Berland, markas Belanda jadi sarang narkoba
Berland diambil dari bahasa belanda 'Bweerland' yang berarti nama jalan.
"Dulu kawasan ini adalah benteng Kavaleri Belanda dan Markas pasukan berkuda," ujar Gustaf, 65 tahun, salah seorang warga asli kelahiran Kampung Berland saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa pekan kemarin. Berland berdasarkan cerita turun temurun diambil dari bahasa Belanda. "Bweerland yang berarti nama jalan," katanya.
Kampung Berland memang sejak sepekan lalu ramai menjadi perbincangan di media. Bukan tanpa sebab, pengeroyokan anggota Kepolisian Sektor Senen, Jakarta Pusat saat melakukan penggerebekan mengungkap jejak peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang dalam jumlah besar. Kampung itu menjadi sarang narkoba sejak lama.
Menurut Gustaf, sejarah Kampung Berland yang terletak di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur ini memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Benteng pertahanan Kavaleri Belanda. Namun karena bahasa Belanda itu sulit untuk di ucapkan, maka warga lebih mengenalnya dengan sebutan Berland.
Era sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, Berland memang merupakan markas pasukan berkuda tentara Belanda. Namun setelah Indonesia merdeka, markas itu kemudian di peruntukan buat pasukan Zeni Konstruksi TNI Angkatan Darat. Sementara sebagian wilayahnya digunakan untuk asrama perwira hingga saat ini.
Doni, salah seorang warga yang tinggal sejak tahun 1963 di Jalan Manggarai Utara menuturkan hal sama. Dia mengatakan sejarah nama kampung Berland memang tidak bisa dijauhkan dari keberadaan benteng Kavaleri pasukan Belanda. Bahkan menurut dia, sejarah kependudukan Belanda saat itu memunculkan juga nama-nama disekitar wilayah Berland. Salah satunya ialah Palmeriam dan Matraman.
Palmeriam menurut Doni diambil dari sejarah peristiwa ketika Pasukan Mataram berperang melawan penjajahan. Palmeriam ialah markas pasukan arteri meriam Inggris
yang ditempatkan untuk menyerang kota Batavia kala itu. "Kalau Matraman itu diambil dari nama Kerajaan Mataram," ujar Doni.
Seiring perkembangan zaman, nama Kampung Berland berubah menjadi sarang narkoba. Menurut Gustaf, tersohornya nama kampung tempat dia lahir itu memang ulah dari para pendatang menempati rumah di daerah itu. Apalagi dari dulu Kampung Berland memang kebanyakan dihuni oleh keluarga serdadu.
Jangan kaget jika dulu saking terkenalnya kampung ini disebut sebagai Kampung anak kolong. Banyak bandit juga ikut bersembunyi di tempat ini. Alhasil, kedatangan bandit-bandit itu mendiami rumah sewa di komplek tersebut membawa carita negatif. Salah satunya ialah peredaran narkoba.
"Oknum-oknum kejahatan ini yang bikin nama Berland jelek. Seakan-akan dia itu anak sini (Berland)," ujar Gustaf.
Memasuki tahun 2010, menurut Gustaf Kompleks perumahan di Berland kebanyakan dihuni oleh para pendatang. Hal itu disebabkan karena banyak warga Berlan yang menjual rumah mereka kepada masyarakat sipil. Bahkan ada beberapa yang di kontrakan dan dibuat kos-kosan oleh pemilik rumah. Salah satunya ialah rumah Mami Yola yang terletak di RT 15, RW 03, Kelurahan Kebon Manggis. Di daerah itu kata Gustaf merupakan sarang peredaran narkoba.
Mami Yola pemilik nama asli Yoneta itu sudah mendiami rumah kontrakan puluhan tahun. Sejak kedatangan dia juga ke Kampung Kebon Manggis, nama Kampung Berland tercemar menjadi sarang narkoba. "Karena bandar merasa aman di sini, aparat Kepolisian tidak berani menyentuh," tutur Gustaf.
Hasan, warga yang satu RT dengan kontrakan Mami Yola tinggal menuturkan jika sejak kedatangan dia di Kampung Kebon Manggis, banyak para pengguna narkoba singgah ke daerahnya untuk bertransaksi. Bahkan menurut Hasan, Mami Yola memiliki ruangan khusus bagi para pelanggannya untuk memakai narkoba. Ruangan itu ialah sebuah kontrakan kecil tak jauh dari kediaman Mami Yola.
Hampir sering kali juga di kontrakan itu ada orang over dosis. "Sampai saat ini masih ada saja yang mati karena over dosis pemakaian narkoba di sini," ujar Hasan. Dia pun beberapa kali menemukan jarum suntik bekas digunakan memakai narkoba.
Warga menurut Hasan memang sudah beberapa kali melakukan pengusiran di tempat itu. Namun semakin di usir, jumlah mereka semakin banyak. Karena takut, akhirnya warga hanya mendiamkan perilaku para pengguna dan bandar narkoba tersebut. "Makin lama kelompoknya semakin banyak. Kami jadi takut," kata Hasan. Dia pun mencurigai jika di tempat itu di bekingi oleh oknum aparat. "Pastilah ada yang membekingi".