Perang pesan untuk Presiden
Gerakan #gantipresiden2019 berbalas dukungan Jokowi dua periode.
Pengendara ojek online berhenti di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Lontar Bawah, Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (18/4) petang. Sang pemilik rumah, Haji Anton Umar (50) tidak tampak. Rupanya dia tengah melaksanakan salat maghrib berjemaah di masjid. Tak jauh dari rumahnya.
Anak Haji Anton melayani konsumen yang sibuk memilah baju di ruang tamu. "Ada warna apa saja?" tanya sang pengendara ojek online.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
Beberapa potong kaus dengan beragam warna ditawarkan. Tapi ada satu hal yang sama dari kaus-kaus beragam warna itu. Pesan yang ingin disampaikan. Terpampang jelas di bagian depan kaus, tulisan yang beberapa hari terakhir viral dan menjadi bahan perbincangan. Tertulis #GantiPresiden2019.
Anton salah satu pengusaha konveksi yang menyampaikan pesan gerakan ganti presiden melalui media kaus. Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini merasa kecewa dengan kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Di matanya, Jokowi gagal mengurus negara. Kesimpulan itu didapat dari diskusi di grup WhatsApp yang diikutinya.
Grup itu biasa mendiskusikan masalah politik dan kondisi negara. Dari diskusi itu lahir ide gerakan ganti Presiden. Anton tak ragu melempar idenya di grup tersebut.
"Terus ada yang buat hastag ini. Saya masukin ke dalam (desain) kaus. Di grup semua tertarik. Katanya, bikin bang," jelas Anton saat berbincang dengan merdeka.com.
Anton mulai memproduksi beberapa potong kaus dengan pesan ganti presiden. Kaus itu diberikan dan dipakai oleh beberapa rekannya di grup WhatsApp. Dengan bangga, rekannya berfoto mengenakan kaus garapan Haji Anton. Foto-foto itu lantas menyebar. Lalu viral dan menjadi bahan pembicaraan di dunia maya.
Dia tak menyangka kaus itu direspon banyak orang. Padahal dia tak pernah sekalipun mengunggah foto kaus buatannya di media sosial.
"Enggak kepikiran yang lain-lain. Coba-coba, jadikan kaus. Itu saja niatnya. Enggak kepikiran bakal jadi viral seperti ini," imbuhnya.
Kaus yang diproduksi, ungkapan dari dalam hati. Dia menginginkan pergantian kepemimpinan tahun depan. Agar gerakan ini semakin besar, dia ingin memproduksi hingga 1 juta kaus. Hanya itu yang bisa dilakukannya. "Karena saya tidak mampu untuk menggerakkan massa," ujarnya.
Meski demikian, kekhawatiran sempat menghinggapi hati kecil Anton. Dia takut jika kaus buatannya berujung pada urusan hukum. Anton konsultasi ke ahli hukum. Dari konsultasi itu justru niatnya semakin kuat. "Tapi enggak ada (unsur pidana). Akhirnya lanjut terus," katanya bersemangat.
Pesanan kaus bertuliskan ganti presiden membanjir. Datangnya dari pelbagai daerah. Bahkan datang dari luar negeri. Dia menyebut Australia dan Qatar. Dalam sebulan terakhir, Anton mencatat telah memproduksi 10.000 kaus.
Pesan ganti presiden pun tidak hanya dituangkan di media kaus. Tapi juga di pin, gantungan kunci, mug, dan merchandise lainnya. Belakangan, semakin banyak desain dan pesan yang disampaikan melalui media kaus. Tapi Anton tak berpaling. Dia memegang teguh pesan dengan tagar ganti presiden.
"Ada teman-teman bikin dengan hastag baru tapi saya tidak tertarik," kata Anton.
Gerakan yang Anton suarakan berbalas. Para pendukung Jokowi membuat kaus dengan pesan berbeda. Menurutnya, kompetisi dalam kreativitas itu lumrah.
"Saya mengapresiasi. Tidak masalah. Silakan saja. Jangan sampai ada pihak-pihak yang mengadu domba. Justru malah senang. Wah lucu nih ada tantangan lagi," ucapnya.
Munculnya kaus dengan pesan ini membuat Presiden Jokowi bereaksi. Di hadapan relawannya, Jokowi menyindir pihak yang ingin ganti presiden dan menyuarakan itu melalui kaus.
"Sekarang isu kaus ganti presiden 2019. Masa dengan kaos bisa ganti presiden," kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan Tahun 2018 di Ballroom Puri Begawan, Bogor, Sabtu (7/4).
Jokowi menegaskan, hanya dua hal yang bisa mendorong pergantian Presiden. Yakni rakyat dan kehendak Tuhan. Kaus tidak bisa mendorong pergantian Presiden.
