Insiden AirAsia QZ8501 dan bahaya awan Cumulonimbus
Pesawat AirAsia QZ 8501 mengalami kecelakaan pada akhir tahun lalu yang menyebabkan ratusan penumpang dan kru tewas.
Pesawat AirAsia QZ 8501 mengalami kecelakaan pada akhir tahun lalu yang menyebabkan ratusan penumpang dan kru tewas. Penyebabnya diduga dimulai ketika pilot menghindari awan yang disebut awan Cumulonimbus.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat itu membenarkan terdapat gumpalan awal tebal pada jalur penerbangan yang dilintasi pesawat AirAsia tersebut. Kepala BMKG Andi Eka Sakya saat itu menyebut, gumpalan awan tersebut bernama 'Cumulonimbus'.
Dia menuturkan, bentuk awan tersebut memang tebal dan di dalamnya terdapat petir dan angin. Maka itu, tak heran jenis awan itu selalu dihindari pesawat.
Merdeka.com minggu lalu berkesempatan mewawancarai kembali Kepala BMKG Budi Eka Sakya, yang membahas panjang lebar terkait awan CumulonImbus yang menyebabkan kecelakaan AirAsia QZ 8501. Berikut selengkapnya:
Apa ada data tentang pesawat AirAsia, tentang awan Cumulonimbus (CB)?
Ini adalah kondisi informasi keadaan indikasi adanya CB. Nah informasi ini bisa di-download dari web. Jadi kalau ingin terbang dalam kondisi seperti ini sudah goncang aja. Nah ini adalah kecepatan angin yang bisa dilihat per lapisan (sambil menunjuk ke layar). Jadi kalau semakin atas semakin seperti apa. Nah ini yang terjadi pada saat kecelakaan (AirAsia QZ 8501. Itu jam 5, ini kondisi yang merah ini ada CB-nya. CB-nya mulai dari pulau ini sampai kemudian, pesawat dari sini kemari. Padahal ini adalah jam 5, terus ini juga jam 5. Kita lihat perjalananya, kalau kita lihat awanya disini sudah mulai membesar. Ini jam 6, ini jam 7, memang besar sekali dan tingginya lebih dari 14.000 meter.
Mereka terbang di 10.000 meter, ini antara Surabaya ini Singapura, jadi kalau ini kita lihat dia terpampang di sini di sepanjang jalan ini. Dia menutup antara Pangkal Pinang dengan Pangkalan Bun. Ini radar kita di Pangkalan Bun, itu SAR untuk mencari tau kalau kondisinya seperti ini kuning, hijau, biru itu sudah kita tidak merekomendasikan ke sana, karena ini hujan deres sekali.
Bagaimana bisa mengakses data-data tersebut?
Masyarakat juga bisa akses, seluruh bandara bisa diakses info selengkapnya. Ini di seluruh bandara ada informasi. Misal tanya dari sini ke Merauke, kondisi cuaca seperti apa, lihat protipe, yang merah-merah ini adalah CB. Jelas ini akan dihindari oleh pilot-pilot. Jadi kalau dari Jakarta ke Manado, dia akan lewat sini dulu. Info ini mereka peroleh sebelum terbang. Nah terus biasanya info ini diterjemahkan kawan-kawan BMKG dalam bentuk medium level significant wheater charge. Ini bisa diakses, tanggal berapa berangkat, tanggal 23, jam 6, tambah 7 aja WIB-nya. Tadi kan kita lihat di sini ada merahnya toh. Ini yang mesti dihindari, dan para pilot sudah hafal.
AirAsia saat itu juga bisa mengakses data tersebut?
Bisa, memang itu setiap kali penerbangan diperlukan. Info di Indonesia ini sesuai dengan annex axio, mengenai keselamatan harus menggunakan info, free tidak perlu datang, dan kemarin waktu kita ke AirAsia mereka punya data-data. Nah pertanyaan kenapa pilotnya.. kita gak bisa jawab, bahkan mereka kita undang ke operation room kita, whatever you need silakan.
Memang yang dipermasalahkan karena apa, mereka nulisnya ndelalah jam 7. Padahal kecelakaan jam 6.15, jadi pertanyaan besar.
Awan CB itu isinya apa saja?
Kejadiannya di CB terjadi apa saja sih, isinya apa saja. Nah ini nih, ini CB. Dalamnya ada ini, ada udara yang bergerak ke atas, nah ketika dia sudah jenuh, ada yang kemudian ke bawah jadi di dalamnya terjadi gini.. Ini yang kemudian bikin turbulance, karena di dalamnya basah, terjadilah petir. Berapa banyak petir (saat insiden AirAsia), 59 dari jam 6 sampai jam 7. Jadi di situ misal rentang sayapnya besar, kalau ini naik kemudian pas turun, kemudian gini kan, ini yang buat ada tulisan up draft, down draft. Ini gak bisa dihindari, kecepatannya 800 km per jam. Iya kan, itu yang jadi persoalan. Kenapa kemudian kita harus pahami apa yang terjadi.
Itu (di gambar yang dipaparkan) adalah kondisi asli pada saat terjadi musibah AirAsia?
Ya iyalah, itu kan untuk menjelaskan.
Bagaimana dengan alat-alat yang kita punyai, untuk memantau cuaca dll, apakah kondisinya bagus semua?
Saya harus terus terang, nggak. Tentu itu kita melakukan maintenance, karena ada yang usianya sudah terlalu lama. Istilahnya seperti asma, nguungg..., dan ada tentu yang baru, kurang dari lima tahun masih bagus. Ini yang kita gabungkan jadi satu, dan masyarakat bisa melihat. Jadi karena sekarang masyarakat bisa akses secara keseluruhan maka dengan ini animasi, animasi citra 6 jam terakhir bisa dilihat, itu gerak kan (nunjuk ke layar). Terus kemudian radar, kita ke penginderaan jarak jauh, radar, radar ini seluruh Indonesia ini, gerak kan ini, gak kelihatan tapi itu gerak. Kemudian kita lihat Ini di Jakarta ini, sekarang ini (sambil terus menunjuk ke layar monitor)
Kondisi hujan saat ini?
Di atas sudah hujan di Pulau Seribu. Ini mulai jam 9 sampai jam 11. Ini tiap 10 menit jalan terus. Jadi radar pun ada, artinya masyarakat bisa akses ke sana. Ini sudah diberi penjelasan hujan ringan berapa, sedang berapa. Artinya dengan demikian paling tidak mudah-mudahan membantu.
Baca juga:
Pilot: Komentar pengamat soal cumulonimbus bisa bikin sakit jiwa
4 Bahaya awan Cumulonimbus bagi penerbangan
Ini alasan pilot pilih menaikkan pesawat jika bertemu awan
Membiasakan diri sadar cuaca, apa bisa?
Kepala BMKG bicara anomali cuaca
Anomali cuaca dan ramalan 'palsu' hujan deras saat Valentine
Indonesia negara 'supermarket' bencana
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kapan kejadian kaca depan pesawat British Airways nomor 5390 meledak? Pada 10 Juni 1990, penerbangan British Airways nomor 5390 mengalami kejadian luar biasa yang hampir berujung fatal.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.