Prof Amin Soebandrio: Melebur ke BRIN, Eijkman Justru Terdegradasi
Prof Amin blak-blakan dituduh merekrut pegawai tidak sesuai dengan ketentuan.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) akan dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dampaknya, para peneliti yang bekerja di Eijkman dipaksa pensiun.
Dalam proses integrasi tersebut, LBME akan berganti nama menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM). Sedikitnya, 113 tenaga honorer diberhentikan karena integrasi tersebut.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk memahami perkembangan tubuh dan penyakit? Studi ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang proses perkembangan yang mendasari, yang dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
Mantan Kepala LBME Prof Amin Soebandrio mengaku resah dengan integrasi ini. Apalagi, dia berpandangan, integrasi tersebut justru mendegradasi lembaga Eijkman itu sendiri.
Prof Amin bercerita, selama 10 tahun dirinya dan para peneliti memperjuangkan agar Eijkman bisa lebih besar lagi. Namun kini, lembaga yang berdiri sejak 1992 itu justru dilebur ke BRIN.
"Nah dengan adanya peleburan itu, maka lembaga Eijkman itu kayak mengalami yah degradasi lah," kata Prof Amin saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (5/1).
Baca juga:
Terima Aduan Mantan Pegawai PPNPN BPPT, Komnas HAM Bakal Panggil Pihak BRIN
LBM Eijkman Dilebur ke BRIN Setelah 33 Tahun Beroperasi
Berikut wawancara lengkap merdeka.com dengan Prof Amin Soebandrio:
Saat ini, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Namanya diganti menjadi Pusat Riset Biologi dan Molekuler (PRBM) Eijkman. Apakah ini bisa disebut LBM Eijkman sudah dibubarkan?
Belum ada SK apapun yang membubarkan Eijkman. Jadi Eijkman terbentuk berdasarkan SK Menteri ya, kalau sekarang sudah segitulah. Memang ada pernyataan secara nama jadi menjadi Pusat Riset Biologi dan Molekuler Eijkman.
Apa istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi LBM Eijkman melebur ke BRIN?
Ya, agak sulit juga pertanyaan itu. Kalau menurut nomenklaturnya, ya LBM Eijkman sekarang melebur menjadi Pusat Riset Biologi dan Molekuler Eijkman. Ya, namanya berganti. Sebetulnya tidak dibubarkan karena secara fungsi sekarang sih masih ada beberapa. Bukan secara struktural ya.
Artinya, mereka yang masih menyelesaikan kegiatan penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun-tahun kemarin itu masih melakukan penelitian. Jadi kalau pembubaran sih agak kurang tepat juga, mungkin dialihkan ya.
Apakah ada perubahan struktural di PRBM Eijkman?
Jadi Pusat Riset Biologi dan Molekuler Eijkman itu berada di dalam strukturnya BRIN. Jadi dalam Kepala (Riset) BRIN itu kan enggak ada level eselon satunya. Itu ada namanya Kepala OR (organisasi riset). Sementara ini, PRBM Eijkman itu berada di dalam organisasi riset Ilmu (pengetahuan) hayati. Tapi mungkin akan menjadi di bawah organisasi riset ilmu kesehatan.
Seperti apa kondisi PRBM Eijkman saat ini? Apakah ada perbedaan tugas dan fungsinya?
Kalau PRBM saya kira bukan saya yang harus menjelaskan ya. Kepala BRIN sekarang yang berwenanglah untuk menjelaskan bagaimana PRBM Eijkman ke depan.
Prof Amin ikut melebur ke PRBM Eijkman?
Saat ini sih resminya saya dikembalikan ke UI.
LBM Eijkman berdiri sejak tahun 1992, apa saja yang sudah dilakukan Eijkman dalam waktu hampir tiga dekade itu?
