Stigma adalah Stereotip Negatif, Ketahui Faktor dan Karakteristiknya
Stigma dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik secara personal maupun institusional.
Stigma dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik secara personal maupun institusional.
Stigma adalah Stereotip Negatif, Ketahui Faktor dan Karakteristiknya
Stigma, sebagai fenomena sosial dan psikologis, menjadi permasalahan mendalam yang memengaruhi individu dan masyarakat. Istilah ini merujuk pada label negatif atau stereotip yang melekat pada suatu kelompok atau individu, sering kali sebagai akibat dari perbedaan, kekurangan, atau kondisi tertentu.
Stigma memiliki dampak yang luas, memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik, serta mendorong ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan. Memahami dinamika dan konsekuensi stigma menjadi langkah krusial dalam membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan memahami bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama, terlepas dari perbedaan yang mungkin ada. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi stigma menjadi suatu keharusan.
Berikut penjelasan selengkapnya mengenai stigme yang penting untuk diketahui.
-
Siapa saja yang terkena stigma karena dianggap terkena sihir? Kejang yang dialami oleh penderita epilepsi sering disalahartikan sebagai manifestasi sihir, menyebabkan stigma dan persepsi negatif terhadap penderita.
-
Mengapa stigma terhadap penderita kusta perlu diatasi? Untuk mengatasi stigma, diperlukan advokasi lintas sektor yang efektif. "Mengakui diri mengidap kusta itu berat," katanya, menekankan perlunya dukungan emosional dan sosial bagi penderita.
-
Siapa yang menjadi korban stigma karena menderita kusta? Agus Wijayanto, Direktur Eksekutif NLR Indonesia, menyatakan bahwa stigma ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pengidap kusta, termasuk mata pencaharian mereka.
-
Apa itu Ampiang Dadiah? Ampiang Dadiah atau semacam susu fermentasi yang dihasilkan dari kerbau.
-
Bagaimana kondisi kontrakan Adul? Dilihat dari sejumlah jemuran dan barang-barang lainnya, kontrakan ini ternyata diminati oleh banyak orang.
-
Apa yang dipalsukan oleh sindikat ini? Polda Metro Jaya mengungkap sindikat pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Pelat nomor rahasia.
Pengertian Stigma
Stigma merujuk pada label negatif, stereotip, atau penilaian buruk yang melekat pada kelompok atau individu tertentu. Fenomena stigma dapat timbul dari perbedaan sifat fisik, kondisi kesehatan, identitas sosial, atau karakteristik tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan norma atau ekspektasi masyarakat.
Stigma dapat bersifat personal, termanifestasi dalam pandangan atau perilaku individu terhadap yang dianggap berbeda, serta bersifat institusional, tercermin dalam kebijakan, aturan, atau praktik yang menciptakan ketidaksetaraan.
Dalam konteks kesehatan mental, stigma dapat menghalangi individu untuk mencari bantuan atau pengobatan karena takut dicap sebagai orang yang tidak normal atau lemah.
Sementara itu, stigma rasial atau etnis dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam akses ke peluang pendidikan, pekerjaan, atau pelayanan kesehatan. Stigma juga dapat terkait dengan kondisi medis tertentu, orientasi seksual, atau identitas gender.
Tidak ada satu definisi atau pandangan tunggal yang dapat mencakup seluruh kompleksitas stigma, karena pandangan terhadap stigma dapat bervariasi di antara ahli-ahli yang berbeda dalam bidang psikologi, sosiologi, kesehatan mental, dan bidang lainnya.
Namun, beberapa ahli memberikan kontribusi dalam memahami dan merinci konsep stigma.
Erving Goffman, seorang sosiolog terkemuka, memperkenalkan konsep "stigma" dalam karyanya yang berjudul "Stigma: Notes on the Management of Spoiled Identity" pada tahun 1963. Goffman mendefinisikan stigma sebagai atribut atau tanda yang menandakan ketidaknormalan dan menyebabkan seseorang dianggap berbeda dari norma sosial yang berlaku.
Link dan Phelan mengembangkan model stigma struktural yang mencakup tiga elemen utama: atribut yang membedakan, stereotip negatif, dan diskriminasi. Menurut mereka, stigma muncul ketika seseorang memiliki atribut yang membedakan dirinya dari norma sosial yang berlaku, dan stereotip negatif terkait dengan atribut tersebut memicu tindakan diskriminasi.
- Fakta atau Sekadar Stigma, Benarkah Kelakukan Buruk Gen Z di Tempat Kerja Dilakukan oleh Semua?
- Angka Penderita Demensia Diperkirakan Akan Terus Meningkat, Penting untuk Semua Pihak Terlibat dalam Pencegahannya
- 5 Kebiasaan Orang Tua untuk Membangun Mental Anak Agar Kuat dan Tangguh
- Bias Adalah Prasangka atau Sikap Prajudisial, Ketahui Jenisnya
Bruce G. Link dan Jo C. Phelan juga menyusun model "teori stigma" yang memahami stigma sebagai suatu proses sosial yang melibatkan tiga tahap: labeling (penandaan), stereotyping (pemberian stereotip), dan diskriminasi (perlakuan diskriminatif).
