Mendikbud pastikan anak-anak korban banjir Bima tetap bisa belajar
Mendikbud pastikan anak-anak korban banjir Bima tetap bisa belajar. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meninjau lokasi banjir di Bima pada (28/12). Mendikbud melihat dari dekat sekolah-sekolah terdampak banjir dan memberi arahan agar pembersihan dan pembenahan sekolah dilakukan segera.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meninjau lokasi banjir di Bima pada (28/12). Mendikbud melihat dari dekat sekolah-sekolah terdampak banjir dan memberi arahan agar pembersihan dan pembenahan sekolah dilakukan segera.
"Setelah liburan semester nanti, semua sekolah harus sudah bisa digunakan," kata Mendikbud di SDN 55 Bima yang masih tergenang lumpur.
Dalam kesempatan itu, Mendikbud juga mengunjungi SDN 29, SMPN 13, SMKN 1, serta beberapa sekolah swasta. Kepada jajaran kementerian dan UPT Kemdikbud di Bima, Mendikbud meminta agar semua pihak bekerja keras mengupayakan agar anak-anak tidak terganggu belajarnya.
"Meskipun kondisi darurat, anak-anak harus tetap bisa belajar. Sekolah-sekolah kita siapkan, alat-alat sekolah kita bantu," tambah Muhadjir.
Tak hanya itu, rehabilitasi sekolah yang rusak dan pengadaan alat-alat elektronik seperti komputer juga menjadi prioritas percepatan awal tahun depan. Mendikbud berharap, siswa-siswa yang akan menghadapi ujian nasional tidak terganggu.
"Komputer dan jaringannya untuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK) akan kita dahulukan agar segera bisa digunakan untuk belajar," tutur Mendikbud.
Sejauh ini, menurut data Kemdikbud, setidaknya 71 sekolah se-kota dan kabupaten Bima terdampak banjir dengan ketinggian antara 20 hingga 50 cm. Meskipun sudah surut, lumpur di sekitar sekolah masih belum sepenuhnya dapat dibersihkan.
Peralatan elektronik hampir semuanya tidak bisa digunakan lagi. Akibatnya, sejumlah lebih dari 37.000 siswa terancam tidak bisa belajar jika tidak segera ditangani.
"Kami berterima kasih kepada semua pihak yang sudah berinisiatif membersihkan sekolah dengan peralatan seadanya. Kemdikbud akan membentuk percepatan penanganan ini dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," pungkas Mendikbud.
Baca juga:
Usulan moratorium UN ditolak Jokowi, ini kata Mendikbud
Pemerintah bangun sekolah darurat di Pidie Jaya
Mendikbud ngotot moratorium UN namun pasrah jika ditolak Jokowi
Mendikbud: Para peraih anugerah merupakan pendekar terdepan
Polemik ujian nasional dari era SBY hingga akan dihapus Jokowi
Mendikbud akan pecat Kadisdik Tapanuli Utara yang terkena OTT KPK
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
-
Siapa yang terdampak banjir di Jalan Braga, Bandung? Mengutip Liputan6, sebanyak 600 rumah warga di Jalan Braga, Gang Apandi RW 08, RW 04, RW 03, RW 07, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, terkena dampaknya.
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
-
Di mana banjir Jakarta pada tahun 1960 terjadi? Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.