10 Tahun damai, pendidikan di Aceh masih terpuruk
Guru yang sudah usia tua sebaiknya diganti dengan tenaga-tenaga muda yang berkualitas.
Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh, Prof Samsul Rizal pada peringatan 10 tahun perdamaian Aceh menyoroti sektor pendidikan yang masih terpuruk. Seyogyanya, dengan dana yang besar Aceh sudah bisa bangkit dari dunia pendidikan.
Dia menilai, pembangunan sektor pendidikan selama ini hanya terfokus pada sektor infrastruktur. Pemerintah selalu memandang kualitas pendidikan berada d ruang kelas yang bagus dan gedung yang indah. Padahal kualitas pendidikan yang harus ditingkatkan melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM).
"Pendidikan kita perbaiki bukan hanya banyak ruang kelas, ini banyak ruang kelas, SDM yang penting, guru yang berkualitas," kata Samsul Rizal di Banda Aceh, Kamis (13/8).
Seharusnya dengan anggaran pendidikan Rp 2 triliun dari Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) 2015 Rp 12,8 triliun, pendidikan Aceh sudah berkualitas dan bisa bersaing dengan daerah lainnya.
"Bukan malah terpuruk kita, pendidikan kita peringkat 25 nasional, harusnya bisa di atas itu," ulasnya.
Apa lagi tahun 2016 Indonesia akan memberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), ungkapnya, bila kualitas pendidikan yang dihasilkan rendah, tentunya tidak akan mampu bersaing nantinya. Sehingga konsekuensinya akan melahirkan pengangguran baru dan menjadi bomerang bagi Aceh sendiri.
Oleh karena itu, Samsul Rizal memandang perlu Pemerintah Aceh segera melakukan evaluasi dalam bidang pendidikan. Terutama guru harus ditingkatkan SDM, baik melalui pelatihan-pelatihan maupun adanya pendidikan khusus pada guru.
"Harus diperbaiki SDM mulai dari gurunya, kalau guru tidak baik anak muridnya juga tidak baik, tukasnya.
Bahkan Samsul Rizal meminta kepada Pemerintah Aceh bila memang terdapat guru yang tidak berkualitas dan tidak mau memperbaiki dirinya, agar diberhentikan saja. Sedangkan yang sudah tua segera dipensiunkan dan digantikan dengan yang lebih muda dan berkualitas.