Kerusakan alam kesulitan hidup
Aqua menyedot mata air Cikubang 221.143 meter kubik saban bulan.
Jarum jam baru saja bergeser sedikit dari pukul dua siang. Panas surya terasa membakar kulit. Dari jarak tidak terlalu jauh, seorang lelaki beruban terlihat membasuh badannya menggunakan ember kuning bekas kaleng cat.
Udung, 57 tahun, juga mencuci panci dan piring dengan air coklat mengalir dari irigasi persawahan ke bak penampungan mandi, cuci, dan kakus (MCK) buatan warga. Air itu berlalu tanpa terbendung dan terbuang ke selokan kecil di bawahnya.
Aliran airnya kini kecil karena sudah beberapa hari tidak turun hujan. "Sudah hampir 20 tahun saya gunakan air di sini, sumur di rumah saya airnya mulai kering," kata Udung sambil menawarkan merdeka.com singgah di kediamannya Selasa pekan lalu.
Udung mengatakan saban hari penduduk RT 02/RW 05 Desa Babakan Pari, Kelurahan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menggunakan MCK itu. Kebanyakan memakai untuk mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga serta buang air besar.
Ada tiga kabin di MCK itu. Satu kabin digunakan untuk mandi, yang di tengah buat buang hajat, dan sebelah kiri untuk mandi dan wudu bagi jamaah ingin salat di Masjid Nurul Falah samping MCK.
Bangunan MCK ini berukuran panjang lima meter dengan lebar dua meter. Berdinding batako dan beratapkan asbes "Ini swadaya warga," kata Udung.
Hanya sekitar satu kilometer dari MCK biasa dipakai Udung, Nina warga RT 01/RW 05 sedang mencuci pakaian. Dia dengan tekun menyikat daster putih bermotif kembang di atas penggilasan.
Di sampingnya terdapat dua ember hitam berisi penuh tumpukan pakaian. Namun air buat mencuci di MCK sumbangan Aqua itu berwarna coklat. "Sehari-hari biasa cuci pakaian disini," ujar Nina.
Sejak berdiri pabrik Aqua dengan bendera PT Tirta Investama menggunakan mata air Cikubang tepat di bawah permukimannya, air di rumah Nina kerap kering. Dia akhirnya terpaksa mencuci pakaian di MCK air keruh itu.
Nina mengatakan sumbangan air bersih disalurkan oleh Aqua melalui pipa berukuran setengah inchi kini tak lagi mengalir. "Sudah lama tidak mengalir," tuturnya.
Usmahudin, 42 tahun, juga mengeluhkan air tanah kering dan debit airnya mulai mengecil. Sebab itu, sebagian warga menggunakan air keruh Sungai Cigoong dialirkan melalui pipa berukuran tiga perempat."Kecil kalau air pompa keluarnya. Di kampung warga untuk bilas, cuci baju sampai mandi," katanya.
Warga Babakan Pari memang sudah lama kekurangan air bersih. Berdasarkan hasil riset Amrta Institute for Water Literacy, sejak berdirinya perusahaan raksasa air minum kemasan, warga mulai bermasalah dengan air.
Warga di Kecamatan Cidahu kekurangan air bersih. "Di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, berdekatan dengan pabrik-pabrik pengambil air tanah, banyak yang kesulitan terhadap akses air bersih," kata Irfan Zamzami, peneliti dari lembaga itu, kepada merdeka.com melalui surat elektronik Senin pekan lalu.
Berdasarkan simulasi dilakukan Amrta Institute empat tahun lalu, Aqua menyedot mata air Cikubang 221.143 meter kubik saban bulan. Dari ratusan ribu meter kubik itu, Aqua memperoleh pendapatan sekitar Rp 2,8 triliun. "Pendapatan dari satu perusahaan ini saja akan sangat timpang dibandingkan pendapatan dari sektor air Kabupaten Sukabumi pada 2012 sebesar Rp 23,5 miliar," ujarnya.
Alhasil, slogan Aqua - kebaikan alam kebaikan hidup - tidak berlaku bagi warga Cidahu. Yang terjadi malah sebaliknya: kerusakan alam kesulitan hidup.