Sampai dengan 2014 ketika saya bergabung ke Eijkman itu, Eijkman sudah banyak berkiprah selain untuk mendukung pelayanan kesehatan juga fungsi-fungsi keamanan. Misalnya membantu Polri dalam mengidentifikasi pelaku-pelaku kriminal, atau juga korban kriminal maupun korban-korban disaster. Itu sudah dilakukan sejak 2004 kalau tidak salah.
Dan itu juga lembaga Eijkman sudah membantu misalnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam mencegah perdagangan wanita dan anak-anak. Kemudian juga membantu Kementerian Kehutanan dalam menyikapi perdagangan hewan liar yang dilindungi.
Jadi dari situ kita melihat bahwa fungsi lembaga Eijkman itu tidak hanya meneliti biasa-biasa saja, tapi produknya itu sudah langsung dipakai. Memang produknya itu bukan seperti barang yang bisa langsung dilihat, dipegang, tapi lebih banyak mendukung kebijakan-kebijakan. Baik kebijakan pemerintah maupun kebijakan dalam pelayanan kesehatan.
Produknya produk ilmiah. Sampai dengan 2014 publikasi lembaga Eijkman setiap tahun itu sekitar belasan lah ya. Sejak saya ada di situ, itu bisa kita naikkan sampai mencapai 60 publikasi per tahun yang dihasilkan oleh hanya kurang dari 30 orang peneliti. Berarti setiap peneliti di lembaga Eijkman rata-rata menghasilkan dua publikasi setiap tahun.
Terus selain itu juga kami terus membantu para dokter di rumah sakit atau mengatasi berbagai penyakit, termasuk leukimia, kelainan genetika, dan lainnya. Sampai kepada mendiagnosis kalau ada keganjilan perkembangan seksual. Itu terus menerus dilakukan lembaga Eijkman.
Ditambah lagi, kami juga ikut berperan dalam meneliti istilahnya keamanan kesehatan terkait dengan pertahanan negara. Misalnya untuk mendeteksi potensi-potensi adanya mikro bahaya. Itu kurang lebih yang dilakukan lembaga Eijkman. Sehingga Eijkman dianggap sebagai satu lembaga penelitian yang memiliki nilai strategis. Dan bahkan, telah beberapa kali diusulkan untuk dijadikan objek vital nasional.
Sudah tepatkah peleburan LBM Eijkman dengan BRIN?
Kalau ditanya saya pribadi, tentu lebih suka dengan status sebelumnya ya. Karena selama ini selama 15, 10 tahun ini kita memperjuangkan agar lembaga Eijkman itu justru jadi lebih besar, lebih kuat, dan lebih mandiri.
Nah dengan adanya peleburan itu, maka lembaga Eijkman itu kayak mengalami yah degradasi lah. Sebagai contoh misalnya, selama ini kalau adakan kerja sama, maka lembaga Eijkman itu kerja samanya dengan instansi-instansi di tingkat minimum levelnya eselon 1.
Tapi dengan situasi atau struktural yang terjadi saat ini, itu sudah tidak dimungkinkan lagi. Jadi sebagai Pusat Riset Biologi dan Molekuler Eijkman, itu sudah tidak dibenarkan lagi untuk melakukan perjanjian langsung. Jadi yang mengarahkan dia harus level di atasnya.
Baca juga:
Peleburan LBM Eijkman ke BRIN Tidak Boleh Degradasi Independensi Peneliti
Riset Vaksin Merah Putih Jangan Terbengkalai Akibat Peleburan Lembaga Eijkman
Ketua BRIN mengatakan, LBM Eijkman selama ini banyak merekrut tenaga honorer tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Apa hal itu benar?
Sebenarnya saya juga tidak mengetahui dasarnya apa sehingga pernyataan itu dikeluarkan. Saya bisa cerita bahwa setiap tahun lembaga Eijkman itu mengajukan semacam proposal untuk perencanaan kegiatan tahun berikutnya. Misalnya untuk tahun 2022, pertengahan 2021 sekitar Juni-Juli itu sudah harus memasukkan usulan yaitu ada program kerja, juga ada rencana anggaran.
