Nissan Melego Saham Mitsubishi Imbas Penurunan Penjualan, Peluncuran 30 Unit Baru Bakal Diundur
Saat ini, Nissan menghadapi tantangan dalam penjualan produknya.
Saat ini, Nissan sedang menghadapi tantangan besar dalam hal penjualannya. Produsen asal Jepang ini telah memutuskan untuk memangkas biaya, yang mencakup pengurangan jumlah pekerja serta kapasitas produksi.
Menurut laporan yang dikutip dari Carscoops pada Minggu (9/11/2024), CEO Nissan, Makoto Uchida, baru-baru ini mengumumkan langkah-langkah signifikan dalam menghadapi situasi ini. Keputusan tersebut diambil untuk memastikan kelangsungan perusahaan dan untuk keluar dari masa-masa sulit yang sedang dihadapi.
- Merugi, Nissan Pangkas Produksi dan Pecat 9.000 Karyawan
- 23 Ribu Mobil Listrik Nissan Ditarik Kembali Karena Berisiko Kebakaran
- Mitsubishi bergabung dengan Honda-Nissan dalam aliansi untuk mengembangkan mobil listrik.
- Daihatsu Pertahankan Titel Merek Terbesar Kedua di Indonesa 15 Tahun Berturut-turut
"Kami tidak punya pilihan selain merevisi sebagian rencana tersebut. Saya sangat menyesal menghadapi situasi menantang ini di tahun pertama," ungkap Uchida.
Nissan berencana untuk mengurangi 9.000 pekerjaan, mengurangi volume produksi, dan menjual sebagian besar sahamnya di Mitsubishi. Selain itu, Uchida bersama beberapa eksekutif lainnya akan mengalami pemotongan gaji sebagai upaya untuk mengurangi pengeluaran.
Kondisi Nissan saat ini tampaknya sangat kritis, yang dapat berujung pada perombakan total dan perbaikan yang signifikan. Dari total 9.000 karyawan yang akan di-PHK, hal ini mencakup sekitar 6,7 persen dari total tenaga kerja global Nissan dan akan berdampak pada berbagai lokasi.
Penyesuaian yang sama juga akan diterapkan pada kapasitas produksinya, di mana Nissan berencana untuk mengurangi produksi global sebesar 20 persen sebagai bagian dari langkah-langkah ini.
Di samping itu, perusahaan ini juga akan menjual 149.028.300 saham Mitsubishi. Tindakan ini akan mengurangi kepemilikan saham Nissan di Mitsubishi dari 34,07 persen, yang mungkin menandakan adanya pengurangan dalam aliansi antara Renault-Nissan-Mitsubishi.
Dengan langkah-langkah ini, Nissan mencoba untuk beradaptasi dan bertahan di tengah tantangan yang dihadapi, meskipun situasi ini sangat mempengaruhi struktur dan strategi jangka panjang perusahaan.
Strategi yang Diterapkan Nissan untuk Mengatasi Penjualan yang Menurun
Untuk mengurangi biaya operasional, Nissan mengumumkan rencana pengurangan jumlah karyawan yang akan dilakukan melalui program pengunduran diri sukarela. Meskipun demikian, perusahaan ini tetap berkomitmen untuk meluncurkan 30 model baru, meskipun jadwal peluncurannya mungkin akan diundur.
Keputusan-keputusan ini diambil sebagai respons terhadap penurunan penjualan yang dialami perusahaan. Akibat dari penurunan tersebut, keuntungan yang diperoleh juga mengalami penurunan.
Pada kuartal ketiga tahun 2024, Nissan mencatat kerugian sebesar Rp 1,28 triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan ini meraih keuntungan sebesar Rp 26,36 triliun.
Dengan kondisi ini, Nissan terpaksa menurunkan target pendapatan tahunan menjadi Rp 1.752,6 triliun dan memperkirakan penjualan mobilnya akan berkurang dari 3,7 juta unit menjadi 3,4 juta unit tahun ini.
"Saya berencana untuk membawa perusahaan kami menuju pertumbuhan di masa depan. Kehidupan 130.000 karyawan Nissan dan keluarga mereka di seluruh dunia berada di pundak saya. Saya merasa bertanggung jawab besar sebagai pemimpin perusahaan," ungkap Makoto Uchida.
Ia juga menyatakan bahwa Nissan tertinggal dalam produksi mobil hybrid, terutama di pasar AS, yang memiliki permintaan tinggi untuk kendaraan tersebut.
Perusahaan kini sedang berusaha untuk memperbaiki situasi ini dengan memperpendek waktu pengembangan mobil menjadi 30 bulan, agar dapat lebih cepat beradaptasi dengan kondisi pasar yang dinamis.
Saat ini, Nissan memperkirakan laba tahunannya akan turun sebesar 70 persen, dengan target terbaru mencapai 20,7 triliun rupiah.