HUT TNI ke-78 dan Modernisasi Alutsista di Era Menhan Prabowo
Awalnya, target minimum essential force (MEF) ditargetkan mencapai 100 persen pada 2024, namun direvisi menjadi 70 persen.
Di era Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, peremajaan alat tempur menjadi prioritas yang menghabiskan anggaran cukup besar.
HUT TNI ke-78 dan Modernisasi Alutsista di Era Menhan Prabowo
Kamis 5 Oktober 2023 lalu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) memperingati hari kelahirannya yang ke-78. Seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara ini menjadi momen bagi TNI memamerkan deretan alat utama sistem senjata (Alutsista) terbaru mereka. Apalagi, di era Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, peremajaan alat tempur menjadi prioritas yang menghabiskan anggaran cukup besar.
Dalam pidatonya saat upacara HUT TNI ke-78 di Monas, Kamis (5/10), Presiden Joko Widodo menyatakan mendukung upaya TNI dalam melakukan modernisasi alutsista. Namun, Jokowi juga mengingatkan, dengan keuangan negara yang terbatas, belanja persenjataan dan alat tempur harus dilakukan dengan bijak.
- Sederet Modus Syahrul Yasin Limpo Cari Cuan di Kementan Diungkap KPK
- Manuver Elite, Biang Keladi Elektabilitas Partai Koalisi Tak Terdongrak Deklarasi Anies-Cak Imin
- Menengok Plus-Minus Fasilitas Stasiun LRT Cawang yang Diresmikan Presiden Jokowi
- Perampok di Musi Rawas Targetkan Karyawan BUMN, Dalihnya untuk Beli Beras dan Susu
"Untuk urusan alutsista, memang modernisasi alutsista sangat diperlukan. Tapi, keuangan negara, anggaran negara, APBN kita sangat terbatas, dan untuk kebutuhan kesejahteraan rakyat sangatlah besar," ujarnya.
Pada 2020, Kemenhan mendapatkan alokasi belanja sebesar Rp131,3 triliun yang merupakan anggaran terbesar kedua setelah Kementerian PUPR. Dari jumlah tersebut, Kemenhan merealisasikan anggaran belanja sebesar Rp117,9 triliun.
Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/sarana dan prasarana integratif Rp1,01 triliun, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp5,06 triliun, matra laut Rp2,77 triliun, dan matra udara Rp2,19 triliun.
Pada 2021, anggaran Kemenhan naik menjadi Rp136,99 triliun. Angka ini merupakan belanja terbesar kedua setelah Kementerian PUPR. Khusus di bidang alutsista, Kemenhan mengalokasikan pengadaan alutsista sebesar Rp9,3 triliun. Selain itu, Kemenhan melakukan modernisasi serta pemeliharaan dan perawatan alutsista untuk TNI AD sebesar Rp2,65 triliun, TNI AL Rp3,75 triliun, dan TNI AU Rp1,19 triliun.
Pada APBN tahun 2023, Menteri Pertahanan mendapatkan anggaran sebesar Rp134,32 triliun. Sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk memodernisasikan alutsista yang dimiliki militer Indonesia. Khusus untuk program modernisasi alutsista, non alutsista, dan Sarpras Pertahanan sebesar pemerintah dan dan DPR telah menyetujui anggaran sebesar Rp35,19 triliun untuk 2023.
Kondisi Alutsista TNI Saat Ini
Laporan Global Firepower tahun 2022 mencatat, kekuatan militer Indonesia berada di peringkat ke-15 dunia dari 140 negara yang disurvei. Skor indeks kekuatan militer (Power Index/PwrIndx) Indonesia sebesar 0,2251 mengungguli Jerman, Australia, Israel dan Ukraina.
Militer Indonesia juga mengukuhkan posisinya sebagai pasukan terkuat se-ASEAN. Bahkan, posisi Indonesia jauh lebih unggul dibanding negara Singapura dan Malaysia. Vietnam menempati urutan 28 dunia dengan nilai 0,4521. Kemudian, Thailand dengan skor 0,4581 yang menempatkan negara Gajah Putih bertengger di urutan 3 ASEAN dan 29 dunia
Selanjutnya, Myanmar dan Singapura berada di urutan 4 dan 5 militer terkuat di ASEAN. Di dunia, keduanya menempati urutan 39 dan 42 dunia. Sementara negara tetangga Indonesia yaitu, Malaysia dan Singapura bertengger di urutan 6 dan 7 ASEAN atau 42 dan 48 dunia. Kamboja dan Laos menempati urutan paling akhir di kawasan ASEAN.