Di dalam rumusan itu, tercantum segala kegiatan dan rencana anggarannya. Dalam rencana anggaran itu termasuk di dalamnya adalah komponen sumber daya manusia. Selain komponen, ada pembelian alat, perjalanan, dan sebagainya.
Nah dalam komponen sumber daya manusia itu, di situ ada peneliti utama, ada peneliti anggota, ada teknisi, ada tenaga administratif, koordinator, dan sebagainya. Dan itu kami susun sesuai dengan aturan yang ada dan besarannya sesuai dengan standar biaya masuk karya yang sudah harus diterbitkan oleh Kementerian Keuangan.
Dan usulan itu sudah dikaji oleh sekjen. Kemudian sudah melalui dirjen anggaran apakah tadi besaran sesuai dengan biaya masuk atau tidak. Setiap tahun melewati proses itu. Apabila sudah final, kami akan mendapatkan dokumen yang menyatakan bahwa Lembaga Eijkman sudah disetujui anggarannya sekian dan jatahnya ini.
Kemudian, kami melaksanakan kegiatan itu dan diminta untuk memberi laporan setiap tiga bulan. Dan itu kami patuhi. Eijkman termasuk lembaga yang paling rajin dan paling rapi dalam memasukkan laporan itu. Dan laporan-laporan itu sampai di akhir periode dan juga kegiatannya itu sudah diperiksa oleh inspektorat, oleh BPK, oleh BPKP, kadang-kadang oleh KPK juga.
Dan sudah tidak ada masalah, tiap tahun sudah diklarifikasi kalau ada temuan. Selesai setiap tahun. Kemudian kalau ada anggapan bahwa itu menyalahi aturan, tentu pertanyaannya kenapa sekian belas tahun itu dibenarkan?
Berapa total peneliti yang diberhentikan dampak LBM Eijkman melebur ke BRIN?
Usulan keluarnya sih tidak ada. Kami tidak pernah menerbitkan surat pemberhentian atau pengeluaran, yang ada hanyalah tenaga-tenaga yang bukan ASN itu kan dibayar istilahnya walaupun mereka bukan pegawai honorer tapi pegawai kontrak. Mereka itu semuanya ada perjanjian kontraknya, dan ada SK-nya yang dibuat oleh KPA (Kuasa Pengguna Anggaran).
Dan mereka dibayar sesuai standarnya Kementerian Keuangan yang relatif sangat kecil. Begitu disampaikan bahwa dengan perubahan struktur organisasi ini, mereka sudah tidak bisa dibayarkan lagi. Itu tadi karena tidak sesuai dengan peraturan. Otomatis kalau honornya tidak bisa dibayarkan, ya tidak bisa kerja lagi.
Tenaga kontrak yang secara otomatis tidak bisa melebur ke BRIN ini apakah tenaga administrasi atau peneliti?
Peneliti
Bagaimana nasib mereka ke depan setelah keluar dari LBM Eijkman?
Mereka enggak punya lembaga lain, beda kalau ASN ya. Kita tidak mungkin merekrut ASN dari instansi-instansi lain untuk membantu kita. Itu sebabnya pada setiap proyek penelitian kita membutuhkan tenaga-tenaga dari luar yang dikontrak sesuai dengan periode proyeknya. Kalau setahun, ya setahun. Kalau dua tahun, dua tahun.
Prof Amin kenapa tidak ikut Pusat Riset Biologi dan Molekuler Eijkman, melebur ke BRIN?
Ya satu, tadi saya bilang dikembalikan ke UI. Kedua, sudah tidak lagi available untuk lima opsi yang ditawarkan. Lima opsinya adalah, pertama ASN itu langsung diangkat sebagai peneliti. Walaupun tidak tahu ditempatkan di mana. Kedua adalah yang diterima kalau mereka sudah S3. Padahal prinsip asisten itu kan ya kebanyakan S2 palingan. Kalau S3 kan sudah jadi peneliti utama dia.
