Anak-anak malang yang butuh kasih sayang
Dengan jumlah pengasuh yang terbatas, para anak ini berebut perhatian.
Suara tangisan bayi terdengar nyaring di lantai dua Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tunas Bangsa, Cipayung, Jakarta Timur. Riuh para pengasuh untuk menenangkan turut terdengar. Rupanya saat itu Kamis (10/11) tengah ada kegiatan rutin imunisasi dan urut bagi para bayi di panti tersebut.
Saat merdeka.com menyambangi kamar pertama di panti Tunas Bangsa, terlihat beberapa bayi perempuan dan laki-laki bercengkerama dengan pengasuh. Ada juga yang tengah merangkak dengan asyik menyusuri lantai berkeramik putih. Kamar pertama itu khusus bayi 0 hingga 6 bulan. Terdapat 16 bayi di kamar itu.
Pihak panti sendiri membagi 4 kamar besar untuk anak-anak tersebut. Kamar khusus bayi 0-6 bulan, kamar bayi usia 7 hingga 24 bulan dan kamar untuk anak 2 sampai 5 tahun. Namun, untuk kamar anak berusia 2-5 tahun terpisah antara laki-laki dan perempuan.
Saat ke kamar bayi usia 7 hingga 24 bulan kondisinya sepi. Tidak ada tangisan bayi terdengar di sana. Bayi-bayi tengah tidur pulas. Berbeda dengan kamar kedua, kamar untuk usia 2 hingga 5 tahun begitu ramai. Baik laki-laki dan perempuan tengah bermain bersama di ruangan bermain. Mereka menyambut ceria kedatangan merdeka.com, bahkan beberapa anak rebutan salaman serta menanyakan nama.
"Ibu namanya siapa," celetuk salah satu anak perempuan. "Ibu mau main ya," sahut anak laki-laki berkulit putih.
Dari sekian banyak anak, panti tersebut hanya memiliki 32 pengasuh. Satu ruangan hanya ada tiga orang pengasuh. Pengasuh itu terbagi ke dalam shift pagi dan malam.
Para balita malang ini berasal dari latar belakang yang beragam. Ada yang hanya dititipkan sementara atau sengaja dibuang orang tuanya yang disebut anak negara. Biasanya anak negara ini sengaja dibuang di jalanan bahkan ditinggal di rumah sakit setelah sang ibu melahirkan. Kehadiran mereka sama sekali tak diharapkan oleh orang tuanya.
Kepala PSAA Balita Tunas Bangsa, Vivi Kafilatul Jannah mengatakan, tahun 2016 sebanyak 60 anak negara dirawat di Tunas Bangsa. Mereka dirawat dengan penuh kasih sayang. Semua kebutuhannya pun terpenuhi. Setelah anak-anak tersebut dinyatakan anak negara pihaknya segera memberikan nama. Nama bagus dan berarti baik dipilih pihak panti dari buku nama-nama bayi. Harapannya agar kelak pribadi serta kehidupan mereka sama dengan arti nama tersebut.
Selain nama, panti juga mengurus akta kelahiran bayi-bayi malang itu ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Lantaran tak diketahui orang tuanya, dalam akte tersebut ditulis anak dari 'tidak diketahui asal usulnya'. Persyaratan membuat akta adanya kartu keluarga (KK). Pihak panti kemudian membuat KK dengan menulis nama kepala panti sebagai kepala keluarga.
-
Siapa yang bergantian mengasuh anak? Di sinilah peran Irfan Bachdim sebagai suami terlihat jelas. Ia tak segan untuk bergantian menggendong anak bungsu mereka yang masih membutuhkan banyak perhatian, memberikan Jennifer ruang untuk fokus pada pekerjaannya.
-
Bagaimana orang tua menghadapi anak yang mengumpat? Jika Anda menunjukkan cara mengelola kemarahan dan mengekspresikan diri tanpa mengumpat, anak Anda akan belajar cara melakukan hal yang sama.
-
Bagaimana orang tua masa prasejarah mengasuh anak mereka? Pada masa prasejarah, kehidupan sering terlihat sederhana. Namun, sekitar 12.000 SM, ketika Neanderthal tengah berakhir dan homo sapiens mulai dominan, keadaan tidak selalu terasa primitif seperti yang kita bayangkan. Pada masa itu, anak-anak tidak menatap layar, melainkan bintang; jika mereka lapar, dan mereka pergi berburu untuk makan. Namun, orang tua pada masa itu harus menghadapi tingkat kematian yang tinggi dan berbagai hewan besar yang berpotensi memangsa mereka.
-
Apa yang dilakukan anak tersebut kepada ibunya? Korban bernama Sufni (74) warga Jalan Nelayan Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Sedangkan pelaku Hendri (52), dan istrinya N (51). Setelah mendapat video tersebut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Bery Juana Putra bersama anak buahnya langsung datang ke rumah pelaku.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Apa yang diwariskan oleh anak dari orang tuanya? Melalui warisan genetik, anak-anak tidak hanya mewarisi ciri-ciri fisik, tetapi juga sifat-sifat kepribadian yang membentuk dasar dari karakter mereka.
