Perbedaan Harimau Jawa dan Sumatera, Kenali Ciri- Cirinya
Indonesia memiliki tiga jenis harimau: harimau Sumatera, harimau Bali, dan harimau Jawa.
Alam Indonesia memang menjadi habitat-habitat bagi satwa liar endemik, tak terkecuali juga dengan harimau Sumatera dan Jawa. Menurut sejarah, Indonesia memiliki tiga jenis harimau: harimau Sumatera, harimau Bali, dan harimau Jawa. Pada 1940, harimau Bali punah. Disusul harimau Jawa pada 1980-an. Saat ini tercatat harimau Sumatera masih hidup di semua lanskap hutan di Sumatera
Masyarakat di Sumatera menyebut harimau dengan nama rimueng, rimau, imau, datuk, inyak, ompung, dan ampang limo. Berbeda penyebutan oleh masyarakat di Jawa yang menyebutnya dengan simbah, kyai, loreng, gembong, maung, dan lodhaya. Tidak semua orang mengenal harimau. Terkadang masyarakat umum masih menyamakan harimau dengan jenis kucing-kucingan lain, seperti jenis macan.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Apa masalah utama yang dihadapi Yogyakarta terkait sampah? Sampah di Yogyakarta ini rasane ora kelar-kelar, ora uwis-uwis (rasanya enggak pernah selesai, enggak ada habisnya). Pertanyaannya, kepiye kok ngene? Gitu kan? Terus muncul timbunan sampah di 14 depo yang ada di kota,
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Apa yang dinikmati oleh Kasad dan keluarganya di Yogyakarta? Saat sampai di Yogyakarta, ketiganya langsung menikmati kuliner khas kota tersebut. Mereka tampak datang dan menikmati sajian khas dari Yogyakarta yaitu Gudeg.
-
Apa arti dari 'Ya Rahman Ya Rahim'? Secara harfiah, Ya Rahman Ya Rahim berarti "Wahai Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang". Dua kata "Rahman" dan "Rahim" secara khusus menggambarkan sifat-sifat Allah yang amat penyanng.
Harimau Jawa atau yang memiliki istilah latin Panthera Tigris Sondaica merupakan subspesies harimau yang hidup terbatas atau endemik yang ada di pulau Jawa. Hingga saat ini, harimau Jawa masih dinyatakan telah punah sekitar tahun 1980-an akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat dari binatang ini secara drastis.
Untuk mengetahui secara rinci, berikut kami telah rangkum perbedaan harimau Jawa dan Sumatera:
Ciri-Ciri Harimau Jawa
Apabila dibandingkan dengan jenis-jenis harimau di Benua Asia, harimau jawa terhitung bertubuh kecil. Namun, harimau ini mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau Bali dan kurang lebih sama besar dengan harimau Sumatera. Dilansir dari Liputan6.com, harimau Jawa jantan mempunyai berat 100-140 kg, sementara yang betina berbobot lebih ringan, antara 75–115 kg. Panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200-245 cm, hewan betina sedikit lebih kecil.
shutterstock
Harimau Jawa telah tercatat sebagai penghuni hutan-hutan dataran rendah, dan mungkin pula berkeliaran hingga ke kebun-kebun wanatani di sekitar perdesaan, karena pernah pada masanya hewan ini dianggap sebagai hama sehingga banyak diburu atau diracun orang. Wilayah jelajahnya tidak melebihi ketinggian 1.200 mdpl.
Harimau Jawa
Secara tradisional, harimau Jawa telah ditempatkan sebagai salah satu dari sembilan anak jenis Panthera Tigris, yakni P.t. Sondaica. Akan tetapi kajian baru-baru ini terhadap beberapa ciri pada tengkorak harimau jawa, dibandingkan dengan beberapa kerabat terdekatnya, menyimpulkan bahwa ia merupakan spesies yang tersendiri; dengan nama ilmiah Panthera sondaica.
Di samping itu, kajian juga berpendapat bahwa harimau Sumatera pun merupakan spesies penuh, P. sumatrae; sementara harimau Bali adalah anak jenis harimau Jawa dengan nama trinomial P. sondaica balica.
