Sosok Kukun Sugiarto, Pensiunan Guru SD yang Konsisten Ajak Anak Muda Pakai Bahasa Madura karena Alasan Penting Ini
Kukun menyatakan bahwa bahasa Madura memuat mutiara kehidupan yang sangat bernilai.
Oktober dikenal sebagai bulan dengan banyak peristiwa penting, mulai hari kesaktian Pancasila hingga bulan Bahasa. Bahasa daerah atau bahasa ibu tidak hanya memiliki nilai budaya yang memperkaya keragaman cara berkomunikasi bangsa Indonesia.
Mengutip ANTARA, setiap bahasa lokal banyak mengandung mutiara atau nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadi pemandu bagi penuturnya untuk menjalani hidup rukun, damai dan bahagia. Salah satu bahasa daerah yang terkenal di Indonesia ialah bahasa Madura.
- Sosok Ibu Guru Blak-blakan ke Siswa Pacaran saat Remaja Merusak Mental, Pidatonya di Sekolah Pecah Menyala
- Seorang Guru Diduga Pukul Murid SLB Pakai Pentungan Satpam, Begini Pengakuan Korban
- Guru Pelaku Pelecehan 15 Siswi di SMK Jakarta Utara Bakal Dipecat
- Suswono Janji Naikkan Gaji Guru PAUD Setara UMR Jika Menang Pilkada Jakarta
Menariknya, bahasa Madura tidak hanya digunakan oleh masyarakat di Pulau Madura, tetapi juga di daerah-daerah sekitarnya.
Masyarakat di Pulau Jawa bagian timur yang dikenal sebagai daerah "tapal kuda", yakni Bondowoso, Situbondo, Jember, Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Banyuwangi, juga banyak yang menggunakan bahasa Madura sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Sosok Inspiratif
Kukun Sugiarto, warga Desa Prajekan Lor, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso, menyadari betul bahwa bahasa Madura kental dengan nilai-nilai kehidupan, sehingga wajib dilestarikan.
Selama ini, pensiunan guru sekolah dasar tersebut dikenal sebagai sosok yang menaruh perhatian besar pelestarian bahasa daerah. Ia melakukan sejumlah upaya, mulai dari terus menggunakan bahasa Madura untuk berkomunikasi sehari-hari dengan masyarakat, mengajak anak muda turut aktif menggunakan bahasa Madura dalam kehidupan sehari-hari, hingga menulis buku berbahasa Madura.
Ia dikenal sebagai penulis buku bahasa Madura yang digunakan sebagai buku pegangan mata pelajaran bahasa daerah di tingkat sekolah dasar (SD). Buku paket yang saat ini digunakan sekolah-sekolah di Bondowoso itu berjudul "Masteka Bhasa Madhura" atau "Mustika Bahasa Madura" yang digunakan untuk pelajar kelas 1 SD hingga kelas 6 SD.
Bagi Kukun, bahasa Madura mengandung nilai-nilai kehidupan terkait dengan relasi sosial atau tata krama dan penanaman karakter atau filosofi hidup.
Mengutip situs Balai Bahasa Jatim, ada kalanya Kukun juga diminta menjadi pembicara dalam pelatihan-pelatihan yang digelar Balai Bahasa Jawa Timur. Salah satu kualifikasi Kukun ialah sebagai mentor pidato berbahasa Madura.
Selain itu, Kukun dinobatkan sebagai pangrabhet atau perawat dalam bahasa Madura.
Apresiasi
Pada Agustus 2024, Pemerintah Desa Prajekan Lor memberikan penghargaan kepada Kukun Sugiarto sebagai tokoh yang merawat bahasa Madura.
Kepala Desa Prajekan Lor Fandi Sofan Hidayat menuturkan, pemberian penghargaan merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada sekelompok atau perorangan yang berdedikasi pada bidang kebudayaan, khususnya dalam upaya pelestarian bahasa ibu.
Melalui penilaian tim yang dibentuk, Kukun Sugiarto dianggap sangat layak mendapatkan apresiasi tersebut. Di tengah gempuran budaya modern, termasuk dari pengaruh luar negeri, kekayaan budaya lokal, termasuk bahasa ibu, harus mendapatkan perhatian lebih agar tidak ditinggalkan oleh generasi muda.
Inovasi
Kepala desa dan para sesepuh desa menyadari bahwa komunikasi di kalangan generasi muda di Prajekan Lor Kabupaten Bondowoso mengalami pergeseran karena bahasa daerah sudah mulai jarang digunakan.
Mereka pun berinovasi dengan menggelar festival kampung dengan tema yang diambil dari khazanah bahasa Madura. Festival rutin setahun sekali tersebut bertujuan untuk menggali kembali kekayaan budaya lokal yang pernah dimiliki masyarakat, termasuk makanan, musik, dan kesenian lain.
Penentuan tema dengan menggunakan diksi bahasa Madura itu tidak diambil sepihak oleh pemerintah desa, melainkan melibatkan generasi muda dan generasi tua, termasuk Kukun Sugiarto dan tokoh seusianya.
Pelibatan generasi muda dalam mempersiapkan festival kampung turut melatih mereka berpikir dan bersama-sama berupaya menggali kekayaan bahasa lokal. Lewat ajang itu, secara tidak langsung akan tertanam di alam bawah sadar anak muda bahwa menguasai Bahasa Madura itu sangat penting.
Konsistensi dan semangat tinggi seluruh warga desa untuk melestarikan budaya lokal membuat Desa Prajekan Lor ditetapkan sebagai desa budaya oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso pada tahun 2018 silam.