Hikayat tempe di Warung Tegal
Warteg asli Tegal memiliki ciri-ciri menjual gorengan tempe diiris tipis-tipis.
"Kalau ciri-ciri warteg asli Tegal itu ada gorengan tempenya," ujar Dastoro pedagang warung Tegal asli Desa Sidakaton, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, saat berbincang dengan merdeka.com Minggu dua pekan lalu. "Kemudian ada gorengan udang. Kalau dulu pasti ada teh pocinya," katanya menjelaskan.
Beda memang Warung Tegal asli Desa Sidakaton dengan kebanyakan warteg menyebar di beberapa daerah dan kota-kota besar di Indonesia. Menurut Dastoro, hal paling mencolok ialah ciri-cirinya berupa gorengan tempe. Gorengan dari kacang kedelai itu diiris tipis-tipis. "Itu yang paling membedakan," ujar Dastoro.
Sejak suksesnya orang-orang asli Kampung Warteg Sidakaton di perantauan sebagai pedagang warteg, banyak juga daerah lain ikut menekuni bisnis warung makanan ini. Menurut Dastoro, beberapa daerah beda kabupaten dengan Tegal misalnya, ikut juga mengambil peluang ini sebagai usaha di perantauan. Karena warteg sudah menjadi ciri makanan murah meriah untuk kalangan kelas bawah.
"Karena dari awal memang dikenal makanan kelas bawah," ujar Dastoro.
Dastoro pun membuka dibalik dapur para pedagang warteg sukses di perantauan. Menurut dia, kunci kesuksesan pedagang warteg ialah cara mengolah bahan makanan menjadi lebih banyak. Misal, untuk potongan tempe goreng dibuat tipis-tipis. Menurut dia, hal itu dilakukan agar harga jualnya pun terjangkau bagi pembeli. Selain itu juga, untuk memberikan rasa enak, para pedagang warteg ini juga memberikan beras kualitas nomor wahid.
Tujuannya tak lain adalah memanjakan lidah pembeli. Menurut Dastoro, jika berasnya enak, di makan dengan lauk apa pun akan enak juga dimakan. Meski tak semua warteg menggunakan beras kualitas bagus, namun bagi Dastoro hal itu tidak bisa dilakukan di tempat usahanya membuka warteg. "Kuncinya juga ada di beras. Kita kasih beras yang paling enak," tutur Dastoro.
Hal senada juga dikatakan Haji Untung, pedagang warteg yang kini menjadi Kepala Desa Sidakaton ini juga mengatakan hal sama. Menurut dia, ciri khasnya warteg asli Tegal ialah gorengan tempe tipis, peyek udang dan teh poci. Dia memastikan, jika tidak ada salah satu tiga jenis menu itu adalah bukan warteg asli. Sebab menurut dia saat ini, banyak juga bukan orang asli Tegal menggunakan nama sama dengan menyematkan nama 'Warteg' di warungnya.
"Saya pernah makan di warteg, ternyata dia bukan orang Tegal. Ketika saya ngobrol pakai bahas Tegal, dia enggak ngerti," ujar Haji Untung.
Memang nama warung Tegal membawa berkah tersendiri bagi siapa saja menyematkannya kata itu di tembok tempat usahanya. Namun dibalik kesuksesan nama warteg dan para pedagangnya di Desa Sidakaton, tak lepas dari usaha keras mereka mencoba bertahan dan mencari peruntungan di perantauan. Apalagi nama warteg identik dengan kalangan kelas bawah. Namun kini nama warteg juga dicintai oleh kalangan menengah atas.
"Citra warteg kini sudah bergeser dan model warteg pun kini makin bersaing dalam penyajian," tutur Haji Untung.