Kapal-kapal Karam yang Mengungkap Kekayaan Rempah Nusantara yang Hilang, Temukan Sejarah yang Terpendam Laut Indonesia!
Jejak kapal karam di Laut Nusantara mengungkap kekayaan sejarah dan budaya, dari keramik kuno hingga artefak berharga, membawa kisah rempah yang memikat dunia.
Tenggelam Demi Kekayaan Alam yang Beraroma Hangat
Laut selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang Nusantara. Sejak dulu, Laut Nusantara berfungsi sebagai penghubung antar pulau, mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakat hingga saat ini. Salah satu elemen penting dalam sejarah tersebut adalah rempah-rempah Nusantara. Kekayaan alam beraroma khas ini telah lama menjadi daya tarik bagi bangsa asing yang datang ke Nusantara.
Interaksi dengan bangsa asing akibat permintaan rempah-rempah memperlancar pelayaran di perairan Nusantara. Beberapa kapal, sayangnya, tidak beruntung dan tenggelam di dasar laut. Kini, kapal dan muatannya yang karam menjadi bagian dari kekayaan budaya bawah laut yang tak ternilai.
-
Apa yang ditemukan di dalam kapal karam? Sekelompok peneliti arkeologi bawah air menemukan dua buah lempengan timah seberat 22 gram dan 44 gram di sebuah kapal karam Zaman Perunggu di lepas pantai Antalya Kumluca,Turki.
-
Dimana kapal tersebut ditemukan? Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
-
Apa saja harta karun yang ditemukan di Karimunjawa? Selain dikenal karena pesona alam yang memukau, Kepulauan Karimunjawa ternyata juga punya berbagai peninggalan harta karun. Harta karun yang dimaksud ini merupakan benda-benda peninggalan zaman dulu. Pulau Genteng merupakan salah satu pulau di Kepulauan Karimunjawa. Sekitar 150 meter dari tepi pantai timur pulau ini, terdapat banyak pecahan keramik yang menghampar pada area tidak kurang dari 600 meter persegi. Di sana, fragmen mangkuk, piring, vas, cepuk, dan guci ditemukan pada kedalaman 1-1,5 meter. Diperkirakan fragmen-fragmen itu merupakan produk dari Cina awal abad ke-18.
-
Di mana kapal tenggelam itu ditemukan? Pada 2018, Departemen Penelitian Bawah Air Universitas Antalya menemukan bangkai kapal yang diperkirakan berasal dari tahun 1600 SM tersebut di lepas pantai barat Provinsi Antalya.
-
Siapa yang menemukan kapal tersebut? Dilansir Arkeonews, kapal ini ditemukan pada Oktober 2023 oleh tim peneliti Institut Ilmu Laut Dalam dan Teknik Akademi Sains China.
-
Siapa yang menemukan artefak di galangan kapal? Arkeolog Turki, Hakan Öniz, mengumumkan penemuan artefak baru di galangan kapal kuno terbesar dan tertua di dunia.
Jejak-jejak kapal karam ini menyimpan banyak informasi tentang sejarah dan kebudayaan Nusantara. Walaupun sebagian besar masih tersembunyi, beberapa situs berhasil ditemukan dan diselamatkan, termasuk tujuh situs bawah air yang berikut ini.
Situs Laut Jawa Cirebon
Situs yang terletak di Laut Jawa dekat Cirebon ini ditemukan pada tahun 2004 melalui ekskavasi arkeologi yang dilakukan oleh perusahaan salvage Indonesia bekerja sama dengan investor asing, dengan izin dari Panitia Nasional Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (Pannas BMKT). Lokasinya berada pada kedalaman antara 52 hingga 57 meter di bawah permukaan laut. Di situs ini, ditemukan sekitar 500.000 keramik dan berbagai barang muatan kapal lainnya.
Temuan paling mencolok adalah keramik Yue, jenis keramik yang sangat dicari pada abad ke-10 M, yang mendominasi temuan kapal karam ini. Selain itu, ditemukan pula batu kristal, perhiasan emas, manik-manik, dan benda-benda lainnya. Diperkirakan barang-barang tersebut berasal dari berbagai daerah, termasuk China, Mesir, Siria, India, Sri Lanka, Thailand, dan Kamboja. Banyak dari temuan ini yang diyakini berasal dari masa awal Dinasti Song (Five Dynasty) di China pada abad ke-10 M.
Situs Teluk Sumpat
Sekitar 15.000 porselen dari Dinasti Ching (abad 17–20) ditemukan di dasar perairan Teluk Sumpat, Kepulauan Riau, dan berhasil diangkat oleh PT. Adi Kencana Salvage. Temuan menarik lainnya adalah patung-patung kecil berbahan tembikar yang menggambarkan aktivitas sehari-hari orang China, seperti nelayan yang membawa ikan atau ayam, serta patung anak yang sedang mengelus seekor kucing.
Selain itu, ditemukan juga patung orang Eropa yang mengenakan pakaian seragam. Sayangnya, banyak patung tersebut yang kehilangan bagian kepala atau telapak tangan. Kerusakan ini bukan akibat karamnya kapal, melainkan karena saat pengangkutan, bagian kepala dan telapak tangan sengaja dipisahkan dari patung, dengan adanya lubang di bagian leher dan pergelangan tangan yang menunjukkan tempat pemasangan bagian tersebut.
