Target Pasar Mobil 2 Juta Unit di 2025, Mimpi atau Realitas?
Saat ini industri otomotif Indonesia didukung 23 perusahaan roda empat dengan total kapasitas terpasang 2,35 juta unit per tahun. Kapasitas produksi terkini hanya 1,5 juta unit per tahun.
Pasar otomotif Indonesia berangsur pulih pasca-pandemi. Setelah terpuruk dua tahun terakhir, pasar otomotif kembali tembus 1 juta unit pada tahun lalu.
Gairah kembali berlanjut pada tahun ini. Lihat saja rencana pemerintah yang menargetkan volume produksi mobil tembus 2 juta unit pada 2025 dan 3 juta unit pada 2030. Pasar domestik tetap mayoritas. Sisanya pasar ekspor termasuk mobil listrik berbasis baterai (BEV).
-
Bagaimana proses pengecatan mobil di pabrik PT Astra Daihatsu Motor? Pabrik PT Astra Daihatsu Motor (ADM) untuk pengecatan menggunakan standar manufaktur: Heat Polymerization, proses pengecatan dengan proses dipanaskan dengan suhu minimal 140 derajat celcius. Proses pengecetan manufaktur ADM 4 tahap: cleaning/pembersihan bodi, pelapisan antikarat, surfacer & sealing dengan lapisan terakhir adalah top coating.
-
Bagaimana Toyota dan Astra berhasil menjalin kerjasama? Dan dibantu lobi Soedjomo Hoemardani, asisten pribadi Presiden Soeharto, jadilah Toyota memilih Astra sebagai mitra di Indonesia (hlm 76).
-
Mengapa Toyota memilih Astra sebagai mitra di Indonesia? Toyota tidak pernah benar-benar memintai Astra, tetapi mereka menghendaki mitra dagang yang aman secara politis. Mereka memandang Astra, namun sesungguhnya mereka lihat adalah pemerintah (RI).
-
Kapan Toyota dan Astra mendirikan perusahaan patungan? Akhirnya Astra berjodoh dengan Toyota, yang dirayakan mendirikan perusahaan patungan: PT Toyota Astra Motor pada 12 April 1971 dengan kepemilikan saham Astra 51%.
-
Siapa yang membantu Astra mendapatkan keagenan Toyota? Buku Konglomerasi: Negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia (Chalmers: 1996) menyebutkan, yang lain tetap bersikukuh bahwa Soemitro lah yang secara efektif mengadakan lobi-lobi untuk kepentingan Astra pada awal Orde Baru (hlm 185).
-
Apa itu Honda Astrea? Honda Astrea, yang telah menjadi merek legendaris dan sangat populer di Indonesia.
Peraturan Menteri Perindustian No 6/2022 menyebutkan, target produksi BEV mencapai 400.000 unit pada 2025. Volumenya meningkat menjadi 600.000 unit pada 2030 dan satu juta unit pada 2035.
Pertanyaannya, realistis atau mimpikah target 2 juta unit produksi mobil?
Sebab pasar otomotif nasional stagnan selama 10 tahun terakhir di level satu juta unit. Padahal beragam program dibuat untuk mendongkrak pasar, seperti program low cost and green car (LCGC) sejak 2013.
Dodiet Prasetyo, Kasubdit Industri Alat Transportasi Darat Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, mengatakan target produksi 2 juta unit memang sudah disebutkan, tapi tidak ditentukan waktunya dalam lembar negara.
Saat iniindustri otomotif Indonesia didukung 23 perusahaan roda empat dengan total kapasitas terpasang 2,35 juta unit per tahun. Namun, kapasitas produksi terkini 1,5 juta unit per tahun.
"Pemerintah mendorong pabrikan otomotif di Indonesia untuk menambah produksi dengan stimulus kebijakan," ujar Dodiet saat diskusi Forwin bertajuk 'Tancap Gas Kejar Target Pasar Mobil 2 Juta Unit' di Jakarta, kemarin (24/2).
