata, Hidung, dan Tenggorokan: Gejala ini dapat muncul, dan tenggorokan sakit.
- Muntah dan Diare: Beberapa orang dengan TSS mengalami muntah dan diare yang dapat menjadi parah.
- Pengelupasan Kulit: Pada tahap lanjut, terjadi pengelupasan kulit yang mirip dengan kondisi seperti kulit terbakar.
- Gangguan Organ: TSS dapat menyebabkan disfungsi organ, terutama ginjal dan hati.
- Kehilangan Kesadaran: Pada kasus yang parah, seseorang dapat mengalami kehilangan kesadaran atau syok.
Faktor Risiko dan Komplikasi Toxic Shock Syndrome
Faktor risiko Toxic Shock Syndrome antara lain adalah:
- Penggunaan Tampon: Meskipun kasus TSS yang terkait dengan tampon sudah lebih jarang terjadi sejak perubahan dalam bahan pembuatan tampon, penggunaan tampon dengan daya serap tinggi atau pemakaian yang terlalu lama masih dapat meningkatkan risiko.
- Luka atau Infeksi Kulit: Luka terbuka, luka bakar, atau infeksi kulit dapat memberikan jalur masuk bagi bakteri penyebab TSS.
- Operasi Bedah atau Proses Medis: Proses medis atau bedah tertentu, terutama yang melibatkan implantasi perangkat medis, dapat meningkatkan risiko infeksi yang dapat menyebabkan TSS.
- Sindrom Respirologi Toksik (Streptococcal TSS): Infeksi pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes dapat meningkatkan risiko terjadinya TSS.
- Bakteremia: Keberadaan bakteri dalam aliran darah (bakteremia) dapat memperbesar kemungkinan pengembangan TSS.
Sementara itu, komplikasi akibat Toxic Shock Syndrome di antaranya:
- Gagal Ginjal: Toksin bakteri dapat merusak ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
- Gagal Hati: Beberapa kasus TSS dapat menyebabkan kerusakan hati yang signifikan.
- Gangguan Koagulasi Darah: Toksin dapat mempengaruhi koagulasi darah dan menyebabkan masalah pembekuan darah.
- Gangguan Sistem Saraf: TSS dapat menyebabkan kebingungan, kelelahan, dan pada kasus yang parah, kehilangan kesadaran.
- Gangguan Sistem Pernapasan: Pada kasus TSS yang terkait dengan infeksi pernapasan, gangguan pernapasan dapat terjadi.
- Syok: TSS dapat menyebabkan syok, yaitu kondisi serius di mana aliran darah ke organ-organ tubuh menurun secara signifikan.
- Pengelupasan Kulit: Pada tahap lanjut, TSS dapat menyebabkan pengelupasan kulit yang luas dan sering disebut sebagai sindrom pemakaian tampon toksik (TSSD) atau sindrom pengelupasan kulit toksik (TEN - Toxic Epidermal Necrolysis).
Cara Mengatasi Toxic Shock Syndrome
Toxic Shock Syndrome (TSS) merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera oleh tenaga medis profesional.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala TSS, segera hubungi layanan darurat medis dan dapatkan bantuan medis secepat mungkin. Di bawah ini adalah langkah-langkah umum yang dapat diambil dalam situasi TSS:
1. Hubungi Layanan Darurat (IGD). Segera panggil nomor darurat medis di wilayah Anda. Jangan menunda untuk mencari pertolongan medis profesional.
2. Jangan Mengeluarkan Tampon atau Alat Pengumpul Darah Lainnya. Jika TSS terkait dengan penggunaan tampon atau alat pengumpul darah lainnya, hindari mencoba mengeluarkannya sendiri. Tenaga medis yang terlatih harus menangani hal ini untuk menghindari risiko infeksi lebih lanjut.
3. Bersihkan Luka atau Infeksi. Jika ada luka atau infeksi kulit yang tampak, bersihkan dengan lembut menggunakan air dan sabun ringan. Hindari penggunaan antiseptik atau obat oles tertentu tanpa berkonsultasi dengan profesional medis.
Toxic Shock Syndrome adalah kondisi yang serius, dan penanganan medis profesional yang cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan mengurangi risiko komplikasi.
Pencegahan Toxic Shock Syndrome juga merupakan aspek penting, seperti penggunaan tampon dengan hati-hati, mengganti tampon secara teratur, dan memantau tanda-tanda infeksi jika terdapat luka pada kulit. Jika ada kekhawatiran atau pertanyaan terkait TSS, konsultasikan dengan profesional medis untuk saran yang lebih rinci dan sesuai dengan kondisi spesifik.
4. Jangan Menunggu. Jika ada tanda-tanda syok, seperti pusing, kelemahan, atau penurunan kesadaran, hindari menunggu dan segera cari bantuan medis.
5. Terapi Medis. Setibanya di fasilitas medis, dokter mungkin memberikan terapi yang mencakup pemberian antibiotik untuk menghentikan infeksi, terapi cairan intravena untuk menjaga tekanan darah dan mengatasi dehidrasi, serta tindakan medis lainnya sesuai dengan kebutuhan.