Jejak peredaran racun Sianida di Jakarta
BR mengakui jika setiap toko-toko bahan kimia menyediakan sianida. Namun jumlahnya tak begitu banyak.
"Kami tidak menjual sianida," ujar BR, salah seorang Pelayan di sebuah toko penjual bahan kimia saat berbincang dengan merdeka.com di kawasan Jatinegara, Selasa siang kemarin. Wajahnya penuh curiga ketika merdeka.com menyebut nama racun itu. Bukan tanpa sebab, sejak meninggalnya Wayan Mirna Salihin, racun sianida menjadi topik perbincangan hangat.
Kandungan 15 gram sianida ditemukan dalam lambung dan hati Mirna. Dia tewas diracun ketika minum kopi di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat awal Januari lalu. Kepolisian pun telah menetapkan tersangka dalam kasus itu. Sejak muncul temuan racun sianida di tubuh Mirna, semua toko bahan kimia sontak was-was. Mereka tidak mau berurusan dengan Kepolisian karena kedapatan menjual racun mematikan itu. Apalagi sudah ada pelarangan menjual racun itu.
"Semenjak ada kasus Mirna kita hati-hati," kata BR ketika merdeka.com menyambangi toko tempat dia bekerja di dekat Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Awalnya BR sedikit kaku menjawab pertanyaan merdeka.com mengenai sianida, namun akhirnya dia luluh setelah salah seorang pekerja meyakini jika kami bukan intel.
"Kami takut di mata-matai," ujar BR.
Memang, sejak kasus kematian Mirna mulai terkuak dari hasil otopsi, hampir semua toko bahan kimia kata pelayan itu hati-hati menjual zat beracun biasa digunakan untuk membersihkan logam. Zat bisa digunakan buat memisahkan emas dari bijihnya itu dijual diam-diam.
BR mengakui jika setiap toko-toko bahan kimia menyediakan sianida. Namun jumlahnya tak begitu banyak. Buat mendapatkan racun itu juga tidak gampang. Perlu surat pengantar dari instansi berwenang. Biasanya kata pelayan itu pembelinya adalah pengusaha industri rumahan. Namun dia tidak menyebut jenis industri biasa menggunakan zat berbahaya jenis ini.
Selain pengusaha, pembeli racun itu juga biasanya dari kalangan mahasiswa. Biasanya mahasiswa itu membeli untuk kebutuhan praktik. Buat pembelian, kampus tempat mereka belajar mengeluarkan surat untuk membeli racun itu. Di kampus biasanya digunakan untuk penelitian. "Karena sangat berbahaya," tutur BR.
Meski demikian, celah untuk mendapatkan racun sianida rupanya lebih mudah di dapatkan melalui internet. Cukup ketik kata sianida, berbagai alamat serta nomor telepon penjual tercantum. Mereka bisa bebas memperdagangkan zat berbahaya itu lewat dunia maya. Sayang salah satu dari penjual zat beracun itu tak merespon ketika dihubungi melalui selulernya. Undangan pertemanan melalui pesan Blackberry juga tidak direspon.
Salah satu penjual sianida di sebut oleh pelayan toko bahan kimia itu ada di wilayah Senen, Jakarta Pusat. Di sana, sianida bisa dibeli dengan melampirkan surat resep dari instansi atau dokter. Namun ada tambahan, pembeli bakal ditanya-tanya dengan detail untuk penggunaan zat beracun itu. "Ada yang jual di wilayah Senen. Orang pada tahu kok," ujar Pelayan itu.
Dua toko bahan kimia merdeka.com sambangi, memang khusus menjual bahan-bahan berbahaya. Satu toko menjual bahan kimia sesuai dengan peraturan. Namun satu toko lagi masih ada yang menjual zat berbahaya yang dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia dan Kepolisian Daerah Metro Jaya. Zat itu ialah air keras dan borak.
Dua jenis zat berbahaya itu bisa didapatkan dengan mudah di toko-toko kimia. "Kami juga jual larutan PK," ujar BR. Larutan PK adalah peroksidan yang berfungsi membunuh kuman dan bakteri dengan cara dilarutkan dalam air. Umumnya digunakan untuk luka tidak terlalu dalam pada kulit. "Ada juga air keras, borak dan racun ikan"
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Mikro Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta Irwandi menuturkan, sejauh ini pihaknya telah memetakan tempat-tempat menjadi titik perdagangan bahan kimia. Dia menyebut bahan kimia berbahaya paling banyak di jual di daerah Gunung Sahari, Jakarta Pusat dan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Irwandi mengatakan jika saat ini pihaknya juga berupaya memperketat peredaran bahan kimia di pasaran seputar Jakarta. Caranya dengan memperketat peredaran bahan kimia itu melalui distributornya. "Kita perketat di distributornya. Mereka tidak boleh menyalurkan sembarangan kecuali untuk industri dan bahan bantu industri," ujar Irwandi melalui pesan WhatsApp semalam.