Budi Waseso dan hidayah dari ustaz
Budi Waseso dulunya pecandu berat rokok. Setelah mendapat hidayah dari ustaz, Buwas mampu berhenti merokok.
Matahari baru saja terbit pada Rabu pekan lalu. Namun Jalan Raya Cawang, Jakarta Timur sudah mulai disesaki kendaraan. Bagi mereka yang menggantungkan hidup pada kerasnya kota Jakarta, tentu jalanan padat harus disiasati dengan berangkat lebih awal, biar tak terlambat.
Ini juga berlaku bagi Komisaris Jenderal Budi Waseso, jauh sebelum anak buahnya datang, Buwas begitu Budi Waseso dikenal saat ini datang lebih awal. Saat merdeka.com menyambangi kantornya pada Rabu pekan lalu, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia ini sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi ditemani oleh stafnya.
-
Mengapa Budi Waseso berpendapat Pramuka penting? Pasalnya, kata dia, kegiatan Pramuka sudah ada dari zaman kemerdekaan Indonesia. "Kalau kita bicara Pramuka jangan hanya sekarang. Artinya, itu harus berawal dari sejarah. Dari zaman kemerdekaan, sebelum kemerdakaan Pramuka itu sudah aktif dan sudah ada. Dulu namanya pandu-pandu disatukan jadi Pramuka.
-
Siapa saja yang dipenjara bersama Soekarno di Jalan Banceuy? Ia diculik pasukan kolonial dan dijebloskan ke sebuah penjara kuno di Jalan Banceuy, bersama tiga tokoh lain, yakni R. Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI), Maskoen Soemadiredja (Sekretaris II PNI Bandung), dan Soepriadinata (Anggota PNI Bandung).
-
Siapa yang menjenguk Budiono? Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekandar, menjenguk dan memberi bantuan sembako serta kasur untuk Budiono.
-
Bagaimana menurut Budi Waseso, Pramuka seharusnya diterapkan? "Oleh sebab itu, mungkin kemarin Permen (Permendikbud) itu menurut saya harus dicabut. Karena kalau kita memulai dari itu ya kita harus scr keseluruhannya harus ada izin keppres-nya enggak. Artinya, tidak serta merta hanya melalui keputusan menteri," jelasnya.
-
Kapan Prabowo memberikan sambutan dalam acara buka bersama? Calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto memberi sambutan dalam acara buka bersama (bukber) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, di kawasan Jakarta Selatan, pada Senin (25/3).
-
Apa permintaan utama Budi Waseso kepada Menteri Nadiem? Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka, Budi Waseso meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mencabut aturan yang yang mencabut Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
"Kita harus bisa menghargai waktu, itu kunci sukses menurut saya," ujar Budi Waseso saat menyambut merdeka.com di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Rabu pekan lalu.
Sebagai seorang perwira polisi, Budi mengakui memang harus disiplin dalam bekerja. Berkat kedisiplinan dan ketekunannya itu, boleh dibilang karir Budi Waseso moncer. Namun sebelum duduk di jabatan saat ini, cerita hidup masa lalu Budi Waseso begitu mengharukan. Komjen Budi Waseso pernah ngojek hingga jadi calo bangunan.
Jalan itu terpaksa dilalui Budi Waseso. Bagaimana tidak, sebagai perwira berpangkat kapten yang gajinya tak seberapa harus berjuang untuk menghidupi dapur keluarga kecilnya. Apalagi Buwas dulunya merupakan perokok berat.
"Saya dulu itu kuat rokok, kuat ngopi. Saya pikir kalau enggak ada uang tambahan, kasihan istri saya. Akhirnya ngojek buat uang makan, rokok, dan bensin saya sehari-hari," katanya mengawali kisah masa lalunya dulu saat masih berpangkat Kapten pada tahun 1994.
Dalam sehari, mantan Kabareskrim ini mengaku bisa menghabiskan sebanyak tiga bungkus rokok. Kebiasaannya merokok bahkan sempat ditentang keluarga dan lingkungannya bekerja. Namun Budi Waseso tetap acuh dan menghiraukan semuanya. Selain rokok, dia mengaku juga sempat kecanduan kopi, menurutnya rokok dan kopi merupakan teman santai sehari-hari baik di rumah atau di kantor.
"Pagi, siang, Sore, Istri saya kalau saya bangun pagi itu pasti menyiapkan kopi segini," tegas Waseso sambil menunjukkan gelas berukuran besar yang ada di meja kerjanya. "Rokok ada, kopi ada. Sarapan paginya cuma itu sebelum berangkat kantor"
Budi mengaku, lebih dari sepuluh tahun menjadi pecandu rokok berat. Rasa candu terhadap rokok dirasakannya hingga menjadi Wakil Kepala Kepolisian Resor Ciamis tahun 1997. Saking sering menikmati rokok, dia bahkan bisa membedakan dan juga mengetahui rokok apa saja yang diberikan dengan mata tertutup. "Jadi dites, pak coba ini rokok apa. Ini karena kebiasaan tapi sekarang tidak," tuturnya
Akhirnya setelah mendapat pertentangan keras dari sang Istri karena candu cukup parah, Budi Waseso mulai memutuskan untuk berhenti merokok. Terlebih lingkungan santri sejak menjadi Wakapolres di Ciamis juga menjadi salah satu faktor. Dia menceritakan, waktu itu pernah berdiskusi dengan seorang ustaz di sebuah pesantren tentang bahayanya efek merokok bagi manusia. Sang ustaz memberikan banyak wejangan dan ajaran pada Budi Waseso, sehingga ia memilih bertobat dan menjauhi nikotin.
Diskusi kecil itu kemudian di coba oleh Buwas untuk menjauhi rokok. Seminggu untuk tidak merokok memang cukup berat bagi Buwas saat itu. Banyak godaan yang membuat dia untuk kembali mengisap rokok. Namun karena tekadnya sudah bulat, dia pun melawan semua ustaz dalam dirinya. Setelah melewati tiga bulan, sugesti terhadap rokok pun hilang begitu saja, Budi Waseso mampu menghilangkan ketergantungan rokok hingga saat ini.
"Kuncinya niat dan harus berhenti total. Orang Islam itu kan biasa berpuasa, tidak merokok, nah itu jawabannya. Saya enggak ngerokok bisa kok waktu berpuasa berati kalau kita niat pasti bisa, karena kalau berpuasa itukan niat. Kalau sudah niat saja puasa tidak merokok jadi," ujar pria akrab disapa Buwas ini.
(mdk/arb)