Belajar dari Gempa Cianjur
Tuti Alawiyah (45) sedang duduk santai di teras rumahnya siang itu. Guncangan keras tiba-tiba dia rasakan. Tembok rumah dan atap berderak-derak. Teriakan 'gempa-gempa' membuatnya berlari ke jalan.
Tuti Alawiyah (45) sedang duduk santai di teras rumahnya siang itu. Guncangan keras tiba-tiba dia rasakan. Tembok rumah dan atap berderak-derak. Teriakan 'gempa-gempa' membuatnya berlari ke jalan.
Beberapa mobil yang sedang melintas di jalan Raya Ciherang, Cianjur, semuanya berhenti. Kengerian Tuti bertambah ketika melihat aspal jalan bergoyang seperti ombak.
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Kapan Benteng Pendem di Cilacap dibangun? Benteng pendem ini merupakan benteng peninggalan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1861. Ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang bisa mengedukasi tentang sejarah terutama ketika penjajahan Belanda.
-
Siapa Cecep? Cecep Abdullah berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemuda 26 tahun ini sempat viral di media sosial lantaran berkeliling kampung untuk membersihkan masjid.
-
Kapan gempa di Gianyar terjadi? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung."Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh," kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Bagaimana bentuk Gua Kemang? Berbentuk Tidak Simetris Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Gua Kemang sendiri berbeda dari gua-gua lainnya yakni memiliki bentuk yang tidak simetris.
-
Apa dampak yang ditimbulkan gempa di Gianyar? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung."Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh," kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
"Seumur hidup saya baru mengalami kejadian seperti ini," kenang Tuti saat ditemui merdeka.com awal Desember lalu di posko Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Guncangan gempa pertama dirasakan cukup lama. Ditambah gempa-gempa susulan, suasana siang itu berubah menjadi kepanikan. Saat gempa pertama usai, Tuti melihat beberapa rumah ambruk. Genteng dan atap berjatuhan. Tembok retak.
"Anak sekolah yang pulang banyak yang nangis karena ada temannya yang tertimpa bangunan. Pokoknya saat itu histeris banget keadaannya. Ambulans hilir mudik. Suasana panik mencekam," cerita Tuti.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, gempa Cianjur pada 21 November 2022 yang terjadi pada pukul 13.21 WIB memiliki kekuatan magnitudo 5,6. Jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan tipe mainshock-aftershocks, yaitu gempa bumi utama yang kemudian diikuti oleh serangkaian gempa susulan.
Berdasarkan data BMKG, hingga tanggal 22 November 2022, ada 140 kali gempa susulan (aftershocks) dengan kekuatan magnitudo 1,2 hingga 4,2 dan kedalaman rata-rata sekitar 10 km. Gempa bumi utama yang berkekuatan M 5,6 berdampak dan dirasakan di kota Cianjur dengan skala intensitas V-VI MMI (modified Mercalli insensity).
Gempa juga dirasakan warga Garut dan Sukabumi IV-V MMI; Cimahi, Lembang, Kota Bandung, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor dan Bayah dengan skala intensitas III MMI. Kemudian Tangerang Selatan, Jakarta dan Depok dengan skala intensitas II-III MMI.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, berdasarkan ukuran skala magnitudo, gempa Cianjur sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, jenis gempa tektonik kerak dangkal kerap menimbulkan kerusakan yang parah.
"Karakteristik shallow crustal earthquake sangat dangkal. Jadi memang energinya itu dari pusat yang dipancarkan, yang diradiasikan ke permukaan tanah itu masih kuat," kata Daryono
Dengan kontur perbukitan dan tanah lunak, gempa Cianjur mengakibatkan longsor di beberapa lokasi. Total korban jiwa berdasarkan data terakhir BNPB mencapai 334 orang. Jumlah pengungsi sebanyak 108.720 orang.
Namun data mengejutkan disampaikan Bupati Cianjur Herman Suherman, Senin 12 Desember lalu. Dia mengklaim, jumlah korban meninggal berdasarkan pendataan ulang yang dilakukan Pemkab Cianjur mencapai 600 orang. Ada sekitar 265 korban gempa yang meninggal tidak dilaporkan dan langsung dimakamkan oleh keluarganya.
"Banyak yang tidak melaporkan anggota keluarganya yang meninggal akibat gempa. Setelah dilakukan pendataan ulang jumlahnya mencapai 600 orang yang tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Pacet, Cugenang, Cianjur, dan Warungkondang," katanya seperti dilansir Antara.
Sesar Cimandiri dan Patahan Cugenang
Dilintasi oleh Sesar Cimandiri segmen Rajamandala, wilayah Cianjur termasuk salah satu daerah rawan gempa bumi. Sesar Cimandiri memiliki mekanisme sesar geser mengiri (left-lateral strike-slip).
