Mengenang Tragedi Rumoh Geudong, Tindak Pelanggaran HAM Berat Masa Konflik Aceh
Peristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Peristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Mengenang Tragedi Rumoh Geudong, Tindak Pelanggaran HAM Berat Masa Konflik Aceh
Tragedi HAM memang cukup meninggalkan luka pedih bagi mereka yang mengalaminya. Mirisnya, saat peristiwa itu terjadi banyak orang tidak peduli dengan betapa pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Salah satu tragedi yang memilukan dan sebuah tindakan pelanggaran HAM yang cukup berat dalah tragedi Rumoh Geudong di Provinsi Aceh. Kala itu, bertepatan dengan konflik Aceh yang berlangsung dari tahun 1989 sampai 1998.
(Ilustrasi: Pixabay)
-
Kapan bencana Tsunami Aceh terjadi? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Kenapa operasi militer di Aceh dimulai? Operasi ini mulai dilakukan setelah ultimatum selama dua minggu agar GAM menerima otonomi khusus untuk Aceh di bawah NKRI.
-
Bagaimana cara mengenang Tsunami Aceh di Desa Ulee Lheue? Di tempat ini, selain berwisata alam dan menikmati nikmatnya kopi Aceh, Anda bisa mengenang peristiwa tersebut. Ada satu tempat yang menjadi saksi bisu Tsunami Aceh 2004 yaitu Masjid Baiturahman.
-
Kapan perang Aceh dimulai? Perang Aceh berkobar tahun 1873.
-
Mengapa Belanda menyerang Aceh? Belanda masih terus berusaha menebus pertahanan Aceh sampai tahun 1896.
-
Apa dampak utama gempa dan tsunami Aceh? Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Periode tersebut merupakan masa-masa kelam masyarakat Aceh yang selalu dihantui dengan kematian yang entah kapan terjadi, bisa saja hari ini, besok, atau lusa. Tanah Aceh sempat ada pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) yang memicu banyak kejahatan mulai dari pembunuhan, pemerkosaan hingga hilangnya anggota keluarga.
Pilunya sebuah tragedi yang cukup tragis terjadi di rumah tradisional Aceh yang bernama Rumoh Geudong di Desa Bili, Kemukiman Aron, Glumpang Tiga, Pidie.
Asal-usul Rumoh Geudong
Mengutip berbagai sumber, rumah adat tersebut diperkirakan dibangun pada tahun 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta, seorang ulee balang atau raja perang yang tinggal di Rumoh Raya sekitar 200 meter dari Rumoh Geudong.
Rumoh Geudong kerap digunakan sebagai pos pengatur strategi perang oleh Raja Lamkuta. Setelah ia wafat, rumah tersebut dihuni oleh adiknya, Teuku Cut Ahmad, kemudian Teuku Keujren Rahman, Teuku Keujren Husein, dan Teuku Keujren Gede.
Seiring berjalannya waktu, rumah tersebut dijadikan basis perjuangan melawan tentara Jepang. Sejak itulah sampai Indonesia merdeka, rumah itu dihuni oleh Teuku Raja Umar dan keturunannya.
Menduduki Rumoh Geudong
Semua berubah ketika aparat datang ke Aceh. Dari sinilah Rumoh Geudong mulai terancam beserta seisinya. Pihak militer pun menjadikan rumah tersebut sebagai markas selama menduduki area tersebut.
Hal yang paling menyakitkan adalah ketika pihak militer melakukan apa saja dengan seenaknya bak seluruh kekuasaan ada di tangan mereka. Tanpa izin, Rumoh Geudong dengan mudah menjadi ternodai. Sebagai masyarakat asli, tentu saja memiliki insting untuk melawan.
Takdir berkata lain, masyarakat asli yang sudah mulai tersulut kemarahannya karena rumah adat mereka dinodai pun sangat kesulitan untuk melawan para aparat egois tadi.
Mimpi Buruk Mulai Datang
Tugas pihak militer yang mencari pemberontak itu pun juga menyasar kepada orang-orang yang tidak bersalah. Mereka tak lepas dari kecurigaan terhadap masyarakat Aceh, sehingga banyak sekali kejadian penyiksaan yang tiada henti.
Semakin hari, mereka semakin bertindak beringas. Siapapun yang dianggap sebagai pengacau akan dijemput paksa dan dibawa ke Rumoh Geudong. Apabila masyarakat tak bersalah itu menjawab sebuah pertanyaan yang tidak memuaskan, para aparat tidak segan untuk menyiksa mereka sampai mati.
Tak sedikit banyak nyawa yang hilang akibat tindakan keji para aparat yang selalu menaruh kecurigaan kepada masyarakat yang bergabung dengan pemberontak.
Rumoh Geudong langsung berubah menjadi rumah yang penuh darah. Jenazah-jenazah dikumpulkan dalam sebuah ruangan sebelum dikubur di lubang besar secara massal.