Faktor Penyebab Kemunculan Stigma
Stigma dapat muncul dari berbagai penyebab, dan faktor-faktor ini sering saling terkait dan kompleks. Beberapa penyebab umum stigma melibatkan unsur sosial, budaya, dan psikologis. Berikut adalah beberapa faktor penyebab stigma:
1. Ketidakpahaman dan Ketakutan Terhadap yang Berbeda. Stigma sering kali timbul dari ketidakpahaman terhadap perbedaan dan ketakutan terhadap apa yang dianggap tidak dikenal atau tidak sesuai dengan norma sosial. Kurangnya edukasi atau informasi yang akurat dapat memberikan ruang bagi munculnya stereotip dan pandangan negatif.
2. Stereotip dan Prasangka. Stereotip, atau pandangan prasangka yang umum terhadap suatu kelompok atau individu, dapat memicu terbentuknya stigma. Stereotip bisa muncul dari budaya, media massa, atau pengalaman pribadi yang terbatas.
3. Persepsi Ketidakmampuan atau Kelemahan. Stigma sering kali terkait dengan persepsi bahwa individu atau kelompok tertentu memiliki ketidakmampuan atau kelemahan tertentu. Misalnya, stigma terhadap gangguan mental seringkali muncul karena persepsi bahwa orang dengan gangguan mental tidak mampu mengelola hidup mereka dengan baik.
4. Norma Sosial dan Budaya. Stigma dapat tercermin dalam norma sosial dan budaya yang memandang rendah atau mengejek kelompok tertentu. Norma-norma ini bisa berkembang dari tradisi, keyakinan, atau nilai-nilai masyarakat yang berlaku.
5. Media dan Representasi Buruk. Representasi buruk atau merendahkan di media massa dapat memainkan peran penting dalam pembentukan stigma. Ketika suatu kelompok atau kondisi muncul secara negatif atau tidak akurat dalam media, hal ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap persepsi masyarakat dan terbentuknya stigma.
6. Kebijakan Diskriminatif. Kebijakan atau praktik-praktik diskriminatif dalam masyarakat atau lembaga-lembaga tertentu dapat memperkuat stigma. Diskriminasi terhadap kelompok tertentu dalam hal pekerjaan, pendidikan, atau layanan kesehatan dapat merangsang munculnya pandangan negatif.
Pemahaman terhadap penyebab stigma penting untuk merancang strategi dan upaya pengurangan stigma yang efektif. Upaya-upaya ini mencakup pendidikan, advokasi, dan promosi kesadaran untuk menggantikan stereotip dengan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang keberagaman dan keunikan setiap individu atau kelompok.
Karakteristik Stigma
Stigma memiliki karakteristik khas yang dapat memengaruhi bagaimana individu atau kelompok tertentu diperlakukan dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari stigma:
- Label Negatif: Stigma seringkali terkait dengan pemberian label negatif atau stereotip terhadap individu atau kelompok tertentu. Label ini dapat menciptakan persepsi buruk dan merendahkan yang dapat mempengaruhi cara orang lain memandang dan berinteraksi dengan mereka.
- Diskriminasi dan Perlakuan Tidak Adil: Salah satu ciri khas stigma adalah adanya perilaku diskriminatif atau perlakuan tidak adil terhadap individu atau kelompok yang menjadi sasaran stigma. Hal ini dapat mencakup diskriminasi dalam hal pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, atau akses ke sumber daya lainnya.
- Ketidaksetaraan dan Kekerasan: Stigma dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan hingga ke tingkat kekerasan. Individu atau kelompok yang diberi stigma mungkin menghadapi risiko lebih tinggi terhadap tindakan kekerasan fisik atau verbal.
- Isolasi Sosial: Salah satu dampak stigma adalah terjadinya isolasi sosial terhadap individu atau kelompok yang diberi stigma. Orang mungkin diabaikan, dihindari, atau diisolasi oleh masyarakat, keluarga, atau teman-teman karena stigmatisasi.
- Ketidaksetujuan dan Penolakan: Stigma dapat menciptakan sikap ketidaksetujuan dan penolakan terhadap individu atau kelompok tertentu. Masyarakat atau kelompok yang memberi stigma mungkin mengekspresikan penolakan terhadap mereka yang dianggap berbeda.
- Ketidaksetaraan dalam Akses: Stigma dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam akses terhadap berbagai layanan dan sumber daya. Individu atau kelompok yang diberi stigma mungkin menghadapi hambatan untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan, perawatan kesehatan, atau hak-hak dasar lainnya.
- Internalisasi Stigma: Terkadang, individu yang menjadi sasaran stigma dapat internalisasi pandangan negatif tersebut, sehingga merasa rendah diri atau merasa bahwa mereka tidak berharga. Internalisasi stigma dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional.