Dino Patti Djalal: Diaspora Bantu Keluarga di Indonesia Terkena PHK
Jumlah diaspora Indonesia yang tidak beruntung jumlahnya masih banyak. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah Indonesia.
Diaspora Indonesia urun rembuk membantu banyak warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri selama pandemi corona. Banyak di antara mereka bernasib tidak beruntung sampai kehilangan pekerjaan.
Gerakan mereka dinamai Diaspora Peduli. Dengan menyasar para pekerja Indonesia yang sangat terdampak. Nantinya tiap bulan mereka akan menerima USD 50 atau setara Rp750.000 per bulan. Langkah ini merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja.
-
Apa pengertian dari "diaspora"? Pengertian Diaspora Menurut para ahli diaspora adalah penyebaran atau migrasi suatu kelompok manusia dari wilayah asal mereka ke wilayah lain di dunia.Asal kata diaspora berasal dari bahasa Yunani "diaspeirein" yang berarti "menyebar". Definisi umum dari diaspora adalah kelompok manusia yang terpisah dari wilayah asal mereka dan memiliki identitas budaya yang kuat.
-
Siapa saja yang termasuk dalam diaspora Indonesia? Diaspora Indonesia terdiri dari empat kategori utama: diaspora ekonomi, diaspora politik, diaspora budaya, dan diaspora pendidikan.
-
Apa yang dikaji oleh pemerintah terkait diaspora? Yasonna mengakui memang ada perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengkaji sejumlah regulasi tentang diaspora.
-
Mengapa orang-orang melakukan diaspora? Diaspora, atau migrasi penduduk suatu negara ke negara lain, disebabkan oleh sejumlah faktor kompleks. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat menjadi pemicu diaspora: 1. Perekonomian: Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama migrasi.
-
Bagaimana diaspora terbentuk akibat imperialisme? Di mana beberapa masyarakat di negara masih dalam bayang-bayang penjajahan negara lain. Sehingga sebagain warganya, karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan aman, mengungsi ke negara lain sebagai diaspora.
-
Siapa saja pemain diaspora yang direkrut untuk timnas putri Indonesia? Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir, telah memperkenalkan dua calon pemain tim nasional (timnas) putri Indonesia yang berasal dari kalangan diaspora. Dilansir dari Antara, kedua pemain tersebut, Noa Leatomu dan Estella Loupatty, diharapkan dapat menjadi amunisi baru bagi skuad Garuda Pertiwi.
Jumlah diaspora Indonesia yang tidak beruntung jumlahnya masih banyak. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah Indonesia. Ketua Dewan Pengawas Indonesia Diaspora Network Global, Dino Patti Djalal, menyebut melalui program Diaspora Peduli, diharapkan banyak WNI yang bisa terbantu lebih luas lagi.
Berikut petikan wawancara jurnalis merdeka.com Muhammad Agil Aliansyah dengan Dino Patti Djalal, Senin (15/6) lalu:
Semenjak digagas sejak tahun 2012, seberapa besar jumlah peserta Diaspora saat ini?
Kalau Diaspora, jumlah totalnya tidak ada yang tahu persisnya. Enam sampai delapan juta orang di seluruh dunia perkiraannya. Mereka masuk ke dalam organisasi-organisasi. Ada yang organisasi keagamaan, etnis, dan profesional. Ada juga pelajar, bisnis dan sebagainya.
Jumlah kasarnya enam hingga delapan juta yang Warga Negara Indonesia (WNI) saja. Kalau Warga Negara Asing (WNA) tidak bisa dihitung. Apalagi kalau generasi kedua, ketiga, dan seterusnya. Jumlahnya jauh lebih banyak.
Sebagai dewan pengawas Diaspora, bagaimana kabar mereka yang Anda tahu di tengah pandemi virus corona ini?
Ada beberapa hal, yang memperihatinkan itu yang pekerja migran, karena kegiatan ekonomi di luar tutup. Mereka kehilangan pekerjaan. Ada puluhan ribu. Kalau tidak salah ada 65 ribu at least yang kembali ke tanah air.
