Neta Dibayang-bayangi Ancaman Pemotongan Gaji dan PHK Karyawan
Neta dilaporkan sedang mengalami kesulitan besar akibat pabrik utama mereka tidak beroperasi selama dua minggu.
Neta dilaporkan tengah mengalami sejumlah tantangan serius pada awal November lalu. Produsen otomotif asal Tiongkok ini menginformasikan bahwa pabrik utama mereka di Tongxiang, Zhejiang, terpaksa menghentikan operasinya selama dua minggu.
Masalah ini tidak hanya terjadi di awal November, melainkan sudah berlangsung sejak Maret, ketika pabrik di Nanning juga berhenti berproduksi selama 20 hari. Menurut laporan dari Carsnewschina pada (2/12/2024) yang mengutip Do News, kedua pabrik tersebut menghadapi permasalahan hukum, dan model yang diproduksi di lokasi tersebut mengalami kesulitan dalam penjualan.
- Pegawai Meninggal dalam Kebakaran Pabrik di Bekasi, PT JPN Beri Santunan yang Layak ke Keluarga Korban
- Ternyata Ini Penyebab Maraknya PHK Massal di Industri Tekstil
- Detik-Detik Pria Bunuh Tantenya dengan Cobek Batu Ditangkap di Sebuah Pabrik
- Gaji Karyawan Bulan November Dicicil, Dirut PT DI Ungkap Kondisi Perusahaan Sebenarnya
Pabrik Yichun bertanggung jawab untuk produksi model Neta S dan Neta GT, sementara pabrik Nanning memproduksi Neta Aya. Selain masalah hukum, Neta juga harus menghadapi pemotongan gaji karyawan yang berkisar antara 5 persen hingga 30 persen.
Karyawan dengan gaji tahunan di bawah Rp 656 juta akan mengalami pemotongan sebesar 5 persen, sedangkan mereka yang berpenghasilan di atas Rp 2,1 miliar akan dipotong 30 persen. Kebijakan pemotongan ini berlaku untuk seluruh bagian di perusahaan Neta.
Jumlah karyawan Neta juga mengalami efisiensi, dari 7.932 orang pada tahun lalu menjadi sekitar 5.000 orang saat ini. Meskipun banyak masalah yang dihadapi Neta, inti dari permasalahan tersebut adalah rendahnya penjualan.
Dari Januari hingga September 2024, Neta hanya berhasil mengirimkan 53.853 unit di pasar domestik, yang mana angka ini kurang 30 persen dari target tahunan yang ditetapkan. Menariknya, Neta tidak merilis data penjualan untuk bulan Oktober, tetapi berbagai sumber memperkirakan angka penjualannya sekitar 4.500 unit.
Walaupun banyak tantangan yang dihadapi, pendiri Neta, Fang Yunzhou, menyatakan bahwa perusahaannya telah berhasil melewati masa-masa sulit tersebut. Fang mengungkapkan bahwa Neta kini telah menerima banyak pesanan, termasuk dari pameran Guangzhou Auto Show tahun ini.
"Secara internal, kami akan merampingkan bisnis kami, fokus pada bisnis inti, mengoptimalkan organisasi, dan mereformasi sistem penggajian untuk menciptakan organisasi yang lebih efisien. Kami juga berupaya untuk mengubah arus kas menjadi positif tahun depan dan meningkatkan daya saing kami," jelas Fang.
Perkembangan Neta selama satu tahun terakhir
Meskipun Fang Yunzhou adalah pendiri Hozon Auto, perusahaan yang memiliki merek Neta, dia sebenarnya tidak menjabat sebagai CEO. Pada tahun 2018, setelah perusahaan tersebut diambil alih oleh beberapa pemerintah daerah, Fang menunjuk Zhang Yong sebagai CEO Hozon Auto.
Menurut He Qi, seorang sumber dari Neta, masalah yang dihadapi Neta bukanlah terkait dengan penjualan yang rendah, melainkan keputusan yang diambil oleh Zhang.
"Masalah terbesar Neta bukan tentang karyawan atau teknologi, tetapi cara bos mengambil keputusan. Dia lebih suka membuat mobil yang dia inginkan, bukan yang disukai orang banyak. Dia hanya suka membuat mobil sesuai keinginannya," ujar He Qi, seperti yang dikutip dari Carsnewschina pada Selasa (2/12/2024).
Di sisi lain, beredar rumor bahwa Fang akan meninggalkan Neta, yang bisa jadi menandakan bahwa Zhang akan menggantikannya.
Selain itu, meskipun Hozon Auto belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di Tiongkok, Neta telah memperluas jangkauannya ke kawasan ASEAN dalam setahun terakhir. Mereka telah memulai pembangunan pabrik di Thailand dan Indonesia, serta sedang memperluas fasilitas produksinya di Malaysia.
Hal ini menunjukkan bahwa Neta berusaha untuk memperkuat posisinya di pasar internasional meskipun tantangan yang dihadapinya di dalam negeri.