Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Latar Belakang
Lettu R.M. Soejitno Koesoemobroto lahir di Tuban pada 4 November 1925. Ia merupakan putra R. M. A. A. Koesoemobroto, bupati Tuban ke-37. Semasa hidupnya, ia mengalami tiga zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan RI.
-
Apa yang dipelihara oleh Lettu Budi? Seorang prajurit TNI asal Magetan yang bertugas di Denbekang V/1.B Madiun memiliki usaha di rumahnya yaitu beternak burung perkutut.
-
Kapan Sujiwo Tejo tampil di acara Jagong Budaya di Bojonegoro? Budayawan Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Jagong Gayeng bertemakan "Budaya Rasa Melu Handarbeni" di Pendopo Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojoengoro, akhir pekan lalu.
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
-
Kapan Titiek Soeharto menjenguk Prabowo Subianto? Dalam keterangan unggahan beberapa potret yang dibagikan, terungkap jika momen tersebut berlangsung pada Senin (1/7) kemarin.
-
Kapan Lettu Budi mulai beternak perkutut? Lettu Budi mengaku awal memelihara burung perkutut hanya mengisi kandangnya dengan 50 pasang saja.
-
Mengapa Lettu Budi memelihara perkutut? Lettu Budi memelihara ratusan burung perkutut berawal dari hobinya dengan burung love bird. Berkat hobi yang menghasilkan tersebut, kini Lettu Budi sudah bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari burung perkututnya.
Itulah modal utama bagi dirinya untuk turun ke medan tempur melawan penjajah. Mengutip situs resmi Desa Tumbrasanom Kabupaten Bojonegoro, Lettu Soejitno mengikuti perkembangan organisasi angkatan darat mulai dari BKR, TKR, TRI, hingga ABRI.
Perjuangan
Kawasan Glendeng yang merupakan perbatasan Bojonegoro dan Tuban jadi salah satu lokasi pertempuran antara tentara penjajah dengan pribumi. Di sinilah, Lettu Soejitno gugur ketika usianya baru 23 tahun.
Pada sore hari tanggal 14 Januari 1949, Lettu Soejitno berangkat menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Lettu Bambang Soemantri. Mengetahui kondisi dan situasi kota keseluruhan, Soewolo dan pasukannya bergerak menuju Desa Glendeng.
Keesokan harinya, tanggal 15 Januari 1949, Soemantri dan Soejitno dikawal regu Haryono, serta Sersan Nurwulan Bintara kelompok komando kompi berangkat menyusul Soewolo ke Glendeng. Sesampainya di barat Glendeng, tampak di seberang, pasukan Belanda sibuk mengatur konstruksi jembatan untuk dilewati melintasi Bengawan Solo menuju Bojonegoro.
Melihat Belanda tengah sibuk, Soejitno mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah musuh di seberang.
Penghargaan
Berkat jasanya, Lettu Soejitno diabadikan menjadi patung di Alun-alun Bojonegoro serta nama sebuah jalan raya di wilayah setempat.