Panti asuhan Tunas Bangsa ©2016 Merdeka.com/Desi Aditia Ningrum
Vivi melanjutkan, untuk menentukan agama anak negara pihaknya melihat di mana anak tersebut ditemukan. Misalnya saja ditemukan di jalan, maka mesti melihat mayoritas agama yang berada di sekitar penemuan tersebut.
"Kita punya UU Perlindungan Anak, kita juga punya Permensos nomor 110 tahun 2009 bahwa di mana anak yang ditemukan mayoritas agama apa di sekelilingnya," kata Vivi, kepada merdeka.com Senin (14/11), di PSAA Balita Tunas Bangsa, Cipayung, Jakarta Timur.
Tak hanya soal makanan dan pakaian, para balita itu disediakan tempat bermain yang nyaman. Di samping panti terdapat halaman yang diisi dengan mainan seperti ayunan dan perosotan. Bahkan dua kali dalam setahun panti memberikan rekreasi di dalam maupun luar kota. Hal itu karena rekreasi merupakan kebutuhan anak agar mengetahui lebih jauh dunia luar.
Pihak panti juga menyediakan tempat pendidikan anak usia dini (PAUD), sementara untuk TK balita-balita itu sekolah yang berlokasi di wilayah dekat panti. Setiap harinya mereka diantar jemput oleh pengasuh. Di panti mereka diajarkan tentang agama dan etika sopan santun.
Kata Vivi, anggaran dari Pemprov DKI untuk anak panti di Tunas Bangsa diberikan per tahun. Satu anak dianggarkan Rp 25 ribu per hari. Kendati demikian, pihaknya sering mendapat bantuan dari para donatur.
Walau hampir semua kebutuhan terpenuhi, namun hanya ada satu yang menurut Vivi yang tidak bisa diberikan sepenuhnya oleh panti yakni, kasih sayang. Dengan jumlah pengasuh yang terbatas, setiap balita itu tidak mendapatkan kasih sayang maksimal. Vivi mengaku miris dengan nasib balita-balita tersebut. Di mana seharusnya di masa golden age itu mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang penuh orang tua.
Panti asuhan Tunas Bangsa ©2016 Merdeka.com/Desi Aditia Ningrum
Kata dia, yang tak kalah menyayat hati ketika ada pria dewasa mengunjungi panti. Mereka dengan tingkah serta wajah polos berkerumun memanggil bapak sembari minta dipeluk dan digendong. Kasih sayang sosok ayah begitu dibutuhkan karena pengasuh di panti perempuan. Hausnya kasih sayang membuat mereka selalu mencari perhatian ke setiap orang.
Oleh karena itu, dia selalu berusaha mencarikan orang tua angkat bagi para balita tersebut. Tak hanya kasih sayang, ketika mereka diadopsi diharapkan secara pendidikan dan masa depan lebih baik. Vivi tak ingin mereka hanya hidup dari panti ke panti.
"Kalau di panti kasihan, kalau yang ada orang tua, oke enggak masalah kita kembalikan ke orang tuanya. Kalau yang panti ke panti, yang balita di sini, SD kita pindah ke Klender dari SMP dan SMA nya di Ceger, untuk yang perempuannya di Tebet untuk SMP dan SMA-nya," ucapnya.
Meski begitu, Vivi tak sembarangan memberikan balita kepada calon orang tua angkat. Banyak persyaratan mesti dipenuhi untuk mendapatkan bayi-bayi lucu tersebut.
Sementara itu, di Panti Asuhan Putra Utama ada sekitar 100 lebih anak. Kala merdeka.com menyambangi panti itu, beberapa anak laki-laki berada di luar memandang hujan turun. Ada sebagian baru pulang sekolah. Sedangkan di dalam asrama ada yang tengah bermain dan tiduran di kamar. Terdapat sekitar 10 kamar di asrama putra dengan 11 tempat tidur tingkat. Sedangkan di asrama putri terdapat dua kamar dengan 16 tempat tidur tingkat.
Dari kondisi itu mereka terlihat nyaman tinggal di panti tersebut. Mereka juga begitu ramah dan sopan kepada tamu.
Kepala Panti Asuhan Putra Utama Marwiyanti mengatakan, selain anak negara di panti itu terdapat anak titipan dan anak jalanan hasil penertiban Dinsos DKI Jakarta. Di panti tersebut anak-anak disekolahkan hingga tamat SD. Sekolahnya di lokasi dekat dengan panti. Selain sekolah, di pihak panti mengadakan kegiatan lainnya.
"Ada menari, angklung, vokal grup, dance, mengaji, bimbel, olahraga," ujar Marwiyanti.
Namun, anak negara di panti asuhannya tidak ada yang mengadopsi. Kemungkinan lantaran anak-anak tersebut sudah besar sehingga orang lebih memilih mengadopsi balita. Akan tetapi, kasih sayang sepenuh hati tetap tercurah kepada mereka.