Umumnya dari Malaysia, tapi ada juga yang dari Timur Tengah. Jadi mereka yang kita perihatinkan, karena mereka kehilangan pekerjaan. Padahal mereka adalah salah satu penyumbang devisa terbesar.
Kalau yang lainnya, umumnya aman-aman saja. Saya lupa angka pastinya. Ada berapa ratus orang Indonesia yang terkena (positif) Covid19 di luar negeri, umumnya mereka stay at home dan mematuhi larangan-larangan yang diberlakukan di negara tersebut.
Umumnya mereka sangat aktif melakukan kontrol sosial. Mengecek siapa yang terkena Covid19, yang ada masalah, yang harus dibantu. Mereka juga aktif membantu kegiatan di tanah air seperti memberikan sumbangan, peralatan medis, dan sebagainya. Jadi mereka sangat aktif sekali membantu orang yang membutuhkan di tanah air.
Mengadakan Diaspora Peduli pada 1 Mei lalu, Anda bersama dengan Menaker Ida Fauziah meluncurkan program tersebut. Bisa dijelaskan seperti apa program yang sedang berjalan tersebut?
Iya jadi program itu sedang dilancarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja. Idenya sangat simple, yaitu kita mencoba memfasilitasi keluarga diaspora di luar negeri. Memberikan bantuan ke keluarga PHK sebanyak 50 dolar Amerika per bulan. Itu sekitar Rp750.000. Bantuannya diberikan selama tiga bulan.
Jadi yang perlu ditekankan, seluruh keluarga diaspora di luar negeri totalnya ada 3 juta orang yang terkena PHK, kita targetkan lebih kecil, ada beberapa ribu saja.
Ini adalah pilot project kita. Pilot project adalah proyek percobaan. Apakah mungkin, ada skema rakyat saling membantu. Bantuan langsung sebesar 75 dolar Amerika. Itu kan tidak banyak, tapi tidak sedikit juga.
Untuk membeli susu perbulan bisa Rp400.000. Setidaknya bisa, atau kalau anaknya sudah besar bisa untuk beli sembako, beras, dan sebagainya.
Ini kan orang-orang yang gajinya sekitar Rp3,5 hingga Rp4 juta. Yang kita targetkan bukan mantan eksekutif. Kalau itu mungkin tabungannya di bank ada ratusan juta, tapi target kita ini orang-orang kecil yang tidak ada tabungan di bank. Yang untuk bayar biaya pulsa handphone saja mereka megap-megap. Jadi mereka adalah target kita.
Kalau ini berhasil, mudah-mudahan bisa jadi skema yang bisa dilakukan di dalam negeri. Karena teori saya, skema ini bisa menghapuskan kemiskinan di Indonesia. Mengapa saya katakan itu? Kan kemiskinan sekitar 14 persen, yaitu sekitar 27 juta orang masih berada di bawah garis kemiskinan.
Coba ada program keluarga asuh, yang mana keluarga kelas menengah dan kelas atas memberikan bantuan kepada orang miskin secara langsung. Kan dalam sekejap orang miskin bisa hilang ya. Dalam segi batas antara kemiskinan itu.
Jadi kita lihat, apakah itu bisa jadi pengalaman yang ditiru dalam negeri? Skemanya berbeda tapi tujuannya sama.
Sekarang sudah berlangsung tapi websitenya sewaktu di-announce pada bulan Mei, diserang robot. saya juga tidak mengerti. Ini kan program bantuan untuk orang miskin, kok bisa diserang robot.
Sampai sekarang masih dirancang ulang dan saya lihat kemarin sudah 95 persen pulih. Mudah-mudahan dalam beberapa hari bisa pulih total. Jadi sekarang skemanya sudah jadi kebijakan pemerintah, tapi websitenya belum 100 persen on. Masih dirancang agar sempurna.
Apakah ini juga menjangkau Diaspora pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)?
Iya untuk yang terkena PHK, tapi mereka tidak otomatis dapat. Mereka harus mendaftar untuk masuk di Program Diaspora Peduli. Jadi tentu untuk orang yang punya kartu pekerja. Jadi kalau dia terkena PHK, tapi tidak punya kartu prakerja, kemungkinan tidak bisa.