Liputan6.com menyebut, epitet spesifik sondaica merujuk pada pulau-pulau Sunda Besar, yaitu Sumatra, Jawa dan Bali di mana ditemukan harimau. Ketika nama itu ditelurkan (1844), belum diketahui bahwa taksa dari Sumatra dan Bali berbeda dengan yang dari Jawa.
Pada tahun 2017, Satuan Tugas Klasifikasi Kucing dari Cat Specialist Group merevisi taksonomi kucing sehingga populasi harimau yang hidup dan punah di Indonesia (harimau Sumatera, Jawa, dan Bali) digolongkan sebagai P. t. Sondaica.
Ciri-Ciri Harimau Sumatera
Perbedaan harimau Jawa dan Sumatera akan dapat dilihat dari ciri-ciri harimau Sumatera yang memiliki panjang tubuh kurang lebih 240 sentimeter dengan tinggi 60 sentimeter dan berat sekitar 120 kg, sedangkan harimau betina memiliki panjang tubuh kurang lebih 220 centimeter dengan tinggi 60 centimeter dan berat tubuh 90 kg.
Ilustrasi shutterstock.com
Biasanya harimau Sumatera akan memiliki warna dominan bulu yang berwarna oranye dengan corak garis hitam. Garis-garis hitam ini yang disebut loreng dan berguna untuk membedakan individu. Selain itu, bulu juga berfungsi untuk penyamaran, kehangatan, dan perlindungan diri.
Harimau termasuk jenis hewan yang mencari makan saat pagi dan senja. Rusa, babi hutan, dan muncak adalah salah satu makanannya. Pada saat mencari makan, harimau akan mengintai, mengendap, melompat lalu menyergap dan mematikan mangsanya dengan kaki pendek tapi kokoh. Kekuatan utamanya adalah tenaga, bukan daya berlari jauh dalam waktu lama.
Mata harimau akan berpendar saat gelap, kumis di bagian mulut digunakan saat menyerang mangsa dan navigasi dalam gelap, telapak tangan yang tebal dan lebar membuat harimau dapat berjalan senyap. Lima sensor yang tersebar di tubuh harimau yang dapat mendeteksi keadaan sekeliling.
Harimau Sumatera
Dalam sekali makan, harimau dapat menghabiskan hingga 18 kilogram daging. Jadi, dalam satu pekan harimau membutuhkan satu ekor mangsa besar seperti rusa atau babi hutan. Jika dikalkulasikan, dalam satu tahun harimau sumatra membutuhkan sekitar 50 ekor mangsa.
Setiap individu harimau mempunya batas wilayah jelajah. Area jelajah seekor harimau Sumatera bervariasi tergantung pada jenis kelamin, musim, lokasi, dan kepadatan satwa mangsanya. Bila kepadatan satwa mangsa tinggi, wilayah jelajah harimau cenderung sempit. Luas jelajah yang dikuasai harimau jantan seluas bisa mencapai 280 km persegi, sedangkan harimau betina menguasai area sepertiganya dari luasan jantan.
Daerah jelajah penjantan dewasa biasanya bersinggungan dengan daerah jelajah beberapa betina. Untuk menandai wilayah jelajahnya, harimau menyemprotkan urine serta menggaruk tanah dan batang pohon.
Harimau betina dapat melahirkan antara 2-3 ekor anak setelah melalui masa kehamilan selama 3,5 bulan dan akan membesarkan anaknya selama kurang lebih dua tahun. Terkadang saat membesarkan anak, induk betina dekat dengan permukiman untuk mencari tempat yang aman bagi anaknya.
Sebagai predator yang menduduki puncak rantai makanan, kepunahan harimau sumatra akan mengakibatkan ketidak seimbangan ekosistem sekitarnya. Jumlah mangsa akan meningkat dan menjadi hama bagi masyarakat yang tinggal dekat hutan.
Saat ini, harimau Sumatera telah dinyatakan dalam jenis terancam punah atau critical endangered karena jumlahnya yang semakin menurun oleh daftar merah IUCN.
Harimau sumatera juga masuk dalam kategori dilindungi menurut UU No 5 Tahun 1990 karena ancaman yang berupa perburuan liar dan perdagangan ilegal, konflik dengan manusia, deforestasi, dan pembangunan jalan serta infrastruktur yang memotong habitat harimau sumatera.