"Masa pakai kaus bisa ganti Presiden, enggak bisa," ucapnya disambut tepuk tangan para relawan Galang Kemajuan Jokowi.
Respons Jokowi itu menggerakhan barisan relawannya. Mereka tidak tinggal diam dengan munculnya gerakan yang ingin menggagalkan Jokowi kembali memimpin Indonesia. Secara massif muncul kaus saingan dengan tulisan, Jokowi dua periode, Tetap Jokowi. Bahkan ada juga kaus dengan gambar Jokowi mengendarai skuter. Tulisannya persis film box office remaja, Dilan yang dimodifikasi menjadi Dilanjutkan.
Salah satu relawan Jokowi, Hariadhi, berbagi cerita saat membuat kaus tandingan. Pesannya, dukungan untuk sang presiden. Kaus dengan tulisan #JokowiadalahKita.
Dengan modal Rp 200.000, Hariadhi membubuhkan tulisan JKW berwarna merah di atas kaus berwarna abu-abu. Tulisan tersebut juga terdapat nama-nama pendukung Joko Widodo. Di bagian bawah tulisan JKW, dibubuhi tulisan 'adalah kita' dengan warna hitam.
"Belakangan kan ada #2019gantipresiden. Enggak masalah kan itu bagus kreatif. Nah kita juga harus bisa balas dengan kreativitas lagi. Nah itulah kenapa kita bikin," kata Hariadhi ketika ditemui merdeka.com di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (22/4).
Awalnya Hariadhi hanya membuat satu kaus. Lalu diunggah dalam akun media sosialnya. Berharap muncul gerakan penyeimbang. Benar saja, satu per satu pendukung Jokowi bermunculan dan merespon positif. Mereka memesan kaus yang dibanderol Rp 120.000.
Sudah tiga pekan ini kaus tersebut muncul di media sosial. Pesanan membanjir dari para relawan Jokowi. Setidaknya lebih dari 300 kaus. Hariadhi tak sanggup mengerjakan sendiri. Relawan Jokowi lainnya turun tangan. Salah satunya adalah Shany. Dia pemilik tempat sablon di Jalan Kalibesar Barat, Poncol, Jakarta Pusat.
"Pemesanannya itu mereka bayar sekitar 1 minggu terakhir. Dan kita sudah berhasil ngumpulin 300 pemesan. Setelah ini ke depannya dalam 1 minggu bisa seminggu produksi," kata dia.
Kaus itu tak hanya dipesan relawan. Tapi juga elite politik hingga artis. Salah satunya komposer Adi MS. Tetapi Hariadhi enggan membeberkan elite politik yang sudah memesan kaus hasil desainnya. Bukan tanpa alasan Hariadhi menolak menyebut nama politisi pemesan kaus.
"Saya enggak mau bilang namanya. Nanti saya dibilang pakai duit parpol. Tapi ada lembaga yang dekat. Ngehubungin ada beberapa tokoh penting. 'Aku mau dong pesen 1.000' ya boleh saja sih. Kan ini semangatnya relawan. Mereka harus sama dengan yang lain. Enggak boleh diistimewakan. 'Bapak kalau mau namanya masuk tunggu giliran'," cerita Hariadhi.
Hariadhi punya aturan main bagi politisi dan partai politik yang menginginkan kaus buatannya. Dia tidak ingin jika aksi relawan dianggap ditunggangi para politisi. Meski begitu, dia membuka diri bagi partai politik untuk membantu menyebarluaskan kaus gerakan pro Jokowi.
"Diusahakan enggaklah. Kalau distribusi dibantu boleh. Dananya produksinya dibantu boleh. Kalau misalnya saya bantu 100 kaus. Kalau mau, gini kader kita bikin, boleh semangatnya udunan. Berapa pun. harganya premium," jelas Hariadhi.
Hasil penjualan kaus tersebut, 10 persen keuntungannya akan didonasikan kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan 90 persen dari keuntungan dialokasikan untuk dana binaan relawan Jokowi.
"90 persennya nanti untuk bina relawan. Nanti bisa buat situs bantah hoaks," kata Hariadhi.
Baca juga:
Dagang pesan politik
Pengamat sebut isu 2019 ganti presiden ingin sosok baru di luar Prabowo
Elektabilitas Jokowi tinggi di survei, PDIP ogah berpuas diri
Putuskan capres yang didukung, PAN akan dengarkan pertimbangan Amien Rais
Demokrat: SBY mau munculkan tokoh baru yang amanah sesuai aspirasi rakyat
Moeldoko sebut isu TKA jadi komoditas menarik dengan situasi politik