Situs Batu Hitam (Tang)
Pada tahun 1998, PT. Sulung Segara Jaya bekerja sama dengan Seabed Exploration-Australia untuk melakukan pengangkatan artefak dari kapal karam di perairan Batu Hitam, Belitung. Sekitar 60.000 benda ditemukan, termasuk berbagai jenis keramik, logam, kaca, kayu, gading, batu, tulang, serta sisa-sisa kapal dan benda lainnya.
Analisis yang dilakukan oleh para ahli mengungkapkan bahwa sebagian besar keramik yang ditemukan, seperti guci, mangkok, cangkir, teko, dan kendi, berasal dari Dinasti Tang yang memerintah antara tahun 618 hingga 907 M. Menariknya, ditemukan juga wadah-wadah seperti cepuk, cangkir, piring, dan nampan yang terbuat dari bahan emas, perak, perunggu, dan tembaga, dibuat dengan berbagai bentuk yang indah.
Situs Selat Gelasa (Teksing)
Pada tahun 1999, Hatcher melakukan eksplorasi di perairan Selat Gelasa, Bangka Belitung, dan menemukan puing-puing kapal yang kemudian diidentifikasi sebagai kapal Tek Sing. Kapal ini adalah perahu Jung China dengan ukuran 50 x 10 meter dan bobot sekitar 1000 ton. Perahu tersebut berangkat dari Xiamen, China, pada Januari 1882 menuju Jawa, mengangkut sekitar 1600 orang, termasuk awak kapal. Pada Februari 1882, Tek Sing menabrak sebuah pulau karang dan tenggelam di sekitar 2˚ selatan khatulistiwa, antara timur Sumatera dan utara Jawa (Nigel Pickford & Michael Hatcher, 2000).
Diperkirakan kapal ini membawa sekitar 400.000 keramik, termasuk piring, mangkuk, cangkir, buli-buli, dan cepuk, yang sebagian besar merupakan keramik biru-putih dari abad ke-18 hingga 19, yang diproduksi di tungku Dehua, Provinsi Fujian, China. Selain keramik, di antara puing-puing kapal juga ditemukan berbagai benda seperti meriam, barang-barang kuningan dan perunggu, jam saku, wadah tinta, dudukan lilin, pisau lipat, pedupaan, dan mata uang. Semua barang muatan dari kapal Tek Sing akhirnya dijual melalui balai lelang Nagel di Stuttgart, Jerman, pada November 2000.
Situs Kepulauan Seribu
Benda-benda berharga yang diangkat dari kapal karam di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, sering disebut dengan nama "Intan Wreck”. Nama "Intan" sendiri merujuk pada lokasi penambangan minyak Intan yang ada di wilayah tersebut. Pada tahun 1997, sebuah perusahaan salvage berhasil mengangkat berbagai artefak, termasuk keramik, perunggu, besi, logam, dan kaca.
Hasil analisis penanggalan pada koin, bentuk keramik, dan radiocarbon menunjukkan bahwa benda-benda yang ditemukan berasal dari abad ke-10 M. Diperkirakan, barang-barang tersebut berasal dari berbagai negara di Asia, termasuk China, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Timur Tengah. (Dian T.)
Situs Karang Heliputan
Pada tahun 2004, PT. Adi Kencana Salvage berhasil mengangkat sejumlah temuan dari kapal karam yang terletak di perairan Karang Heliputan, Kepulauan Riau. Mayoritas temuan berupa keramik biru-putih yang diproduksi pada masa Dinasti Ching (abad 17–20). Keramik tersebut terdiri dari berbagai jenis, termasuk mangkuk, piring, buli-buli, cepuk, gelas, dan sendok.
Selain keramik, ditemukan juga berbagai benda lain seperti wadah logam, koin, bata, alu, pipa cangklong, patung, dan lain-lain. Dua benda yang paling mencolok adalah piring dan mangkok biru-putih, keduanya memiliki permukaan yang sangat tipis dengan motif hias yang indah serta glasir yang masih terjaga dengan baik.
Situs Belitung Timur (Kapal Laram Mampango)
Situs kapal karam Mampango ditemukan di sekitar pulau karang terpencil antara Pulau Kalimantan dan Pulau Belitung pada tahun 2008. Penemuan ini berawal dari informasi yang diberikan oleh nelayan kepada PT Nautic Recovery Asia yang menemukan keramik kuno dan berbagai benda lainnya di perairan sekitar Gosong Mampango.
Hasil survei mengungkapkan bahwa kapal yang karam ini adalah The Forbes, kapal dagang milik Inggris yang dilaporkan tenggelam pada tahun 1806. Kapal ini mengangkut kargo yang terdiri dari opium, logam besi, perhiasan, dan berbagai benda berharga lainnya.
Salah satu temuan menarik dari kapal The Forbes adalah lonceng kapal yang terbuat dari besi, yang ditemukan dalam kondisi baik. Kapal ini dipimpin oleh Kapten Frazer Sinclair yang berlayar dari Calcutta, India, pada 5 April.
Jejak-jejak kapal karam ini memberikan gambaran tentang interaksi dan perdagangan yang terjadi di Laut Nusantara, serta bagaimana rempah-rempah menjadi salah satu daya tarik utama bagi bangsa asing yang ingin menjelajahi perairan Indonesia.