Sejarah logo Kapal Api
Produk kopi bubuk itu dijual keliling kampung menggunakan pikulan kayu dan sepeda.
Penggemar kopi mana yang tidak tahu merek Kapal Api. Produk kopi bubuk ini memang sudah lama beredar di kalangan masyarakat Indonesia. Diproduksi oleh PT Santos Jaya Abadi di Sidoarjo, Jawa Timur, kini produk Kapal Api menguasai 50 persen pasar kopi secara nasional dengan berbagai pilihan; Kapal Api, Excelso, ABC, Good Day, Ya! dan Kapten.
Lalu, bagaimana kisah logo Kapal Api ini? Salah satu bos PT Santos Jaya Abadi, Soedomo Mergonoto, mengatakan ide logo kapal api muncul ketika banyak pelanggan kopi bubuk yang didirikan ayahnya, Go Soe Loet, merupakan para pelaut di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Di sana dia sering melihat kapal-kapal bersandar, lalu dijadikan logo kapal api.
Ceritanya, Go Soe Loet pertama kali membuka usaha pabrik kopi pada 1927 secara kongsi dengan Go Bie Tjong dan Go Soe Bie. Ketiga orang yang masih bersaudara itu mendirikan pabrik penggorengan kopi di kawasan Pabean, Surabaya, dengan jumlah pegawai sekitar 1.500 orang. Produk usaha kopi itu diberi nama Kopi Bubuk Hap Hoo Tjan.
Produk kopi bubuk itu dijual keliling kampung menggunakan pikulan kayu dan sepeda. "Dulu sering berjualan di Pelabuhan Tanjung Perak melayani para pelaut yang bersandar. Pelanggan kami banyak. Kemudian dari sana, karena banyak pelanggan di pelabuhan lalu muncul ide logo produknya 'kapal api' itu," terang Soedomo.
Kapal Api secara tidak langsung mengaspirasikan simbol teknologi tertinggi dan kemewahan pada zaman malaise itu. Lebih dari itu, inspirasi untuk senantiasa mengacu pada kualitas, menjadikan perusahaan mengalami kemajuan yang pesat dan berkelanjutan di kawasan Surabaya dan sekitarnya.
Soedomo sendiri, bersama Indra dan Soetikno sering membantu penjualan kopi menggunakan sepeda ontel keliling kampung. Dengan telaten pemasaran kopi bubuk itu semakin sukses. Hingga nama produk kapal api semakin dikenal masyarakat. Namun kongsi usaha itu pecah lalu aset-asetnya dibagi. Go Soe Loet sendiri mendapat bagian pabrik penggorengan kopi dan memilih melanjutkan produksi kopi yang dibantu anak-anaknya, yakni Soetikno, Indra dan Soedomo.
Namun akhirnya Hap Hoo Tjan bangkrut pada 1981. Di sisi lain, pada 1979 Soedomo mendirikan perusahaan baru bersama saudaranya, Indra, yakni PT Santos Jaya Cofee Company. Ketika Hap Hoo Tjan dinyatakan bangkrut, justru PT Santos Jaya Abadi yang berkembang. "Itu perusahaan yang didirikan bersama dari awal. Bukan warisan dari orang tua," tuturnya.
Keunggulan kopi Kapal Api adalah pada kualitasnya. Selain sudah berdiri lama di Indonesia, kopi ini juga diracik berdasar lidah orang Indonesia. Menurut Soedomo, sebenarnya ada banyak produk kopi di nusantara, kopi Aceh misalnya. "Nah kopi-kopi terbaik khas daerah itu kami campur, diracik pas," tuturnya.
Sampai kini produk Kapal Api merupakan yang terbesar di Indonesia. Di Pulau Jawa misalnya, 'raja' kapal api itu menguasai sekitar 65 persen pasar. Sementara secara nasional dia menguasai 50 persen pasar. Ada banyak produk kapal api, misalnya merek kapal api, ABC, Expresso Candy, Good Day, Bontea Green dan Relaxa.