Mitos Kayu Cendana, Aroma Khas yang Memikat dan Legendaris
Selain manfaatnya yang beragam, kayu cendana juga memiliki mitos. Apa saja mitos kayu cendana yang beredar di masyarakat?
Daya tarik utama kayu cendana terletak pada minyak atsirinya yang memiliki aroma yang begitu khas dan tahan lama.
Mitos Kayu Cendana, Aroma yang Memikat dan Legendaris
Kayu cendana, dengan keharumannya yang legendaris, menjadi salah satu bahan alam yang memikat dan bernilai tinggi. Dikenal juga sebagai sandalwood, kayu cendana berasal dari pohon Santalum album yang tumbuh terutama di wilayah Asia Selatan dan Tenggara.
Salah satu daya tarik utama kayu cendana terletak pada minyak atsirinya yang memiliki aroma yang begitu khas dan tahan lama.Aroma yang hangat, kayu, dan balsamik membuatnya sangat dicari untuk digunakan dalam pembuatan parfum, dupa, dan kosmetik mewah.
Selain itu, kayu cendana juga memiliki nilai dalam pengobatan tradisional, dianggap memiliki sifat relaksasi dan dapat meningkatkan konsentrasi.
Seperti apa mitos kayu cendana yang umum beredar di masyarakat?
Dilansir dari berbagai sumber, berikut merdeka.com ulas selengkapnya mengenai mitos kayu cendana bersama dengan manfaat-manfaatnya bagi kesehatan tubuh yang menarik untuk diketahui.
Mitos Kayu Cendana
Terdapat mitos di Sri Lanka, bahwa pengawetan putri-putri raja menggunakan kayu cendana. Mitos ini berasal dari cerita rakyat tentang Raja Rawana yang memiliki sepuluh putri cantik yang disebut Ashtanayika.
Raja Rawana sangat menyayangi putri-putrinya dan tidak ingin mereka menikah dengan pria lain. Ia pun memerintahkan agar putri-putrinya dikubur hidup-hidup dalam peti kayu cendana yang disegel dengan lilin dan ditanam di bawah tanah.
Menurut mitos ini, aroma harum kayu cendana dapat menjaga kesegaran tubuh putri-putri raja dan membuat mereka tetap hidup selama berabad-abad.
Mitos kayu cendana ini juga mengatakan bahwa jika ada orang yang berhasil menggali peti-peti tersebut dan membukanya, maka putri-putri raja akan bangkit dari kematian dan menikahi orang tersebut.
Di Jawa, kayu cendana juga memiliki mitos yang berkaitan dengan kekuasaan dan kekayaan.
Salah satu mitosnya adalah tentang Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit yang memiliki tongkat ajaib dari kayu cendana. Tongkat ini disebut Kyai Gada Cakra Buwana yang memiliki kekuatan magis untuk mengalahkan musuh-musuh raja.
Menurut mitos ini, tongkat ini dibuat oleh seorang pertapa bernama Kyai Gada Cakra Buwana yang tinggal di Gunung Lawu.
Ia membuat tongkat ini dari kayu cendana pilihan yang diberkati dengan mantra-mantra sakti. Tongkat ini kemudian diberikan kepada Raja Brawijaya V sebagai hadiah atas jasanya dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.
Tongkat ini dikatakan dapat memancarkan sinar terang yang dapat membutakan mata musuh atau membuat mereka ketakutan. Tongkat ini juga dapat mengeluarkan suara gemuruh yang dapat mengguncang bumi atau membuat musuh pingsan. Selain itu, tongkat ini juga dapat melindungi raja dari segala macam bahaya atau serangan.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), kayu cendana juga memiliki mitos yang berkaitan dengan adat istiadat dan perkawinan.
Salah satu mitosnya adalah tentang Hau Meni atau pohon cendana yang menjadi simbol kesuburan bagi masyarakat Timor. Mitos ini berasal dari cerita rakyat tentang asal-usul pohon cendana di Pulau Timor.
Menurut mitos ini, dahulu kala ada seorang pemuda bernama Meni yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Hau. Mereka berdua ingin menikah tetapi ditentang oleh orang tua Hau karena Meni tidak memiliki harta atau tanah untuk membayar mahar atau belis.
Meni pun berusaha mencari harta dengan berdagang di luar pulau.
Suatu hari, Meni mendapatkan sepotong kayu harum dari seorang pedagang asing. Ia pun membawanya pulang untuk diberikan kepada Hau sebagai mahar.
Keajaiban pun terjadi. Kayu harum tersebut tumbuh menjadi pohon besar yang mengeluarkan aroma wangi sepanjang tahun.
Pohon itu kemudian dinamakan Hau Meni atau pohon cendana sebagai pengingat akan kisah cinta Meni dan Hau. Pohon cendana pun menjadi lambang kesetiaan dan kesuburan bagi masyarakat Timor.
Manfaat Kayu Cendana bagi Kesehatan Tubuh
1. Sifat Relaksasi dan Anti-stres: Aroma khas yang dihasilkan oleh minyak atsiri kayu cendana diyakini memiliki sifat relaksasi yang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan. Dalam terapi aromaterapi, minyak kayu cendana sering digunakan untuk menciptakan suasana tenang dan menenangkan. 2. Meningkatkan Konsentrasi dan Kewaspadaan: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aroma kayu cendana dapat meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang baik untuk digunakan dalam ruang kerja atau saat belajar untuk meningkatkan produktivitas.
3. Sifat Anti-inflamasi: Kayu cendana juga diketahui memiliki sifat anti-inflamasi. Ekstrak atau minyak kayu cendana dapat digunakan dalam pengobatan tradisional untuk membantu meredakan peradangan pada kulit atau sendi.
5. Obati Batuk: Kayu cendana diketahui memiliki sifat antimikroba. Sifat ini membuat kayu cendana dapat membantu membunuh patogen dan sifat anti-inflamasinya bisa mengurangi peradangan. Di samping itu, pemanfaatannya juga dapat mengatasi masalah sakit tenggorokan dan penumpukan lendir.
6. Cegah Tukak Lambung:
Kayu cendana merah memiliki kandungan antioksidan yang kuat, sehingga dapat membantu mencegah kerusakan sel lambung yang disebabkan radikal bebas.
Hal ini membuatnya dapat mencegah risiko tukak lambung. Sebuah penelitian mendapati bahwa cendana merah memiliki efek gastroprotektif terhadap kerusakan akibat ulkus yang diinduksi ibuprofen.
Hal ini juga membantu mengurangi risiko lesi lambung, menjaga fungsi sel, dan kesehatan mukosa usus terhadap penyebab bisul.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa komponen ini dapat membantu membantu mematikan sel akibat sel kanker. Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Banyak kasus kanker kulit disebabkan oleh hasil radiasi ultraviolet (UV) di bawah sinar matahari. Ekstrak kayu cendana juga dikenal dapat memberi ketenangan pada pikiran.