Ilmuwan Berhasil Bikin Eksperimen Genetik, Tikus Bisa Punya Kaki Tambahan di Bagian Kelamin
Studi ini dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
Studi ini dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
-
Bagaimana peneliti membuktikan tikus merasakan senang? Peneliti membuktikannya dengan memotret ekspresinya. Malahan, saking begitu senangnya digelitik, tikus laboratorium itu akan berlari ke tangan seseorang untuk minta digelitik lagi. Kemudian mengeluarkan suara seperti tertawa yang hanya bisa didengarkan melalui peralatan khusus.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ekspresi tikus? Salah satu tandanya adalah melalui gestur anggota tubuh. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Luca Melotti seorang ahli perilaku hewan dari Universitas Bern, Swiss.
-
Apa yang bisa dilakukan tikus dengan otaknya? Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Janelia Research Campus, Howard Hughes Medical Institute, Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa tikus kecil memiliki kapasitas untuk membayangkan atau menghayal perjalanan dan lokasi yang ada di dalam pikiran mereka.
-
Apa yang membuat anak tikus terkejut? 'Tapi, Bu, kok mukanya mirip kita?'
-
Siapa ilmuwan yang melakukan eksperimen anjing berkepala dua? Ilmuwan ‘gila’ yang melakukan eksperimen ini adalah Vladimir Demikhov. Ia merupakan ilmuwan yang berasal dari Soviet.
-
Bagaimana cara ilmuwan menciptakan anjing berkepala dua? Cara yang dilakukan Demikhov dan tim lakukan adalah dengan mengamputasi tubuh bagian bawah Shavka, dengan menjaga jantung dan paru-paru tetap terhubung hingga menit terakhir sebelum transplatasi. Sayatan dibuat di leher Brodyaga, sebagai tempat tubuh bagian atas Shavka ditempelkan.
Ilmuwan Berhasil Bikin Eksperimen Genetik, Tikus Bisa Punya Kaki Tambahan di Bagian Kelamin
Dalam sebuah penelitian, ilmuwan tanpa sengaja menemukan bahwa mematikan gen pada tahap awal perkembangan tikus menghasilkan mamalia embrionik yang memiliki enam kaki.
Temuan yang tidak biasa ini muncul dari studi yang sedang dilakukan oleh ahli biologi perkembangan, Anastasiia Lozovska dan Moisés Mallo bersama tim mereka di Institut Sains Gulbenkian Portugal.
Sumber: Science Alert
"Proyeklah yang memilih saya, bukan sebaliknya," ungkap Mallo kepada Sara Reardon dalam wawancara dengan Nature News.
Para peneliti membandingkan embrio tikus yang berusia 10 sampai 17 hari dengan dan tanpa versi gen yang berfungsi, yaitu Tgfbr1, yang mengodekan protein reseptor Tgfbr1. Gen ini penting dalam jalur pensinyalan yang mengatur perkembangan tubuh embrio, termasuk pembentukan kaki dan alat kelamin.
Selama perkembangan embrio mamalia, gen-gen ini bertanggung jawab untuk mengatur struktur tubuh dari kepala hingga ekor. Pada tahap awal, fokus genetik beralih dari pembentukan kepala ke perluasan tubuh dan persiapan untuk organ-organ utama.
Kemudian, terjadi transisi kedua di mana aktivasi gen memperluas tubuh embrio untuk membentuk ekor dan struktur organ-organ lainnya.
Selama proses ini, interaksi antara jaringan-jaringan baru menghasilkan struktur yang membentuk saluran keluar tubuh dan alat kelamin.
Meskipun kaki dan lengan memiliki banyak gen yang sama, pada tahap awal proses ini, kaki dan alat kelamin memiliki kesamaan lebih banyak. Hal ini menunjukkan kemungkinan asal-usul yang sama pada spesies nenek moyang.
Penelitian ini juga menemukan bahwa embrio yang memiliki gen Tgfbr1 yang tidak berfungsi mengalami penempatan kaki tambahan secara dramatis berbeda. Namun, gen-gen lain yang diekspresikan pada kaki tambahan ini serupa dengan yang ditemukan pada kaki tikus normal.
Para peneliti menduga bahwa perbedaan ini terjadi karena sel-sel yang seharusnya berkembang menjadi bagian tubuh tertentu, seperti kaki, menerima sinyal yang salah, menyebabkan perkembangan yang tidak normal.
Lozovska dan timnya melakukan analisis lebih lanjut terhadap DNA pada kaki embrio yang bermutasi dan mengidentifikasi perubahan struktur kromatin yang mungkin bertanggung jawab atas fenomena ini.
Namun, meskipun telah ditemukan hubungan antara penekanan gen Tgfbr1 dan munculnya kaki tambahan, mekanisme pastinya masih belum dipahami sepenuhnya oleh para ilmuwan.
Studi ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang proses perkembangan yang mendasari, yang dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.