Nah yang ketiga adalah mereka-mereka yang sedang mengikuti pendidikan untuk menjadi S3. Keempat, kalau tidak masuk ke 1, 2, 3, mereka bisa menjadi operator laboratorium. Yah, saya enggak setuju itulah. Kelima, sebagian dari mereka kalau tidak masuk 1, 2, 3, 4, itu bisa dipekerjakan oleh RSCM.
Baca juga:
Memahami Seluk Beluk Eijkman dan Status Peneliti Setelah Dilebur dengan BRIN
Penjelasan Kepala BRIN soal Kabar Peneliti Eijkman Dipecat
Lima opsi ini memberatkan bagi Prof Amin?
Ya, enggak masuk saya. Tapi masih ada skema lain yaitu menjadi visiting Professor. Itu harus mengajukan permohonan lagi atau proses lagi.
Sekarang Prof Amin kembali ke UI?
Ya, sebagian sudah kembali. Tapi saya masih di Eijkman karena saya masih bertanggung jawab menyelesaikan Vaksin Merah Putih.
Sampai kapan penelitian Vaksin Merah Putih dilakukan?
Belum tahu sampai kapan ini. Mungkin baru selesai setahun lagi.
Artinya, penelitian Vaksin Merah Putih saat ini berada di bawah naungan BRIN?
Iya harusnya diteruskan BRIN. Menurut keterangan pimpinan BRIN, itu akan bersinergi. Tapi ke depannya bagaimana, kita belum tahu. Seperti tadi juga, saya tidak bisa menjelaskan apakah ini akan menjadi programnya Pusat Riset Biologi dan Molekuler Eijkman atau yang lainnya. Kita belum tahu.
Bagaimana nasib dunia riset ke depan menurut Prof Amin?
Riset biologi molekuler di Indonesia tidak hanya Eijkman. Kita berharap situasi ini tidak dialami oleh pusat-pusat penelitian lain. Tapi dari pengalaman di Eijkman, kita merasa bahwa peneliti Eijkman itu sudah memiliki integritas yang tinggi, sudah memiliki riset yang tinggi, yang mungkin tidak dimiliki lembaga-lembaga lain.
Sehingga setidaknya ada kemungkinan bahwa lembaga Eijkman yang selama ini menjadi barometer buat lembaga-lembaga lain.
Nah kalau terjadi sesuatu di lembaga Eijkman pasti menimbulkan pertanyaan. Mudah-mudahan tidak ya. Tapi kita berharap bahwa penelitian di Indonesia akan lebih kondusif.
Kita berharap ini tidak (jadi preseden buruk) ya, tapi tergantung kebijakan ke depannya bagaimana mengelola penelitian pada umumnya dan biologi molekuler khususnya. Kita belum tahu sih ke depannya akan seperti apa persisnya dikelola penelitian di Indonesia.
Apa pesan untuk peneliti di Indonesia agar tetap semangat melakukan penelitian meskipun ada peralihan LMB Eijkman?
Oh iya, ini selalu saya sampaikan kepada teman-teman di Eijkman dalam beberapa bulan terakhir bahwa mereka tidak boleh berhenti. Kalau mereka berhenti akan mengalami degradasi yang serius.
Mereka tidak boleh berhenti, di mana pun mereka berkarya tetap harus menunjukkan integritas yang tinggi sebagai peneliti.
Baca juga:
BRIN Sebut Sesar Aktif Baribis-Kendeng Terlihat dari Subang
Pentingnya Mitigasi Gempa Dalam Pembangunan Infrastruktur di Negara Rawan Bencana
BRIN: Percepatan Vaksinasi Dorong Pemulihan Ekonomi
BRIN: Kenaikan Angka Kemiskinan di Desa Lebih Rendah Dibandingkan di Kota
BRIN Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi 2022 Capai 5,12 persen