Kekuatan di darat Indonesia dilengkapi oleh 1.444 kendaraan lapis baja, 314 tank, 413 tower artillery, 153 self-propellerd artillery, dan 63 peluncur roket. Sementara itu di udara, militer Indonesia diperkuat oleh 41 pesawat tempur. 23 pesawat penyerang khusus, 17 pesawat misi khusus, 172 helikopter, dan 15 helikopter serang.
Kemudian di laut, kekuatan Indonesia sebanyak 296 unit alutsista, yang terdiri dari 7 unit kapal fregat, 24 unit kapal korvet, 4 kapal selam, 181 kapal patroli, 11 unit mine warfare.
Road Map Industri Pertahanan
Pemerintah Indonesia telah menyusun road map industri pertahanan nasional yang memprioritaskan kontribusi industri pertahanan nasional untuk pemenuhan alutsista. Sebagian persenjataan TNI sudah mampu dipenuhi oleh industri pertahanan dalam negeri. Namun, untuk beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat tempur, kapal perusak, roket, rudal, Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV), dan radar masih belum mampu didukung diproduksi oleh BUMN.
Pesawat Tempur hingga Kapal Selam
Menjabat Menteri Pertahanan sejak 2019, Prabowo rajin berkeliling ke sejumlah negara produsen alutsista. Kerja sama di bidang pertahanan dan kontrak alutsista dilakukan Prabowo di sela-sela kunjungan.
Menurut Prabowo, alutsista milik Indonesia masih di bawah standar. Karenanya, dilihat dari wilayah Indonesia yang begitu luas, pertahanan Indonesia jadi tergolong lemah.
Baru-baru ini, Kemenhan telah menunjuk PT PAL Indonesia sebagai lead integrator dalam proyek perbaikan 41 kapal perang TNI Angkatan Laut (AL) melalui penandatanganan kontrak kerja sama refurbishment atau peremajaan, yang menjadi bagian dari upaya pemenuhan minimum essential force (MEF).
Dalam Peraturan Presiden (PP) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, tertuang pemenuhan MEF 100 persen pada 2024 sebagai salah satu indikator sasaran untuk menjaga stabilitas keamanan nasional.
Namun target itu direvisi menjadi 70 persen pada akhir 2024, sebagaimana bagian dari tahap III MEF 2019-2024. Prabowo menjelaskan keterlambatan pencapaian target MEF itu tak lepas dari situasi krisis dunia akibat pandemi Covid-19.
Autsista yang dibeli Prabowo:
1. Pesawat tempur Rafale
Kemenhan mengakuisisi 6 pesawat tempur Rafale dari pabrikan Dassault Aviation asal Perancis. Penandatanganan pembelian Rafale dilakukan Kemenhan dengan perwakilan Dassault Aviation pada 10 Februari 2022.
Sebenarnya, Indonesia beerencana memborong 42 jet Rafale. Namun menurut Prabowo, pembelian 36 unit Rafale lainnya akan menyusul dalam waktu dekat.
Berdasarkan kontrak yang telah ditandatangani, kedatangan tiga pesawat Rafale pertama baru akan terlaksana pada Januari 2026. Dikutip dari Bloomberg, Dassault Aviaton SA mendapatkan kontrak senilai USD 8,1 miliar atau Rp 115,8 triliun (kurs Rp 14.300) dari Indonesia untuk penjualan 42 pesawat tempur Rafale. Jika diperkirakan, maka 1 unit pesawat tempur Rafale yang dibeli Prabowo harganya sekitar Rp2,7 triliun.
2. Kapal Selam Scorpene
Pada 10 Februari 2022, Menhan Prabowo juga membeli dua unit kapal selam Scorpene asal Perancis. MoU di bidang research and development kapal selam ini ditandatangani PT PAL Indonesia dan NAVAL Grup dari Prancis. Saat ini pembangunan kapal selam Scorpene masih dalam tahap fase satu dan membutuhkan sekitar enam tahun untuk memproduksi satu kapal selam.
Kapal selam Scorpene mampu membawa 30 ranjau laut dan melaju 20 knots (37 km/jam) di dalam air dan 12 knots (22km/jam) di permukaan. Kapal selam ini juga dibangun secara khusus dengan berbekal sistem tempur Submarine Tactical Integrated Combat System (SUBTICS) yang juga diterapkan pada kapal selam nuklir AL Prancis. Rata-rata biaya pembuatan kapal selam Scorpene ini bisa mencapai USD450 juta atau sekitar Rp 6,4 triliun.
