Mengenang Tragedi Rumoh Geudong, Tindak Pelanggaran HAM Berat Masa Konflik Aceh
Peristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Peristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Mengenang Tragedi Rumoh Geudong, Tindak Pelanggaran HAM Berat Masa Konflik Aceh
Tragedi HAM memang cukup meninggalkan luka pedih bagi mereka yang mengalaminya. Mirisnya, saat peristiwa itu terjadi banyak orang tidak peduli dengan betapa pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Salah satu tragedi yang memilukan dan sebuah tindakan pelanggaran HAM yang cukup berat dalah tragedi Rumoh Geudong di Provinsi Aceh. Kala itu, bertepatan dengan konflik Aceh yang berlangsung dari tahun 1989 sampai 1998.
(Ilustrasi: Pixabay)
-
Dimana peristiwa itu terjadi? Peristiwa itu diketahui terjadi di Jalan Wirasaba, Adiarsa Timur, Karawang Timur, Karawang, Jawa Barat, Minggu (21/7).
-
Mengapa TNI AU mengebom Purwodadi? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara.
-
Dimana 'Perang Guling' dilakukan? Peserta duduk berhadapan di atas balok kayu dan saling memukul dengan guling. Pemenangnya adalah yang berhasil menjatuhkan lawannya dari balok. Lomba ini menguji kekuatan dan keseimbangan peserta.
-
Apa yang terjadi pada rumah warga di Ganting? Terjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Dimana peristiwa ini terjadi? Warga Kota Purwokerto, Banyumas, dan sekitarnya diresahkan dengan kemunculan aksi koboi jalanan yang dilakukan seorang pengemudi mobil CRV di Jalan Ringin Tirto, Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas.
Periode tersebut merupakan masa-masa kelam masyarakat Aceh yang selalu dihantui dengan kematian yang entah kapan terjadi, bisa saja hari ini, besok, atau lusa. Tanah Aceh sempat ada pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) yang memicu banyak kejahatan mulai dari pembunuhan, pemerkosaan hingga hilangnya anggota keluarga.
Pilunya sebuah tragedi yang cukup tragis terjadi di rumah tradisional Aceh yang bernama Rumoh Geudong di Desa Bili, Kemukiman Aron, Glumpang Tiga, Pidie.
Asal-usul Rumoh Geudong
Mengutip berbagai sumber, rumah adat tersebut diperkirakan dibangun pada tahun 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta, seorang ulee balang atau raja perang yang tinggal di Rumoh Raya sekitar 200 meter dari Rumoh Geudong.
Rumoh Geudong kerap digunakan sebagai pos pengatur strategi perang oleh Raja Lamkuta. Setelah ia wafat, rumah tersebut dihuni oleh adiknya, Teuku Cut Ahmad, kemudian Teuku Keujren Rahman, Teuku Keujren Husein, dan Teuku Keujren Gede.
Seiring berjalannya waktu, rumah tersebut dijadikan basis perjuangan melawan tentara Jepang. Sejak itulah sampai Indonesia merdeka, rumah itu dihuni oleh Teuku Raja Umar dan keturunannya.
Menduduki Rumoh Geudong
Semua berubah ketika aparat datang ke Aceh. Dari sinilah Rumoh Geudong mulai terancam beserta seisinya. Pihak militer pun menjadikan rumah tersebut sebagai markas selama menduduki area tersebut.
Hal yang paling menyakitkan adalah ketika pihak militer melakukan apa saja dengan seenaknya bak seluruh kekuasaan ada di tangan mereka. Tanpa izin, Rumoh Geudong dengan mudah menjadi ternodai. Sebagai masyarakat asli, tentu saja memiliki insting untuk melawan.
Takdir berkata lain, masyarakat asli yang sudah mulai tersulut kemarahannya karena rumah adat mereka dinodai pun sangat kesulitan untuk melawan para aparat egois tadi.
Mimpi Buruk Mulai Datang
Tugas pihak militer yang mencari pemberontak itu pun juga menyasar kepada orang-orang yang tidak bersalah. Mereka tak lepas dari kecurigaan terhadap masyarakat Aceh, sehingga banyak sekali kejadian penyiksaan yang tiada henti.
Semakin hari, mereka semakin bertindak beringas. Siapapun yang dianggap sebagai pengacau akan dijemput paksa dan dibawa ke Rumoh Geudong. Apabila masyarakat tak bersalah itu menjawab sebuah pertanyaan yang tidak memuaskan, para aparat tidak segan untuk menyiksa mereka sampai mati.
Tak sedikit banyak nyawa yang hilang akibat tindakan keji para aparat yang selalu menaruh kecurigaan kepada masyarakat yang bergabung dengan pemberontak.
Rumoh Geudong langsung berubah menjadi rumah yang penuh darah. Jenazah-jenazah dikumpulkan dalam sebuah ruangan sebelum dikubur di lubang besar secara massal.