Sering Alami Kegagalan, Risma Bangkit Bangun Bisnis Ramen dan Raup Omzet Rp200 Juta per Bulan
Terus mencoba dan menemukan apa yang benar-benar sukai dan kuasai.
Terus mencoba dan menemukan apa yang benar-benar sukai dan kuasai.
-
Siapa mantan vokalis yang buka usaha ramen? Membuka usaha ramen kini dipilih oleh salah seorang mantan vokalis band asal Bandung, Jawa Barat, Donny Supriyadi.
-
Kenapa Ramen begitu populer? Ramen pertama kali diperkenalkan di Jepang oleh imigran Tiongkok pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, dan sejak itu telah menjadi salah satu makanan yang sangat populer di Jepang dan di seluruh dunia.
-
Kenapa Oyama jadi Raja Ramen Instan? Perjalanan menuju ketenaran bagi Oyama dimulai pada tahun 1995 saat ia berhasil meraih juara dalam kejuaraan TV Tokyo Instant Noodle Championship. Acara ini menguji pengetahuan peserta tentang ramen instan, dan kemenangan tersebut menjadikannya sebagai sosok terkenal dalam dunia ramen instan.
-
Apa nama usaha ramen Donny? Bersama brand Ramen Mastato miliknya, Donny kemudian menceritakan pengalaman saat membuka usaha kuliner di kota kembang.
-
Bagaimana Rahma membangun usahanya hingga sukses? Dari bangkrut jadi bangkit Lantaran omzet yang tak kunjung meningkat, akhirnya ia terpaksa menutup toko cokelatnya karena bangkrut. Merasa masih memiliki energi untuk bangkit, dirinya lantas menjual bahan makanan kering seperti kentang Mustafa dan bawang goreng. Dari sini usahanya lumayan berkembang, hingga akhirnya terus dibangun menjadi sebuah industri katering hingga sekarang.
-
Siapa yang dijuluki 'Raja Ramen Instan'? Di antara para penggemar ramen instan, sosok yang paling terkenal adalah Sokusekisai Oyama, seorang pria berusia 65 tahun yang dijuluki 'Raja Ramen Instan'.
Sering Alami Kegagalan, Risma Bangkit Bangun Bisnis Ramen dan Raup Omzet Rp200 Juta per Bulan
Wisata kuliner di Yogyakarta mulai banyak digandrungi masyarakat.
Peluang ini yang kemudian mengantarkan Risma menjadi pengusaha dengan omzet Rp200 juta per bulan.
Dilansir dari channel Youtube, Teman Kopi, wanita asal Jambi itu bercerita bahwa berwirausaha sudah ia lakoni sejak kuliah.
Selama berstatus sebagai mahasiswi manajemen, Risma pernah mencari penghasilan melalui model foto.
Dia juga sempat mencoba peruntungan dalam dunia bisnis dengan berjualan tas kulit, meskipun akhirnya bisnis tersebut gagal. Risma kembali mencoba bisnisnya dengan berjualan hijab.
Meski sering mengalami kegagalan, Risma tetap gigih.
Merasa nyaman di Yogyakarta, ia memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah.
Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
Ide membuka resto ramen yang kemudian dia beri nama Ramenhead bermula dari sebuah tempat bekas kedai kopi yang dijual beserta seluruh isinya, termasuk peralatan kopi.
Meskipun tempatnya kecil, Risma melihat adanya potensi tempat tersebut, ia pun memutuskan untuk membuka bisnis makanan yang berbeda dari kebanyakan kedai kopi di Yogya.
Ramen menjadi pilihannya karena selain nasi, mie sangat digemari banyak orang Indonesia.
Sebelum membuka toko ramen, Risma melakukan riset dan mengembangkan resep di rumah. Banyak percobaan resep yang awalnya gagal, namun akhirnya ia menemukan resep ramen yang pas.
Dengan keberanian dan dukungan dari teman-teman, Risma memutuskan untuk membuka Ramen Head dengan konsep open kitchen, di mana pelanggan bisa melihat langsung proses memasak ramen.
Perjalanan membangun Ramen Head juga diwarnai dengan berbagai tantangan.
Salah satu yang paling berat adalah ketika manajer pertama Ramenhead, yang juga teman dekatnya, meninggal dunia satu bulan setelah pembukaan.
Ini menjadi pukulan berat bagi Risma dan seluruh tim, namun dukungan tim dan keinginan untuk membanggakan temannya membuat Risma terus bangkit dan melanjutkan perjuangan.
Perlahan tapi pasti, Ramen Head mulai dikenal banyak orang dan mendapatkan tempat di hati pecinta kuliner di Yogyakarta.
Dengan semakin populernya Ramen Head, Risma memikirkan cara untuk mengembangkan bisnis lebih jauh.
Ia memutuskan untuk membuat sistem franchise agar Ramenhead bisa menjangkau lebih banyak orang di berbagai daerah. Kini, Ramen Head memiliki empat cabang dan Risma terus berusaha memperluas jangkauan bisnis ini.
Pencapaian Ramen Head cukup fantastis. Pada bulan ketiga atau keempat, Risma mencapai omset bulanan hingga 200 juta dengan kapasitas outlet 25 orang.
“Kita bisa menyentuh omzet bulanan itu di 200 sampai 250 juta,” ungkapnya.
Kini, Ramen Head tidak hanya buka di Yogyakarta, tetapi juga di Magelang.
Risma berharap usahanya bisa membuka cabang di Solo, Semarang, Malang, Surabaya, dan seluruh Indonesia.
“Aku pengennya ada di seluruh Indonesia kalian semua nyobain masakan aku,” ujarnya.
Melalui cerita ini, Risma juga menyampaikan pesan kepada anak-anak muda di luar sana untuk jangan takut mencoba hal baru dan terlalu terikat pada gengsi.
Risma berpandangan, kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Yang terpenting adalah terus mencoba dan menemukan apa yang benar-benar kalian sukai dan kuasai.
Reporter Magang: Nur Pangesti.