3. Pesawat Airbus A400M
Prabowo juga telah menandatangani kontrak pemesanan dua pesawat Airbus A400M produksi Prancis yang memiliki konfigurasi multi peran tanker dan angkut. Penandatanganan tersebut dilakukan di acara Dubai Airshow 2021, pada 18 November 2021.
Airbus A400M juga mampu diandalkan untuk menjadi pesawat pengangkutan taktis serta pengiriman personel dan barang dan mampu membawa muatan hingga 37 ton. Pesawat angkut militer ini bisa mencapai harga US$ 100 jutaan per unit.
Kemenhan RI
merdeka.com
4. Kapal Perang Fregat
Pada Juni 2021, Prabowo menandatangani kontrak kerja sama untuk pembelian 6 kapal perang fregat kelas FREMM atau European multi-purpose frigate dan 2 fregat bekas kelas Maestrale dari perusahaan pembuat kapal Italia, Fincantieri.
Kapal Perang
Fregat Italia ini dipersenjatai dengan sistem rudal SAAM Aster 15 untuk kemampuan pertahanan udara dan juga rudal anti kapal skimming laut Teseo Mk2 (versi ekspor, Otomat Mk2). Menurut sumber TheEngineer, biaya produksi kapal Frigate dapat mencapai 250 juta poundsterling setara Rp 4,8 triliun.
Kemenhan RI
5. Pesawat Tempur Mirage 2000-5
Kemenhan juga memutuskan untuk membeli 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar. Pembelian tersebut tertera dalam Kontrak Jual Beli Nomor:TRAK/181/PLN/I/2023/AU, dengan nilai kontrak sebesar 733 juta euro dengan penyedia Excalibur International dari Republik Ceko pada tanggal 31 Januari 2023. Alasan pembelian dilakukan karena flying hours atau jam terbang pesawat ini masih sedikit dan Mirage 2000-5 itu masih bisa dipakai minimal 15-20 tahun lagi.
6. Radar Militer
Kemenhan memesan 13 radar jarak jauh Ground Master 400 Alpha (GM400a) yang diproduksi perusahaan asal Prancis untuk keperluan TNI AU. GM400a memiliki daya jangkauan hingga 515 km dan radar itu dapat mengintegrasikan kemampuan kecerdasan buatan untuk mengelola sejumlah besar data yang diterima.
Radar ini juga mampu mendeteksi semua jenis ancaman udara seperti pesawat tempur, rudal, helicopter, hingga wahana tanpa awak. GM400a mampu mendeteksi sasaran pada ketinggian maksimal 100.000 kaki dengan sudut ketinggian mencapai 40 derajat.
7. Mirage 2000-9
Kemenhan RI juga sedang berupaya dan bernegosiasi untuk mengakuisisi pesawat tempur Mirage 2000-9 milik Uni Emirat Arab (UEA). Namun, sampai saat ini masih belum diketahui jumlah pesawat yang berencana untuk diakuisisi karena masih dalam tahap negosiasi.
8. Kapal Selam Midget
Kemenhan RI dan Italia juga sedang bekerja sama membangun kapal selam kelas midget (mini) berteknologi air independent propulsion (AIP). Saat ini, Indonesia dan Italia sedang dalam tahap penandatanganan MoU atau nota kesepahaman untuk nantinya baru dilanjutkan ke produksi massal.
9. Pesawat Tempur F-15
Kemenhan telah menekan kontrak pembelian 24 unit F-15 Eagle buatan pabrikan Boeing, Amerika Serikat (AS). F-15EX adalah versi paling mutakhir dari pesawat F-15 yang pernah dibuat, dengan fitur kontrol penerbangan digital fly-by-wire, sistem peperangan elektronik, kokpit kaca digital, serta sistem perangkat lunak terkini.
Pesawat tempur F-15EX ini dapat dioperasikan dalam berbagai misi, mulai dari superioritas udara, serangan darat, hingga operasi maritim; serta berkomunikasi dalam jaringan pertempuran yang sangat luas.
Nantinya 24 unit F-15 EX tersebut akan memperkuat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Berdasarkan situs berita Breaking Defense, dalam laporan Kementerian Pertahanan AS disebutkan harga pesawat F-15EX ini mencapai US$ 89,8 juta atau Rp 1,37 triliun per unit.