Cadangan Batubara BUMI Capai 2,4 Miliar Ton
Kenaikan produksi batubara itu didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik, dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah pertambangan .
Emiten saham batubara terbesar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menyatakan posisi cadangan yang tersimpan pada lokasi tambang batubara mencapai 2,4 miliar ton. Cadangan batubara tersebut berasal dari anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) serta aset di Pendopo, Sumatera Selatan.
Sementara perkiraan potensi sumber daya mencapai 6,81 miliar ton. BUMI mengklaim bahwa dengan cadangan tersebut masih bisa memproduksi batubara hingga 30 tahun dengan volume produksi mencapai 80 juta ton per tahun.
Menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, KPC mencatat cadangan batubara sebesar 721 juta ton dan Arutmin sebesar 327 juta ton. Adapun aset BUMI di Pendopo memiliki cadangan sekitar 1,3 miliar juta ton.
"BUMI akan mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang dari cadangan yang ada. Untuk itu, BUMI akan mengadopsi proses digital dalam operasional, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi biaya produksi lainnya," ujar Dileep.
BUMI berkomitmen memenuhi wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) yang ditetapkan pemerintah, tujuannya adalah menjamin keamanan pasokan batubara domestik secara berkelanjutan dan optimasi penerimaan negara. Setidaknya secara nasional, BUMI berkontribusi terhadap DMO sebesar 25 persen.
Produksi batubara naik
BUMI mencatatkan kenaikan produksi batubara menjadi 37,7 juta ton di semester I-2024, naik dari periode sama tahun 2023 yaitu sebesar 35,4 juta ton. Kenaikan produksi batubara itu didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik, dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah pertambangan KPC.
Kendati produksi meningkat 7 persen, pendapatan BUMI turun pada semester 1-2024. BUMI mencatatkan pendapatan konsolidasi (KPC dan Arutmin) sebesar US$ 2,89 miliar, turun 13 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya USD3,30 miliar. Sementara itu, Laba Sebelum Pajak USD141 Juta, Total Pendapatan USD135 Juta, Pendapatan Yang Dapat Diatribusikan US$85 Juta atau naik 3,8 persen secara tahunan.
Pada semester pertama di tahun ini, terdapat beberapa tantangan baik dari segi harga, pasokan, permintaan, produksi, tantangan regulasi, DMO, dampak subsidi harga, serta struktur royalti yang tidak merata antar sektor dan subsidi mineral. Untuk itu, rencana ekspansi BUMI di tahun ini adalah mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang, selain itu BUMI juga akan mengadopsi proses digital dalam proses operasional dan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya produksi lainnya meski harga jualnya turun.