Udara Selalu Segar dan Tidak Pernah Panas, Intip Eksotisme Desa Jatiluwih Bali yang Jadi Warisan Budaya Dunia
Sistem pertanian di desa ini sudah dibangun sejak abad ke-11
Sistem pertanian di desa ini sudah dibangun sejak abad ke-11
Udara Selalu Segar dan Tidak Pernah Panas, Intip Eksotisme Desa Jatiluwih Bali yang Jadi Warisan Budaya Dunia
Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali merupakan desa wisata dengan panorama indah disertai sawah berundak. Sejak tahun 2000, desa ini banyak dikunjungi wisatawan.
- Belajar dari Kampung Seni Yudha Asri di Serang, Warga Kompak Jaga Alam dan Lestarikan Budaya
- Desa di Tuban Ini Larang Warga Bangun Rumah Hadap Utara hingga Sembelih Kambing, Ini Alasannya
- Kisah Unik Desa Sinar Bandung di Lampung, Warganya 90% Sunda dan Pendukung Setia Persib
- Bikin Merinding! Ribuan Ulat Bulu Serbu Rumah Warga
Keistimewaan
Desa Jatiluwih berada pada ketinggian rata-rata 700 meter dari permukaan laut (mdpl). Udara di desa ini selalu sejuk dan tidak pernah panas melebihi 20 derajat celcius.
Desa Jatiluwih dikelilingi hutan lindung seluas 24 hektar yang menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna endemik. Seperti burung langka dan hewan seperti kukang jawa, yang sering terlihat oleh pengunjung saat mendaki atau bersepeda melalui jalur setapak yang membelah hutan dan sawah.
Tak hanya menikmati pemandangan terasiring yang indah, wisatawan di Desa Jatiluwih dapat menikmati berbagai aktivitas luar ruang seperti trekking dan bersepeda melalui jalur yang menghubungkan sawah dengan hutan.
Pertanian Berkelanjutan
Daya tarik utama Desa Jatiluwih ada pada areal persawahannya. Bentangan terasering lahan padi di Subak Jatiluwih terkenal sebagai destinasi wisata global yang menyuguhkan keindahan serta ketenangan alam Bali.
Subak ialah sistem pengelolaan irigasi berlandaskan filosofi Tri Hita Karana yaitu keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Harmonisasi kehidupan ini menjadi kunci utama lestarinya budaya subak di Pulau Dewata, Bali.
Mengutip situs resmi Kementan RI, Subak Jatiluwih memiliki tiga subsistem yang memiliki hubungan timbal balik dan hubungan keseimbangan dengan lingkungan yaitu subsistem budi daya (pola pikir, norma dan nilai), subsistem sosial (ekonomi), dan subsistem kebendaan (mencakup teknologi).
Pengelolaan Subak Jatiluwih menggunakan sistem pertanian berkelanjutan secara holistik. Misalnya, pembagian air secara adil dan merata untuk antisipasi kekeringan dan perubahan iklim yang sulit diprediksi.
Mengutip situs resmi Jadesta Kemenparekraf RI, Subak Jatiluwih yang dibangun sejak abad ke-11 tidak hanya sebuah sistem irigasi tetapi juga filosofi hidup yang menekankan pada keharmonisan dan keberlanjutan.
Warisan Dunia
Subak Jatiluwih telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO sejak 6 Juli 2012.
Subak JatiluwihKondisi Terkini
Festival Jatiluwih 2024 hanya digelar dua hari karena keterbatasan biaya.
"Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya-budaya khusus kearifan lokal yang ada di Jatiluwih," terang Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya, dikutip dari YouTube Liputan6, Senin (8/7/2024).