Mengenang Romo Benny Susetyo, Pastor sekaligus Kawan Baik Gus Dur yang Suka Membantu Masyarakat Lemah hingga Korban Kekerasan
Romo Benny meninggal dunia dalam kegelisahan memikirkan Indonesia yang karut-marut.
Antonius Benny Susetyo atau yang akrab disapa Romo Benny, staf khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meninggal dunia pada Kamis (5/10/2024) pukul 00.05 WIB. Romo Benny meninggal di Rumah Sakit (RS) Mitra Medika Pontianak.
Mengutip status Facebook Budiman Tanuredjo, jenazah Romo Benny akan mendarat di Kota Surabaya pada siang hari ini untuk selanjutnya disemayamkan di Malang, Jawa Timur. Mendiang Romo Benny rencananya akan dimakamkan pada Senin (7/10/2024) di Pemakaman Sukun Malang.
Kepergian Romo Benny tidak hanya menjadi duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, selama ini ia dikenal sebagai sosok rohaniawan yang berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila dan sangat berpihak pada kaum lemah.
Mengutip rilis BPIP RI, Romo Benny dikenal sebagai sosok yang berkomitmen kuat mengawal nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan. Selama masa pengabdiannya, ia telah memberikan kontribusi besar dalam memperkuat pemahaman dan implementasi ideologi Pancasila di masyarakat. Pemikiran-pemikiran beliau mengenai kebhinekaan dan toleransi telah memberikan inspirasi banyak pihak.
Profil
Romo Benny lahir di Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 10 Oktober 1968. Ia dikenal sebagai pastor muda yang mengusung gerakan moral bangsa. Alumnus Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang tahun 1996 tak pernah lelah mengadvokasi masyarakat lemah, korban bencana dan korban kekerasan.
Aktivisme Romo Benny dimulai saat ia ditempatkan di Paroki Situbondo. Penempatan Benny di Paroki Situbondo hanya berselang sepekan setelah terjadinya kerusuhan hebat di kota santri kawasan tapal kuda ini. Ada sekitar 12 gereja dibakar habis, termasuk Gereja Katolik Situbondo.
Romo Benny, yang baru beberapa hari ditahbiskan menjadi pastor diamanatkan oleh Uskup Malang Mgr HJS Pandoyoputro membangun persaudaraan sejati dengan para tokoh dan kaum muslim di Situbondo dan Bondowoso. Penugasan ini membuatnya punya banyak pengalaman baru bertemu dengan para kiai, dan berkunjung ke beberapa pesantren.
Dia juga menggelar sejumlah acara bersama Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Meski berbeda agama, Romo Benny dan Gus Dur memiliki persamaan kuat sebagai sosok agamawan yang sangat cinta Indonesia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Kesan Sejawat
Kepergian Romo Benny membuat banyak orang berduka, terutama rekan-rekan sejawatnya dalam pekerjaan maupun aktivisme.
“Beliau teman saya, seorang pastur yang bersahaja, sering jadi narasumber di berbagai seminar dan diskusi di TV. Saya kebetulan sering bersama beliau. Kami sering ngobrol dan WA. Begitu pula saat almarhum ujian doktor di Universitas Sahid Jakarta, saya juga diundang, tapi saya minta maaf waktu itu tidak bisa datang. Sekarang Romo Benny sudah tiada, kita kehilangan tokoh yang berani, lugas, cerdas dan kritis serta berpegang pada filsafat Pancasila,” ungkap Henri Subiakto, dosen Unair Surabaya melalui akun media sosial X miliknya.
Wartawan senior, Budiman Tanuredjo mengungkapkan bahwa Romo Benny meninggal membawa kegelisahan mendalam tentang Indonesia.
“Ia kerap ngobrol dan mengungkapkan kegelisahannya soal situasi negeri yang hampir bergerak tanpa panduan nilai-nilai yang ada,” ujar Budiman melalui situs pribadinya backtobdm.com.