Suara Toyota
©2022 Merdeka.com
Anton Jimmi Suwandhy, Direktur Marketing dan Sales PT Toyota-Astra Motor, berpendapat target itu perlu didukung iklim berusaha di Indonesia.
Untuk itu, produk domestik bruto (GDP) per kapita Indonesia harus bertumbuh. Sebab kenaikan GDP per kapita dapat memicu kenaikan pasar otomotif nasional.
Selain pasar domestik, pasar ekspor juga mesti didorong. Apalagi volume ekspor mobil utuh (CBU) made in Indonesia terus meningkat. Tahun lalu jumlahnya naik menjadi 400 ribu unit.
"Jadi kami optimistis target produksi 2 juta unit dicapai. Rinciannya pasar domestik 1,5 juta unit dan pasar ekspor 500 ribu unit," ujar Anton pada diskusi serupa.
Menurut Anton, pasar domestik akan berkembang terutama dari segmen A dan B. Segmen mobil ukuran kecil-sedang. Sebab segmen ini punya harga jual terjangkau, Rp 300 jutaan ke bawah. Segmen ini diwakili mobil LCGC, Low MPV, dan Low SUV. Di pasar nasional, segmen ini mencapai 48 persen. Di Toyota sendiri, segmen ini berkontribusi 70 persen.
Segmen berikutnya, mobil 4x2 dengan kapasitas mesin di atas 1.500 cc dan kendaraan elektrifikasi; hybrid (HEV), PHEV, dan BEV.
Ada peluang, tapi ada pula tantangan.
"Tantangan target ini banyak. Inflasi atau kenaikan harga barang/jasa, perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga material naik, serta menimbulkan situasi ketidakpastian," ujar Anton.
Asumsi Makro
©2023 Merdeka.com/Iqbal Nugroho
Pengamat otomotif dari LPEM Universitas Indonesia (UI) Riyanto mengatakan, bila produksi ingin mencapai 2 juta unit, maka GDP per kapita Indonesia mesti US$ 5.000-6.000 dari sekitar US$ 4 ribu saat ini. Asumsi lainnya, pertumbuhan ekonomi nasional juga di atas 5,5 persen.
Sebab berdasarkan simulasi LPEM UI, setiap pertumbuhan ekonomi naik 1 persen, maka penjualan mobil naik 1,7-2 persen, tanpa ada masalah makro ekonomi.
Kemudian rasio kepemilikan mobil di Indonesia juga masih rendah. Data LPEM UI, saat ini rasio kepemilikan mobil di RI adalah setiap 380 orang mampu beli satu mobil. Bila ingin mencapai 2 juta unit, maka rasionya: setiap 200 orang beli 1 mobil.
"Jadi target 2 juta unit dapat dicapai secara makro ekonomi dengan asumsi GDP kita US$ 6 ribuan per kapita dan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen minimal. Bila tidak tercapai, something wrong di mikronya," jelas Riyanto.
Faktor mikro yang dimaksud, antara lain daya beli konsumen. Ini penting terutama di segmen mobil yang sensitif harga jual seperti Low MPV.
Segmen ini, bila harga jualnya dapat diturunkan, Ryanto meyakini volume pasarnya akan naik. "Simulasi kami, bila segmen ini dapat insentif harga 10 persen, maka pasarmya akan tumbuh 35 persen."
Selain itu, pemeritah mesti mendorng segmen kendaraan elektrifikasi. Perlu edukasi soal biaya kepemilikan kendaraan elektrifikasi lebih murah dibandingkan mobil mesin konvensional (ICE).
Terakhir, Anton berpendapat, pasar domestik akan bertumbuh bila segmen C semakin berkembang. Segmen ini juga perlu stimulus di luar pajak penjualan atas barang meah (PPnBM).
"Segmen C itu misalnya mobil dengan teknologi hybrid (HEV) sehingga harga jualnya dapat turun menjadi di level Rp 300 jutaan, bila ada insentif," pungkas Anton.
Jadi mimpi atau realitas?