Mengeruk fulus lewat menggoreng jalan Jakarta
Nasi goreng menjadi bisnis menjanjikan di tengah kerasnya persaingan dagang kota Jakarta
Sekitar 30 gerobak nasi goreng itu berjejer di Jalan Muria, Setiabudi, Jakarta Selatan pada Minggu pekan kemarin. Para pedagangnya sibuk menata isi gerobak mulai dari sayuran, meracik bumbu hingga menggoreng kerupuk. Sejak siang mereka sibuk merapikan isi dagangan hingga menjelang Magrib tiba, para pedagang itu mulai keluar mencari peruntungan di jalan-jalan kota Jakarta.
Di daerah Tebet, Jakarta Selatan, para pekerja kantor sudah mahfum betul suara pedagang nasi goreng. Sesekali para pedagang memanggil dengan memukul penggorengan dengan menggunakan sendok. "Tukang nasgor tuh, makan nasi goreng depan yuk," teriak Roy salah seorang karyawan swasta di bilangan Tebet, Jakarta Selatan seraya mengajak teman sekantornya untuk makan malam.
Nasi goreng bagi sebagian penghuni Jakarta mulai dari perkantoran hingga warga biasa memang menjadi pilihan saban malam menjelang. Hampir di setiap sudut Jakarta, tukang nasi goreng menjadi pemandangan lumrah, menghiasi temaram lampu jalan. Keberadaannya boleh dibilang menjadi dewa penolong bagi mereka yang ingin mengganjal perut lantaran harganya yang mudah dijamah.
-
Siapa yang menjual Nasi Goreng Miskin di Karawang? Mengutip Instagram @perutcacing_, Senin (9/10), pemilik usaha bernama Nanung, membenarkan jika dirinya menjual menu nasi goreng miskin.
-
Apa yang dimaksud dengan nasi sisa? Saat memasak nasi terlalu banyak, biasanya akan ada sisa yang sayang untuk dibuang. Ada baiknya nasi sisa tersebut disimpan di dalam kulkas dengan wadah tertutup, supaya tidak terkontaminasi bakteri Bacillus cereus.
-
Kapan sentra kuliner PKL Sultan Agung buka? Saat ini, kawasan itu telah ditata oleh pemkot sehingga lebih rapi dan nyaman, dengan jam buka mulai pukul 07.00-17.00 WIB.
-
Kapan Pakdhe Nurdin mulai berjualan nasi goreng? Tak ingin menghabiskan waktunya dengan duduk-duduk saja, pria 56 tahun itu berinisiatif untuk memulai bisnis nasi goreng.
-
Bagaimana Wali Kota Semarang menanggapi dugaan mutasi Camat Ade Bhakti karena konten nasi goreng? Saat dikonfirmasi, Hevearita membantah kalau mutasi Ade Bhakti disebabkan oleh konten yang berisi sindiran terkait lomba nasi goreng.
-
Siapa yang merintis bisnis minuman sarang walet? Sebuah perusahaan ternama asal Bojonegoro berhasil menguasai pasar olahan sarang burung walet dalam bentuk minuman kemasan. Menariknya, cikal bakal minuman sarang burung walet pertama di Indonesia ini muncul dari pengalaman pribadi sang pemilik perusahaan.
Nasi goreng menjadi bisnis menjanjikan di tengah kerasnya persaingan dagang kota Jakarta. Salah satu kawasan mewah, di sekitaran Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan merupakan pusat bisnis ini. Setidaknya terdapat empat pangkalan nasi goreng yang berkeliaran hingga daerah Jakarta Pusat. Saban pangkalan berisi minimal 20 gerobak. Masing-masing dimiliki perorangan maupun diwadahi satu pemilik yang sama. Buat urusan rasa mereka punya satu citra rasa hampir-hampir mirip.
"Dari taman Menteng, Suropati, Manggarai, Tebet, sampai Salemba semua dari pangkalan kita," kata Sutar salah satu pedagang nasi goreng keliling membuka perbincangan dengan merdeka.com pekan lalu di pangkalannya, Jalan Muria, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Di pangkalan pedagang nasi goreng tempat Sutar dan puluhan temannya asal Tegal, Jawa Tengah, mempersiapkan dagangan, puluhan armada gerobak nasi goreng itu terparkir rapi. Sore itu lalu lalang para pedagang nasi goreng keliling terlihat sibuk. Mereka sedang mempersiapkan berbagai kebutuhan sajian menu nasi goreng termasuk juga pilihan menu pendamping seperti, mie goreng, kwetiau dan bihun goreng.
Namun antara pedagang nasi goreng keliling dan mangkal terdapat perbedaan. Pedagang nasi goreng mangkal, lebih memiliki menu bervariasi dengan modifikasi terkini. "Kalau kita yang mangkal beda, sudah ada sosis, capcay, dan lebih banyak porsinya. Kita juga ada nasi goreng mawut, kalau sekarang kita sebutnya mah," kata Saepudin, pedagang nasi goreng lain.
Saepudin berdagang di sebuah rumah kontrakan tepat di belakang apartemen Setiabudi, Jakarta Selatan. Mereka berkumpul bersama sambil membuat dapur umum. Dari mulai tidur bersama hingga bersenda gurau dilakukan disela-sela mempersiapkan nasi matang bakal sedianya digoreng dengan tampilan menggiurkan. Saban hari Saefudin mendapatkan keuntungan kotor Rp 1 juta dari berjualan nasi goreng.
Sementara Sutar mengamini pendapatan Saepudin. Jika sedang ramai, fulus yang dia peroleh sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 900 ribu. "Untuk bahan-bahannya sehari menghabiskan Rp 300 ribu," kata Sutar. "Tapi kalau lagi sepi ya paling cuma Rp 600 ribu," ujarnya menambahkan.
Bisnis nasi goreng memang menjanjikan di sekitaran ibu kota. Bisa dibilang, pedagang nasi goreng memang menjadi andalan warga Jakarta lantaran harga murah namun mampu mengganjal perut dari rasa lapar. Apalagi tukang nasi goreng mudah ditemukan hampir di setiap sudut jalan ibu kota. Ratusan pedagang nasi goreng 'menggoreng' jalan Jakarta, memenuhi citarasa sebagian warga Jakarta.