Pria Asal Kediri Ini Sulap Bekicot Jadi Kudapan Favorit Warga, Raup Omzet hingga Rp30 Juta per Bulan
Hewan berlendir ini ternyata menghasilkan cuan berlimpah.
Umumnya bekicot dianggap sebagai hama bagi para petani. Mengutip situs resmi Kementerian Pertanian RI, bekicot sering dijumpai di daerah lembap atau di tempat pembuangan sampah.
Hewan melata ini berlendir sehingga menimbulkan rasa jijik bagi orang yang melihat. Binatang pemakan daun-daunan merupakan hama tanaman dan sering kali dibasmi oleh para petani.
- Pria Ini Buktikan Hidup di Perkotaan Bisa Bisnis Peternakan hingga Omzet Rp5 Miliar
- Pria Ini Kerap Aniaya Istrinya, Saking Tak Tahan Desi Tenggak Racun Berujung Tewas
- Pria di Lumajang Bakar Diri Setelah Bacok Adik Ipar, Diduga Dipicu Utang Piutang
- Geger Mayat Pria di Kediri Terkubur dengan Kaki & Tangan Masih Terlihat, Ini Cerita Sebenarnya
Mengutip situs agric.wa.gov.au, hama bekicot dan siput dapat merusak benih tanaman (terutama kacang-kacangan), benih yang baru berkecambah, bibit dan daun, serta dapat mencemari biji-bijian saat panen.
Sisi Lain
Selain dikenal sebagai hama yang merugikan petani, ternyata bekicot menyimpan banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Di Indonesia, bekicot sering diolah menjadi berbagai hidangan, seperti sate atau keripik.
Sementara di beberapa negara lain seperti Prancis dan Portugal, bekicot dianggap sebagai hidangan mewah. Potensi inilah yang dimanfaatkan oleh Ujang Setiawan, pria asal Kediri Jawa Timur. Setiap hari ia bisa mengolah sekitar 2,5 ton bekicot yang masih ada cangkangnya.
“Kalau dagingnya itu sekitar lima kuintal,” terang Ujang, dikutip dari YouTube Liputan6, Jumat (4/9/2024).
Proses pengolahan bekicot ini membutuhkan ketelatenan. Dimulai dari proses perebusan selama sekitar 15 menit. Setelah matang, daging bekicot dipisahkan dari cangkangnya dengan cara dicongkel satu per satu.
“Terus dikemas, dimasukkan freezer, udah bisa dijual. Paling banyak permintaan (bekicot) dari daerah Kediri sini,” imbuh Ujang.
Manfaatkan Limbah
Menariknya, pabrik pengolahan bekicot milik Ujang nyaris tak menghasilkan limbah. Cangkang bekicot dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak.
“Limbahnya yang lain dibuat pakan lele. Jadi limbahnya tidak ada yang terbuang,” kata Ujang.
Selama ini, untuk memenuhi permintaan pasar, Ujang harus mencari pasokan bekicot dari daerah-daerah lain, seperti Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Rembang Jawa Tengah. Pada April-Mei, Ujang biasanya mendapatkan banyak pasokan bekicot dari daerah-daerah tersebut.
Pengolahan bekicot pun menyesuaikan berapa banyak stok bahan baku yang tersedia.
Cuan Melimpah
Saat ini, Ujang mengoperasikan pabrik pengolahan bekicot miliknya bersama belasan karyawan.
“Kalau musim panas barangnya (bekicot) enggak ada. Kalau musim hujan kan banyak bekicot,” ujar Hartono, salah satu pekerja di pabrik pengolahan bekicot milik Ujang.
Tidak sembarangan orang bisa bekerja di pabrik pengolahan bekicot. Pasalnya, mencukil bekicot dari cangkangnya butuh keahlian khusus. Jika tidak hati-hati, kotoran bekicot bisa menempel pada daging sehingga menyebabkan timbulnya rasa pahit saat dikonsumsi.
Setiap pekerja bagian pencongkelan daging bekicot memperoleh upah Rp1.200 per kilogram. Salah satu pekerja yang akrab disapa Mak Ti biasanya berhasil mengantongi Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per hari dari hasil mencongkel daging bekicot.
“Setiap hari enggak mesti, kadang (mencongkel) 40 kilogram sampai 50 kilogram. Upahnya Rp1.200 per kilogram,” kata Mak Ti, dikutip dari YouTube Liputan6.
Sementara itu, Ujang menjual daging bekicot yang sudah bersih dan matang itu seharga Rp35 ribu per kilogram. Dia pun memiliki freezer untuk menyimpan daging bekicot agar tahan lama. Daging bekicot beku bisa tahan hingga satu tahun.
Permintaan daging bekicot tidak hanya dari wilayah Kediri, tetapi juga dari kota lain seperti Surabaya hingga Jawa Barat. Ujang bisa meraih omzet hingga Rp30 juta dalam satu bulan dari penjualan bekicot matang.