Alasan Bank Masih Getol Salurkan Kredit ke Sektor Batu Bara
Jika perbankan secara mendadak menyetop pembiayaan kredit untuk sektor batu bara, dampak luas akan dialami masyarakat.
Penyaluran kredit PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk sektor pertambangan masih cukup tinggi. Kendati demikian, Direktur Kepatuhan BRI A Solichin Lutfiyanto memastikan, penyaluran kredit untuk ekonomi hijau tetap menjadi prioritas.
Solichin tak menampik jika penyaluran kredit untuk sektor pertambangan masih mengalami lonjakan. Bahkan, suplai dana untuk batu bara masih memakan porsi besar. Kondisi ini tidak lepas dari kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih sangat besar.
- Banyak Utang, Alasan Satpam ini Rampok Bank Pelat Merah di Pelalawan Riau
- Bos BI Beberkan Alasan Masih Tahan Suku Bunga Acuan Saat Tren Penurunan Inflasi
- Salurkan Kredit Rp53 Triliun , Bank DKI Raup Laba Bersih Rp338 Miliar Hingga Juni 2024
- Naik 15,5 Persen, Bank BCA Salurkan Kredit Rp850 Triliun per Juni 2024
Jika perbankan secara mendadak menyetop pembiayaan kredit untuk sektor batu bara, dampak luas akan dialami masyarakat.
"Kalau banknya enggak mau ngasih pembiayaan ke batu bara, terus kita siap hidup di Jakarta kembali ke sekian tahun lalu, yang ada giliran mati lampu? Kalau teman-teman siap yo enggak apa-apa," ungkapnya dalam sesi media briefing Kementerian BUMN di Gedung Sarinah, Jakarta, Kamis (12/9).
"Tapi dengan kita sudah mengawali bertahun-tahun enggak mengalami era mati lampu terus tiba-tiba mati lampu, ya bingung juga," kata Solichin.
Total kredit perbankan ke sektor pertambangan
Mengutip data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Juni 2024 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penyaluran kredit perbankan ke sektor pertambangan dan penggalian sekitar 8 persen dari total kredit Rp 7.478 triliun.
Artinya, sekitar Rp 598,24 triliun kredit disalurkan untuk sektor tambang. Melonjak dibanding angka pada periode sama tahun sebelumnya, yakni Rp 253,17 triliun atau tumbuh 136 persen.
Lebih lanjut, Solichin turut membandingkan kondisi suplai listrik di kampung halaman istrinya di Lampung. Ia menyebut listrik di sana kini sudah tersedia 24 jam, dan sudah tidak ada pemadaman bergilir.
Sehingga, ia mengatakan penyaluran kredit perbankan untuk pertambangan batu bara bakal mengikuti arah kebijakan dari PT PLN (Persero) sebagai BUMN penyedia listrik.
"Jadi kalau kita di bank, ya kita lihat dulu dong PLN-nya gimana. PLN larinya ke mana, kapan PLN itu berhenti membiayai pembangkit batu bara. Di situ lah kita menyesuaikan," ujar Solichin.
"Jadi keterkaitannya akan panjang. Keberatannya seperti apa, selain dari aspirasi internal, kita lihat di luarnya seperti apa. Kalau memang di luarnya kondisinya belum, ya kita enggak bisa lebih maju," tandasnya.