Situasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai.
Tahun 2001, konflik bernuansa SARA membakar Ambon. Kota yang ratusan tahun dikenal karena kerukunan beragama, tiba-tiba berlumuran darah akibat ulah para provokator. Teror dan pembunuhan terjadi di mana-mana. Suasana Ambon seperti Sarajevo di Bosnia. Saat kerusuhan, para perusuh menjarah gudang senjata milik aparat di Tantui. Sebanyak 900 senapan, pistol dan granat hilang. Tak heran konflik di Ambon sangat berdarah. Senjata dari luar daerah dan luar negeri terus mengalir ke Ambon.
Situasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka ditakuti karena kemampuannya sebagai sniper atau penembak jitu. Dari gedung-gedung yang ditinggalkan karena kerusuhan, para sniper beraksi menghabisi warga yang tidak berdosa dari dua kelompok. Para sniper ini tidak pandang bulu. Orang-orang tidak bersalah dari kedua kelompok menjadi korbannya.Pos TNI yang terletak di tengah-tengah kedua kelompok pun terus menerus diserang. Kapten I Nyoman Cantiasa (kelak Danjen Kopassus), saat itu bertugas di Ambon. Dia menggambarkan dahsyatnya gempuran bertubi-tubi.
beber Kapten Nyoman Cantiasa dalam buku Kopassus Untuk Indonesia.
Mereka juga menggunakan aneka senjata tajam dan alat pelontar bom yang bisa menjangkau jarak 250 meter. Perwira Tim Kosektor 1 tersebut memerintahkan 10 orang prajurit naik ke atas gedung-gedung dan memantau arah kilatan senjata api. Berhasil, lokasi salah satu kelompok perusuh diketahui. Lokasi itu pun segera dihujani tembakan. Untuk beberapa hari teror berhenti. Namun rupanya para perusuh menyusun kekuatan selama itu.
Kosektor I akhirnya mengetahui para provokator di Ambon menjadikan Hotel Wijaya II sebagai markas komando mereka. Bangunan itu dipertahankan dengan aneka senjata dan para penembak jitu. Aksi para perusuh makin brutal. Tanggal 22 Januari 2001, Kosektor 1 dibantu satu kompi pasukan Batalyon Gabungan dikerahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh yang bertahan di Hotel Wijaya II. Pasukan Gabungan itu merupakan pasukan elite TNI Kopassus, Kopasgat dan Marinir.
Sekitar pukul 05.00 WIT, tim melakukan serangan mendadak. Suara ledakan dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Para pasukan elite ini bergerak cepat melakukan serangan dari satu ruangan ke ruangan. Mereka berusaha menangkap semua provokator hidup-hidup. Pertempuran sengit di gedung terjadi. Sementara TNI AL dari Lanal Ambon memblokade lautan agar tidak ada perusuh yang lari sekaligus mencegah datangnya bala bantuan. Pusat kegiatan para perusuh berada di lantai empat hotel yang dijadikan pusat komando pengendalian kerusuhan Ambon. Di sana pasukan TNI melihat berbagai peta dan rencana operasi para perusuh.
Di hotel yang luluh lantak penuh tembakan itu, aparat Yongab menemukan sisa-sisa pesta. Sebagian besar para perusuh itu pun ditangkap dalam keadaan mabuk. Ironis, di tengah warga Ambon yang ketakutan, para perusuh dan provokator ini malah berpesta di hotel yang sudah setahun terakhir mereka jadikan markas rahasia. Dari puluhan orang yang ditangkap, terdapat beberapa pecatan TNI/Polri maupun mereka yang desersi, atau lari meninggalkan tugas. Semuanya digiring untuk ditahan. Seorang perwira Yongab yang bertugas saat itu menuturkan di lokasi penggerebekan juga ditemukan narkoba, sabu dan wanita.
kata seorang mantan perwira YonGab menceritakan soal penggerebekan itu pada merdeka.com.
Setelah Hotel Wijaya II dikuasai, perlahan kekuatan perusuh di Ambon mulai menurun. Situasi pun mulai bisa dikendalikan aparat keamanan.
Akibat bentrokan tersebut, setidaknya lima orang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka.
Bentrokan Brimob dengan TNI AL diredam melalui proses mediasi para pimpinan Polri dan TNI
Bayu mengatakan informasi 3 KKB yang tertembak diperoleh dari informan dalam kelompok Yoswa Maisani.
Maruli menilai penyerangan ini karena emosi sesaat prajurit muda
Kasad melalui Pangdam IV/Diponegoro, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Boyolali atas kejadian ini.
Berdasarkan video CCTV insiden tersebut murni tindakan kekerasan.
Mabes Polri angkat suara terkait insiden pengeroyokan yang dilakukan sejumlah anggota Brimob terhadap seorang anggota TNI di Sumut.
Bentrokan antar warga pecah di sekitar Kompleks Perumahan Pemda, Kabupaten Maluku Tenggara, Selasa (20/2) malam.
Begini penjelasan Jenderal TNI usai insiden pengeroyokan prajurit TNI AL oleh Brimob.
Petugas saat ini telah menangkap terduga pelaku inisial U yang merupakan anggota dari salah satu ormas.
Video itu beredar di media sosial salah satunya diunggah akun instagram @dian_nusantara58.
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan mengungkapkan duduk perkara penyerangan Mapolres Jayawijaya.