Sepenggal kisah keberanian Budi Waseso
Budi Waseso pernah menangkap Komjen Susno Duadji, mantan Kabareskrim era Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
"Pak Buwas orang yang tidak bisa di dikte. Dia tidak peduli tanggapan masyarakat seperti apa. Kalau menurut dia salah dan hukum harus ditegakkan itu bakal dia lakukan," begitu seorang anggota Polisi di Direktorat Kriminal Umum berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
"Sekecil apa pun kalau salah dia bilang salah," ujarnya
Komisaris Jenderal Budi Waseso kini memang menjadi Polisi yang kontroversial. Sejak dia menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, aksinya banyak mendapat gunjingan lantaran baru sehari menjabat, Budi Waseso menangkap Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Bambang Widjojanto.
Tudingan kriminalisasi KPK pun tak bisa dihindari. Apalagi Budi Waseso disebut-sebut sebagai orang titipan. Namun kepada merdeka.com, mantan Kabareskrim Mabes Polri itu mengatakan jika tindakannya sebagai anggota Bhayangkara semata karena penegakan hukum. Budi Waseso juga meluruskan soal tudingan dia di bekingi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk mengubek-ubek kantor PT Pelabuhan Indonesia II.
"Tidak lah. Saya ini tidak bermain politik dan siapa partai yang berdekatan dengan saya. Tidak ada," ujar Komjen Budi Waseso saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya, Cawang, Jakarta Timur.
Ketegasan Budi Waseso sebagai anggota Kepolisian memang bukan isapan jempol belaka. Jauh sebelum dia duduk dengan pangkat Jenderal bintang tiga saat ini, Budi Waseso pernah menangkap Komjen Susno Duadji, mantan Kabareskrim era Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri. Ketika dia menangkap Komjen Susno, Budi Waseso masih berpangkat Komisaris Besar. Cerita itu dituturkan langsung oleh Budi Waseso dalam perbincangan hampir sejam di ruang kerjanya pada Rabu pekan lalu.
Ceritanya begini. Ketika itu Budi Waseso mendapat perintah untuk menangkap Komjen Susno Duadji yang diketahui bakal melarikan diri ke Singapura. Dia bersama jajarannya bertolak menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta. Di sana Budi Waseso menemui Komjen Susno yang tengah menunggu keberangkatan pesawat yang akan membawanya ke Singapura.
Kepada Komjen Susno, Budi Waseso mengatakan jika dia mendapat perintah untuk menangkap dan membawanya menghadap Kapolri. Komjen Susno mengelak, dia mengatakan jika kehadirannya di bandara hanya untuk sekedar jalan-jalan. Budi Waseso lantas menunjukkan dua tiket serta paspor Komjen Susno yang berisi keterangan untuk keberangkatannya ke Singapura.
Di tengah proses negosiasi itu, Komjen Susno meradang. Kepada Budi Waseso, dia meminta ditunjukan surat penangkapan. "Saya jawab ke beliau. Lisan saja sudah surat perintah bagi saya," ujar Budi Waseso menirukan proses penangkapan saat itu. Komjen Susno kembali menggertak Budi Waseso. Dia hanya memberi isyarat jika waktu lima menit dapat berubah. Budi Waseso pun tak mau ambil pusing, kepada Komjen Susno dia mengatakan jika, jangankan lima menit, satu menit pun bisa berubah.
Komjen Susno menggertak Budi Waseso lantaran saat itu peluangnya menjadi Kepala Polri begitu besar. "Besok bapak jadi Kapolri, mau pecat saya, saya siap" sahut Budi Waseso. Di tengah ketegangan antara Komjen Susno dan Budi Waseso, Kepala Kepolisian Resor Kota Makassar saat ini langsung menarik tangannya. Dia takut jika Budi Waseso menangkap paksa Komjen Susno.
Setelah melalui negosiasi panjang, Komjen Susno berhasil ditangkap saat masuk ke dalam toilet. Di luar pintu, Budi Waseso menunggu sambil mengunci pintu toilet hingga pesawat yang akan membawa Komjen Susno ke Singapura lepas landas.
"Tapi habis itu saya dimarahi sama pati-pati polri, barisan bintang marah semua karena itu namanya pelecehan. Saya bilang ini perintah kalau perintah saya laksanakan apapun resikonya, " tutur Budi Waseso.
"Sebagai prajurit itu harus taat dan tunduk pada pimpinan. Pegang teguh, yang tanggung jawabkan pimpinan. Saya begitu orangnya. Makanya kalau pimpinan bilang tindaklanjuti itu saya tindak. Level saya bukan level yang ece-ece, bukan yang kecil-kecil. Harus yang beresiko,"
Kini 15 tahun sudah berlalu peristiwa penangkapan itu. Budi Waseso pun sudah menembus pangkat di pundaknya setara dengan Susno. Namun sayang di kala sedang mengusut kasus korupsi PT Pelindo II, Budi Waseso harus pindah tugas menjadi Kepala BNN menggantikan Komjen Anang Iskandar. Banyak yang menilai jika pemindahan itu berbau politis. Namun lagi-lagi Budi Waseso tak mau ambil pusing. Menurutnya, di mana pun dia ditugaskan, pria kelahiran Pati, Jawa Tengah ini siap.
"Saya ini kan aparat. Kalau aparat bagaimana negara memberikan tugas dan wewenang. Saya selalu bilang, itu amanah negara yang harus saya jalankan," ujarnya meluruskan.