Terjebak Stigma Standar Kecantikan
Setiap era memiliki tren kecantikan. Kulit putih, wajah glowing tanpa pori-pori mirip artis Korea kini menjadi tren seiring maraknya penawaran produk-produk perawatan wajah atau skincare.
Jelang umur 40 tahun, Medina merasa kerutan di dahi dan pinggir matanya mulai mengganggu penampilan. Sebagai karyawan bagian pemasaran yang kerap bertemu klien, Medina ingin wajahnya selalu terlihat segar dan cerah.
Mencari informasi melalui rekan kerjanya dan dari internet, Medina memutuskan melakukan suntik botox di sebuah klinik kecantikan di Depok, Jawa Barat. Dia menghabiskan Rp3 juta untuk membayar paket 50 unit suntik botox.
-
Apa tujuan artis melakukan filler bibir? Filler bibir telah menjadi salah satu pilihan populer di kalangan selebriti untuk meningkatkan pesona wajah mereka. Melalui prosedur ini, bibir yang lebih penuh dan berisi dapat memberikan kesan sensual yang mengagumkan.
-
Bagaimana filler bibir dapat meningkatkan pesona wajah? Melalui prosedur ini, bibir yang lebih penuh dan berisi dapat memberikan kesan sensual yang mengagumkan.
-
Kapan payudara akan mengalami perubahan ukuran? Selama siklus menstruasi, payudara mungkin mengalami sedikit pembengkakan atau rasa tidak nyaman yang normal. Selama kehamilan, payudara akan membesar dan terasa lebih penuh karena persiapan untuk menyusui. Perubahan warna dan pembengkakan juga bisa terjadi. Selama pubertas, payudara akan mulai berkembang dan membesar secara bertahap. Seiring dengan bertambahnya usia, payudara akan mengalami penurunan elastisitas dan kepadatan jaringan ikat. Sehingga menyebabkan penurunan ukuran dan kepadatan payudara.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Gapura Sekar Putih dibangun? Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911.
"Supaya kelihatan lebih muda, glowing. Menolak tua gitu lah walaupun umur terus bertambah. Terus dari review teman-teman dan baca-baca, banyak yang coba, hasilnya bagus," kata Medina dalam perbincangan dengan merdeka.com, Minggu (6/3).
Ibu dua anak itu mengaku, suntik botox yang dia lakukan awal Februari lalu adalah yang pertama kali. Selama ini, perawatan yang dia lakukan di salon kecantikan langganannya terbatas pada facial, laser, hingga infus vitamin untuk mencerahkan kulit.
"Gue penasaran dan tertarik pengin coba suntik botox," tukasnya.
Bagi Medina, suntik botox menjadi solusi instan untuk menghilangkan kerutan di wajahnya, bukan sekadar ikut tren. "Bisa dibilang ya bagian dari tuntutan pekerjaan sih," ujarnya.
Senada dengan Medina, Niken (39) juga memilih suntik botox untuk membuat wajahnya terlihat lebih muda dan segar. Niken berkonsultasi dengan beberapa dokter di sejumlah klinik kecantikan sebelum memutuskan disuntik botox.
"Dokter satu dengan dokter lain ngasih saran berbeda. Tapi balik lagi pada apa kebutuhan kita, apa keinginan kita. Yang penting ketemu dengan dokter yang cocok dan nyaman," kata Niken dalam perbincangan dengan merdeka.com akhir pekan lalu.
Niken mengungkapkan, dalam melakukan berbagai perawatan kecantikan termasuk suntik botox, dia selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya. "Kita juga harus banyak baca dan aware, apakah ini harganya wajar, apakah dia kredibel, reputasi kliniknya trusted, terus gimana review dari pasien-pasien sebelumnya," tuturnya.
Sejauh ini, Niken mengaku tidak ada efek samping dari suntik botox yang sudah beberapa kali dilakukan. "Efek jangka panjang tidak ada selama kita lakukan di tempat yang terpercaya yang bagus. Kayaknya hasilnya bagus-bagus aja. Bikin nagih malah," ujarnya sambil tertawa.
Body Positivity
Setiap era memiliki tren kecantikan. Kulit putih, wajah glowing tanpa pori-pori mirip artis Korea kini menjadi tren seiring maraknya penawaran produk-produk perawatan wajah atau skincare.