Jadi yang perlu kita ketahui, sistem penanganan orang yang terkena PHK masih sangat semerawut di negara kita. Mohon maaf bila pemerintah dengar ya. Didengar dengan lapang dada saja, karena ini kritik untuk membangun. bukan menjelekan.
Jadi mungkin daftar yang ada di kartu prakerja itu berbeda dengan daftar yang ada di orang lain, yang terkena PHK namun tidak masuk dalam kartu prakerja.
Di Program Keluarga Harapan dapat, tapi ini berbeda dari daftar orang yang di kartu prakerja. Jadi ada skema yang berbeda kadang provinsi bilang, "Kami sudah kirim daftar kami nih yang terkena PHK." Nah, ternyata terdaftar juga di kartu prakerja kami yang di pusat.
Jadi sedikit semrawut sistemnya for some reason ya, karena terlalu banyak orang yang terkena PHK dari berbagai sektor. Skema-skema yang menangani juga terlalu banyak dan perlu dikoordinasi.
Bagaimana nasib diaspora yang tidak bisa kembali ke Indonesia?
Kalau yang tidak bisa kembali ke Indonesia tentu tergantung situasinya ya, tapi pemerintah sudah mengatur beberapa skema di mana mereka dikembalikan secara massal. Termasuk sewaktu masa Covid.
Sekarang kan masih masa Covid. Harusnya sedikit sensitif ya, tapi pemerintah telah mengatur di mana mereka bisa tetap kembali. Terutama dari Malaysia. Terakhir ada kloter yang sampai 35.000 orang.
Kalau misalnya mereka stuck, tidak bisa kembali maka mereka harus melapor ke Konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) atau Kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) terdekat dan meminta pelayanan atau dukungan dari KBRI setempat.
Bagaimana nasib mereka? Kalau tidak bisa meninggalkan tempat tinggal mereka berada, mereka bisa ditampung di tempat KBRI. Misalnya, ada tempat penampungan.
Saya sih banyak memonitor. Ada yang aman, ada yang baik, tapi ada yang tidak begitu baik. Dari suatu negara pernah melapor, dia tidak tahu bahwa ia terkena Covid atau tidak. Dia khawatir pas mau masuk rumah sakit (RS), pelayanannya di negara RS itu tidak bagus. Dia jadi khawatir karena karena statusnya tidak formal. Dia tidak punya dokumen, takut dia dapat perlakuan yang beda. Jadi ada hal seperti itu di lapangan.
Ini juga terjadi di Amerika. Yang saya khawatirkan soalnya di di Philadelphia banyak orang-orang kita (Indonesia) yang tiarap. Mereka datang sebagai turis, tapi kemudian kerja. Jadi di bawah meja gajinya. saya sangat menentang karena mereka hidupnya diperas orang terus, karena bosnya tidak sah.
Seperti apa upaya yang dilakukan Diaspora untuk mencegah semakin banyak pekerja Indonesia di luar negeri melalui jalur ilegal?
Ya dari kami menganjurkan jangan. Kalau kamu datang sebagai turis, ya pergi sebagai turis, namun banyak orang Indonesia yang nekat. Mau hidup di negara orang, akhirnya hidupnya di Amerika selalu cemas karena statusnya tidak legal. Sekali-kali, bisa diciduk oleh petugas imigrasi setempat.
Sebagai mantan Dubes Indonesia untuk Amerika, menurut Anda mengapa negara maju dengan fasilitas kesehatan yang mumpuni bisa menjadi paling tinggi di dunia?
Itu karena ada kesalahan yang dibuat, yaitu meremehkan. Pemimpinnya juga terlalu overconfidence dan meremehkan. Presiden Amerika Donald trump pernah bilang kalau covid di Amerika hanya 15 dan turun jadi 0 dalam waktu dekat.
Itu overconfindence sehingga dia tidak tahu bahwa ada ribuan orang dari Eropa datang ke Amerika dengan pesawat. Ribuan orang itu menyebarkan virus. Dari 15 jadi 50 ribu, 100 ribu, satu juta dan dua juta.
