Kisah Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, Penumpasan Prajurit GAM oleh Pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma
Dalam pelaksanaan operasi pemulihan keamanan di Aceh oleh pemerintah berhasil meredam gerakan pemberontakan oleh prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Dalam pelaksanaan operasi pemulihan keamanan di Aceh oleh pemerintah berhasil meredam gerakan pemberontakan oleh prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kisah Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, Penumpasan Prajurit GAM oleh Pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma
Operasi Militer Indonesia di Aceh atau disebut dengan Operasi Terpadu yang melibatkan pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma ini berlangsung sejak 2001 hingga 2003 melawan pemberontak Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Operasi ini mulai dilakukan setelah ultimatum selama dua minggu agar GAM menerima otonomi khusus untuk Aceh di bawah NKRI. Aktivitas militer ini menjadi yang terbesar setelah Operasi Seroja di tahun 1975 silam.
(Foto: Pixabay)
-
Kapan perang Aceh dimulai? Perang Aceh berkobar tahun 1873.
-
Siapa pemimpin pemberontakan DI/TII di Aceh? Sosok Teungku Muhammad Daud Beureueh, Gubernur Militer yang Jadi Pemimpin Pemberontakan DI/TII di Aceh
-
Apa yang terjadi setelah Raja Aceh menyerang? Perang pun akhirnya pecah, kedua belah pihak saling membunuh satu sama lain dengan durasi yang cukup lama.
-
Di mana operasi TNI AL berlangsung? Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada III TNI Angkatan Laut menggelar Operasi Siaga Tempur Laut di perairan Papua dan Maluku yang melibatkan sejumlah kapal perang dan pasukan dari Korps Marinir serta Komando Pasukan Katak (Kopaska).
-
Mengapa Belanda menyerang Aceh? Belanda masih terus berusaha menebus pertahanan Aceh sampai tahun 1896.
-
Siapa prajurit TNI AU yang menang? Ya, prajurit TNI AU yang bernama Praka Ongen Saknosiwi ini berhasil meraih kemenangan pada gelaran Byon Combat Showbiz Vol 3.
Salah satu kelompok yang berpengaruh dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh ini adalah pasukan Batalyon Infantri 330 Tri Dharma. Mereka yang berhasil melumpuhkan panglima Gerakan Aceh Merdeka.
Peran Besar Batalyon Infantri
Mengutip situs militer.id, kala itu mereka sedang melaksanakan tugas Operasi Pemulihan Keamanan (OPK) di Aceh pada rentang tahun 2001-2002. Tepat di kawasan pegunungan Jim-Jim dan Cubo, tim II/C dari Batalyon Infantri 330 terjadi kontak senjata.
Kontak senjata tidak dapat terhindarkan antara pasukan Batalyon Infantri 330 Tri Dharma dengan kelompok GAM dalam komando Abdullah Syafi'i atau dikenal dengan Teungku Lah. Pertempuran ini berdurasi cukup panjang, dari pagi hingga menjelang sore hari.
Dari pertempuran baku tembak itu, Abdullah Syafi'i beserta pasukan GAM lainnya berhasil dilumpuhkan dan tewas.
Raih Penghargaan
Setelah melakukan kontak senjata dengan pasukan GAM, kelompok yang berada di bawah pimpinan Serka I Ketut Muliastra ini mendapatkan penghargaan berupa Wimpel Prestasi Yudha Perkasa Bhakti.
Pemberian penghargaan kepada prajurit Batalyon Infantri 330 Tri Dharma ini sebagai apresiasi negara atas keberhasilan serta prestasi dalam menjalankan tugas yang tidak mudah itu.
Menolak Ultimatum
Setelah tewasnya panglima GAM, konflik masih terus berlanjut. Pada tahun 2003, pemerintah memberikan ultimatum untuk mengakhiri perlawanan dan menerima daerah otonom khusus dalam kurun waktu 2 minggu.
Namun, tawaran dari pemerintah Indonesia itu tidak disetujui oleh GAM. Akan tetapi Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa mendesak kedua belah pihak untuk menghindari konflik bersenjata.
Tak kunjung menemukan titik terang, Presiden Megawati Soekarnoputri memberikan izin operasi militer untuk melawan separatis. Ia juga menetapkan darurat militer Aceh selama enam bulan.
Pelanggaran HAM di Aceh
Selama operasi berlangsung hampir ribuan masyarakat Aceh terbunuh sejak Mei 2003 dan sudah dipastikan itu adalah bagian dari kelompok GAM. Akan tetapi, kelomok HAM Internasional dan juga Komnas HAM menyebut bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil.
Hal ini disebabkan prajurit militer yang terlibat dalam operasi tersebut tidak bisa membedakan mana warga sipil biasa dan warga yang menjadi bagian dari kelompok GAM.
Banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tidak terekspos dan sulit sekali menegakkan keadilan bagi anggota militer. Tongkat keadilan hanya berlaku bagi prajurit berpangkat rendah saja karena hanya menerima perintah dari atasan.