Dalam bentuk ekstrem, modifikasi wajah dilakukan misalkan membuat hidung lebih mancung, dagu lancip, hingga penyuntikan filler.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr Arini Astasari SpKK mengungkapkan, setiap budaya memiliki standar kecantikan yang bervariasi. Misalnya, kini banyak yang mengidolakan artis Korea sehingga memiliki harapan berkulit putih dan wajah mulus.
"Sementara di Amerika misalnya, mengidolakan Keluarga Kardashian dengan trend bibir yang lebih bervolume, dada dan bokong lebih bervolume dan foxy eye," ujarnya kepada merdeka.com.
Meski begitu, dr Arini mengungkapkan, belakangan mulai digaungkan perubahan degan menekankan pada body positivity. Gerakan body positivity diharapkan dapat menghilangkan gambaran-gambaran non-realistis (kulit putih, glowing, hidung mancing, dll) dan menggantinya dengan gambar-gambar wanita kehidupan nyata dari berbagai bentuk, ukuran, etnis, dan usia.
"Body positivity didasarkan pada premis kecantikan, penerimaan, dan penghargaan tubuh dari semua bentuk, ukuran, dan penampilan," jelasnya.
Dia melanjutkan, penelitian telah menemukan korelasi antara standar kecantikan dan ketidakpuasan tubuh. Oleh karena itu dengan digaungkannya body positivity, standar kecantikan menjadi 'kabur' dan setiap orang dapat memiliki pandangan yang baik terhadap tubuhnya.
"Selain itu, penting untuk diingat bahwa kita harus mengutamakan kesehatan di atas seluruh standar kecantikan," tegasnya.
Body Image
Sementara Psikolog dari Universitas Pancasila Aully Grashinta menggunakan konsep body image untuk menjelaskan fenomena orang rela mengubah penampilan bahkan dengan cara berbahaya.
"Jadi body image adalah gambaran atau pandangan dia mengenai bagaimana dia memandang dirinya. Itu subjektif. Walau orang bilang ini itu, tapi dia punya pandangan sendiri. Itu termasuk kepuasan kita pada diri kita. Baik itu penampilan tubuh, berat badan, warna kulit, dsb. Itu sebenarnya problem semua orang," papar Aully yang dihubungi merdeka.com pekan lalu.
Body image ini, kata Aully, dipengaruhi banyak hal, seperti kondisi sosial, pola asuh, pendidikan, tingkat ekonomi, hingga relasi dengan orang lain. Pada orang yang mengalami body image negatif, Aully mengungkapkan, seseorang akan berusaha melakukan hal-hal yang menurut dia bisa mengubah pandangan body image-nya menjadi lebih positif.
"Tujuannya, kalau dia merasa lebih positif, dia merasa lebih bisa diterima oleh lingkungan, disenangi oleh lingkungan, lebih famous," ujarnya.
Selain itu, seseorang yang memiliki body image negatif kerap terfokus membuat body image-nya menjadi positif seperti yang dia inginkan dengan mengabaikan risiko. Saat mereka terkendala dana, mereka akan mencari cara agar perubahan bisa dilakukan tapi dengan dana yang dia miliki.
Hal-hal seperti inilah yang menjadi celah munculnya produk-produk kecantikan hingga tawaran seperti suntik filler payudara.
"Kenapa sih, sekarang iklan-iklan suka gitu, supaya kita merasa jelek. Akhirnya jadi agar kita itu bagus seperti dia. Selalu begitu. Jadi model iklan selalu dibuat cantik, supaya kita ingin seperti dia," kata Aully.
Aully menyebut, keputusan melakukan perawatan kecantikan dengan mengabaikan dampak negatif biasanya muncul sebagai kompensasi karena seseorang merasa kekurangan.
"Sementara orang lain yang punya kepercayaan diri kuat yang punya sesuatu dia tidak akan terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Karena dia tahu bahwa dia akan dihargai, akan diterima oleh lingkungannya berdasarkan apa yang ada di dalam dirinya," jelasnya.
Aully mengingatkan, menciptakan body image positif harus ditanamkan sejak dini melalui pola asuh yang tepat. Setiap anak harus ditumbuhkan kepercayaan diri dan fokus lebih kepada kualitas pribadi daripada penampilan.
"Walaupun hidungnya bengkok, tapi kalau dia orang yang menyenangkan, ya dia pasti akan disenangi. Berpenampilan menarik, iya. Tapi orang akan lebih menghargai kita atas apa yang ada di dalam diri kita, dibandingkan yang ada di luar diri kita," pungkasnya.
(mdk/bal)