Dalam geologi, istilah sesar atau patahan adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, di mana terjadi perpindahan signifikan sebagai akibat dari gerakan massa batuan. Sesar-sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik. Aksi gaya terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.
Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi. Menurut ilmu geofisika, sesar terjadi ketika batuan mengalami tekanan dan suhu yang rendah sehingga sifatnya menjadi rapuh.
Sesar Cimandiri sendiri memanjang dari Teluk Pelabuhanratu di Sukabumi hingga Padalarang di Kabupaten Bandung Barat. Panjangnya kurang lebih 100 km yang dibagi menjadi 3 segmen. Pertama, segmen Cimandiri (mekanimse sesar naik), kedua segmen Nyalindung-Cibeber (mekanimse sesar naik), dan ketiga segmen Rajamandala.
BMKG mencatat, beberapa gempa signifikan yang pernah terjadi di zona Sesar Cimandiri ini antara lain dengan skala magnitudo 5,5 terjadi pada tahun 1982 dan gempa magnitudo 5,4 terjadi tahun 2000.
Analisis yang dilakukan Kelompok Kerja Sesar Aktif dan Katalog Gempa Bumi BMKG dengan menggunakan metode Double-Difference, pada gempa 21 November 2022 ditemukan sebaran episenter dan hiposenter gempa Cianjur.
Gempa utama (mainshock) berlokasi di arah utara Sesar Cimandiri segmen Rajamandala. Sementara gempa-gempa susulannya (aftershocks) berada di sebelah Timur Laut relatif terhadap gempa utama.
BMKG juga melakukan analisis focal mechanism dan sebaran titik gempa-gempa susulan, analisis citra satelit dan foto udara untuk memetakan dampak dan pusat gempa Cianjur.
Mekanisme fokus gempa utama magnitudo 5,6 ini menunjukkan sesar geser mengiri (sinistral strike-slip fault) pada arah Barat Daya-Timur Laut yang mirip dengan dominasi pergerakan dari Sesar Cimandiri segmen Rajamandala.
Jika melihat sebaran episenter gempa-gempa susulan, klaster gempa bumi susulan tersebut berarah Barat Daya-Timur Laut pada jarak sekitar 15 km sebelah utara dari Sesar Cimandiri segmen Rajamandala.
Berdasarkan mekanisme fokus gempa utama dan sebaran hiposenter hasil relokasi, BMKG membuat interpretasi sesar penyebab gempa M 5,6 ini dan area sesarnya merupakan sesar geser mengiri dan memiliki dip ke arah Barat Laut.
Kelompok Kerja BMKG juga menemukan, gempa Cianjur terjadi pada sesar yang sebelumnya belum teridentifikasi dengan baik. Gempa ini bersumber dari sesar dengan mekanisme sesar geser mengiri pada arah Barat Daya-Timur Laut yang sejajar dengan Sesar Cimandiri segmen Rajamandala.
Untuk membuktikan analisis itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan tim melakukan survei pada 5-8 Desember 2022. Tim survei melacak jejak patahan dan pengukuran retakan di lokasi yang diperkirakan sebagai epicenter gempa bumi Cianjur. Survei dilakukan di Desa Sarampad, Talaga, Cijedil, dan Cibulakan.
Dari hasil survei surface rupture (rekahan permukaan tanah), sebaran titik longsor dan kerusakan lahan teridentifikasi bahwa arah surface rupture yang diduga sebagai jurus patahan menunjukkan arah sesuai focal mechanism gempa bumi, yaitu berarah N 347°E.
Dwikorita menjelaskan, gempa Cianjur dipicu pergeseran sesar baru yang dinamakan Patahan Cugenang. Patahan tersebut membentang sepanjang 9 kilometer melintasi sembilan desa di dua kecamatan.
"Sembilan desa yang dilintasi garis patahan tersebut adalah 6 desa di Kecamatan Cugenang yang terdiri dari Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Dua desa di Kecamatan Pacet yaitu Desa Ciherang, Desa Ciputri. Selain itu ada juga satu desa lainnya di ujung patahan yakni Desa Nagrak Kecamatan Cianjur," ujarnya.
Merelokasi Warga Korban Gempa
Bupati Cianjur Herman Suherman mengaku akan segera mengeluarkan surat keputusan relokasi permukiman warga yang wilayahnya tidak mungkin dibangun lagi. Pendataan masih dilakukan untuk menentukan jumlah warga dan berapa hunian yang akan dibangun.