Itu kan luar biasa sekali dana itu karena dia tidak siap dan dia tidak melakukan hal-hal yang mencegah covid. Ini berbeda sekali dengan yang dilakukan Korea, Jepang, Singapura karena kuncinya ada tiga.
Bagi yang mendengarkan silahkan dicatat ini berlaku untuk siapapun. 1 testing, 2 tracing, tiga treatment. Kalau kita tidak melakukan testing pasti kaya Amerika gagal. kalau testing tapi tidak tracing, tidak mengejar ke mana virus itu hinggap di badan orang, maka akan gagal.
Lalu kalau kita sudah testing dan tracing tapi tidak melakukan treatment, gagal juga karena tidak ada yang mengerti.
Jadi kalau mau lihat situasi di Indonesia dan kita mau menilai bagaimana kinerja pemerintah. Lihat tiga hal itu saja. Apakah pemerintah melakukan testing, tracing dan treating?
Ada tambahan lagi ke-empat. Yang paling penting yaitu aggressively. harus secara agresif. kalau testing, tracing atau treatment secara basa-basi saja itu tidak bagus.
Kalau diajukan secara agresif, setiap hari, seperti pemburu virus yang benar-benar obsesif, nah kita bisa sukses melawan Covid-19.
Wilayah mana saja yang ditempati WNI di Amerika yang rawan penyebaran Covid19?
Di New York dan California juga banyak. Di sekitar Washington DC, di Virginia Maryland juga ada. Di Chicago juga ada. Miami lumayan banyak juga, Houston juga ada.
Jadi ini memang masalah lama. Orang Indonesia banyak yang mau tinggal di Amerika tapi susah dapat green card. Caranya berlagak jadi turis. Sampai sekarang modusnya masih berlaku. Makanya kalau mau ke Amerika agak susah. Ditanya nomor rekening berapa, ada uang berapa di bank, kenal siapa di Amerika, dan sebagainya.
Sejauh apa Anda berkoordinasi ketika itu dengan pemerintah Indonesia terhadap WNI yang terkena razia dan tidak bisa kembali ke Indonesia?
Jadi, yang membuat hati saya merasa sedih itu, dulu setiap dengar orang Indo yang terjaring di razia Amerika, di resto-resto. Itu memang tugas imigrasi mereka (Amerika). Saya sering dapat laporan. "Pak ada 30 orang nih terkena razia, orang Indonesia."
Saya tentu sebagai duta besar harus hati-hati. Yang harus saya lakukan adalah menjamin bahwa mereka mendapatkan hak hukum mereka. Ada pengacara, pengadilan, dan lain sebagainya. Tapi saya tidak bisa memarahi pemerintah Amerika, "Tidak boleh! Orang ini tidak boleh ditahan di sini, harus dipulangkan ke Indonesia." Seperti itu tidak bisa seperti. Ini karena kita kan juga meminta orang Indonesia agar menaati hukum di tempat.
Tentu kalau mereka melanggar hukum di tempat, mereka harus konsekuen, dan juga di negeri kita orang-orang asing kan juga dirazia. Jadi harus pas dalam merespon hal ini, tapi tentu saja sedih, karena banyak dari mereka yang sudah puluhan tahun menghindar dari razia petugas, akhirnya terkena lagi.
Tapi sebenarnya Indonesia itu negara beruntung, karena kalau orang Meksiko, sekitar ada 8 juta orang pernah jadi masalah, karena Trump ingin mereka dipulangkan saja, namun kalau anaknya yang lahir di Amerika, anaknya harus dipisah dengan orangtuanya. Itu kan tidak manusiawi. Masa anak dipisah sama orangtuanya. Misalnya usia anaknya 8 tahun, masa orangtuanya disuruh pulang? Dia tinggal di Amrik sendiri?
Jadi hal itu sempat membawa masalah keluarga yang memperihatinkan. Jadi kondisi orang-orang Indonesia di sana tidak seburuk orang-orang Meksiko.
(mdk/ang)