Saat ditemui merdeka.com awal Desember lalu di Pendopo Kabupaten Cianjur, Herman menyebut, berdasarkan pendataan yang dilakukan, ada 24.107 rumah warga yang terdampak gempa. Rusak berat sebanyak 5.631, rusak sedang 7.273, dan rusak ringan 11.203.
Pemkab Cianjur, lanjutnya, sudah menyiapkan tanah yang berada di Desa Sirnagalih, kemudian di Kecamatan Mande, dan di Ciloto. "Sampai hari ini saya belum mendapatkan data siapa yang harus pindah ke sana karena ini harus dikaji BMKG, daerah mana yang tidak boleh dibangun kembali," ujarnya.
Saat melakukan survei 5-8 Desember lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah merekomendasikan relokasi permukiman warga di sepanjang zona patahan Cugenang. Area sesar seluas 9 kilometer persegi tersebut dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni warga karena rawan gempa bumi.
Dwikorita menyebut, karena jalur patahannya ada di wilayah Cugenang maka dinamakan Sesar Cugenang. Sebelumnya, kata dia, gempa Cianjur diduga disebabkan aktivitas Sesar Cimandiri karena pusat gempa berada di dekat sesar tersebut.
Dari 9 desa yang dilintasi Sesar Cugenang, delapan di antaranya termasuk Kecamatan Cugenang. Kedelapan desa itu di antaranya Desa Ciherang, Desa Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan, dan Desa Benjot. Satu desa terakhir, Nagrak, lokasinya di dalam wilayah Kecamatan Cianjur.
"Karena Sesar Cugenang adalah sesar aktif, maka rentan kembali mengalami pergeseran atau deformasi, getaran dan kerusakan lahan, serta bangunan. Area sepanjang patahan harus dikosongkan dari peruntukkan sebagai permukiman, sehingga jika terjadi gempa bumi kembali di titik yang sama, tidak ada korban jiwa maupun kerugian materil," ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta (8/12).
Dwikorita menyampaikan, penemuan atau penetapan zona patahan baru ini sangat vital dalam mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi berbagai bangunan yang terdampak gempa Cianjur. Dia mengingatkan, jangan sampai dalam prosesnya, rumah warga maupun berbagai fasilitas umum dan sosial lainnya kembali didirikan di jalur gempa tersebut.
Meski begitu, kata Dwikorita, area tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, kawasan konservasi, lahan resapan, maupun dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan konsep ruang terbuka tanpa bangunan permanen.
"Poin utamanya, area lintasan Sesar Cugenang terlarang untuk bangunan tempat tinggal maupun bangunan permanen lainnya," tegasnya.
Bupati Herman yang ikut melakukan survei udara mengungkapkan, selain 9 desa yang disebut BMKG, Desa Cikedil juga tidak bisa lagi dibangun permukiman warga karena tertutup longsoran Cicadas. Sementara daerah Cikancana, Warungkondang, Gekbrong kemungkinan besar bisa dibangung kembali.
"Warga akan membangun kembali rumah-rumah di tempat-tempat semula. Kemungkinan besar ya, tapi walau bagaimanapun kita tunggu hasil kajian dari BMKG," ujarnya.
Setelah hasil kajian dan rekomendasi BMKG keluar, Herman mengatakan akan segera menerbitkan surat keputusan (SK) relokasi permukiman warga. Lokasi permukiman yang sudah dipilih berada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku. 16 Hektare lahan sudah disiapkan.
"Itu di perkotaan dan di depannya pun ada perumahan. Walaupun nanti misalkan pertaniannya dia menggarap di daerah Cugenang, saya yakin tidak terlalu jauh," kata Herman.
Koordinator Bidang Pencegahan Dini Kebencanaan BMKG, Sigit Pramono menjelaskan, pihaknya masih melakukan pengujian di lahan yang telah dipilih Pemkab Cianjur sebagai tempat relokasi warga. Tahapan awal yang dilakukan adalah pengambilan sampel getaran untuk kemudian dianalisis lebih detail.
Sejumlah variabel juga masih dianalisis oleh tim BMKG, dan pertimbangan apa saja yang akan dimasukkan dalam kesimpulan akhir sebagai rekomendasi aman tidaknya tempat relokasi yang dipilih.
"Jadi kita memang masih mempelajari beberapa parameter lain yang memang masih terkait getaran itu tadi, jadi masih proses kajian detail pemetaannya," kata Sigit ketika dihubungi merdeka.com.
Sigit menegaskan, keputusan akhir penggunaan lahan relokasi yang telah dipilih itu tetap berada di Pemkab Cianjur. "Jadi kita sifatnya mendukung saja," pungkasnya.
(mdk/bal)