100 Kepala Desa Aceh Tamiang Dilarang Beraktivitas
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Aceh Tamiang, Aguslina Devita, mengatakan 100 kepala desa itu sudah diperiksa kesehatannya, saat tiba di desa masing-masing. Pihak Puskesmas setempat sudah diturunkan untuk memeriksa mereka.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melarang Kepala Desa (Kades) sejumlah 100 orang yang baru kembali studi banding ke Bandung, Jawa Barat tidak beraktivitas sementara waktu. Permintaan ini untuk menangkal bila ada di antara mereka terpapar Covid-19.
Kendati mereka sudah menjalani pemeriksaan kesehatannya saat tiba di desa masing-masing. Pihak Puskesmas setempat juga sudah memeriksa kesehatan semua kades itu. Namun ada baiknya dalam upaya pencegahan mereka diminta mengisolasi diri di rumah terlebih dahulu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Aceh Tamiang, Aguslina Devita, mengatakan 100 kepala desa itu sudah diperiksa kesehatannya, saat tiba di desa masing-masing. Pihak Puskesmas setempat sudah diturunkan untuk memeriksa mereka.
"Saat tiba di sini (Aceh Tamiang) langsung diperiksa oleh petugas Puskesmas yang datang langsung ke rumah masing-masing kepala desa. Itu semua sudah ditanganin, jadi sudah diimbau untuk tidak beraktifitas di luar rumah dulu," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Aceh Tamiang, Aguslina Devita, Sabtu (21/3).
Selain itu Kades itu sementara waktu tidak berinteraksi dengan warga desa masing-masing. Sekarang mereka dalam pantauan pihak terkait semenjak kembali dari Bandung selama 14 hari.
"Tetap dipantau, karena tidak ada gejala apa-apa jadi belum ditetapkan sebagai ODP," ujarnya.
Desliana menjelaskan, 100 kepala desa itu berangkat pada tanggal 15 Maret lalu. Padahal, surat edaran bupati setempat untuk semua ASN tidak keluar daerah dikeluarkan pada 12 Maret. Namun, para kepala desa ini tetap ngotot ingin mengikuti studi banding.
"Sebelum surat itu keluar, mereka sudah beli tiket duluan. Bahkan ada yang sudah berada di Bandara, jadi kita tidak mungkin mencegahnya lagi," ujarnya.
Para kepala desa ini berangkat ke Bandung secara bertahap. Mulai dari tanggal 12 hingga 15 Maret. Mereka baru tiba di Aceh Tamiang, pada Kamis malam 19 Maret 2020.
"Begitu sampai mereka langsung diperiksa kesehatannya," ucapnya.
Katanya, Pemkab Aceh Tamiang sudah menunda Kades dari empat kecamatan lainnya yang hendak berangkat ke Bandung.
Sementara itu Direktur Rumah Sakit Umum Zainail Abidin (RSUZA), Banda Aceh, dr Azharuddin menjelaskan, hingga sekarang Aceh belum menemukan adanya yang positif corona.
Kendati demikian, pihaknya tetap melakukan pengawasan dan melengkapi fasilitas ruang isolasi. Selama ini hanya ada enam ruang isolasi, untuk menghindari lonjakan pasien, telah menambah 12 kamar dan ruang isolasi lengkap dengan fasilitasnya.
Azharuddin, mengatakan pembangunan fasilitas itu, mengingat ruang isolasi yang dimiliki RSUZA hanya enam ruang, sementara pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat ada enam orang. Tapi, empat di antaranya sudah dipulangkan karena negatif virus corona.
"Karena itu, tidak ada acara lain, kita tetap melakukan penambahan bed dan ruang isolasi untuk mengantisipasi adanya lonjakan pasien," kata Azharuddin.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang ada di kabupaten/kota, untuk tetap merawat pasien dengan gejala mirip terinfeksi corona di rumah sakit setempat. Sehingga, tidak langsung dirujuk ke RSUZA, sebelum pasien tersebut masuk dalam kategori suspect.
Menurutnya, untuk menghindari penumpukan pasien dengan gejala mirip seperti terinfeksi corona. Sejauh ini, kata dia, rumah sakit di daerah tetap melakukan komunikasi dengan pihaknya, tentang tata cara menangani pasien.
Jika pasien tersebut sudah tahap suspect corona, kata dia, pihaknya akan mengeluarkan surat rujukan dibawa ke RSUZA, untuk penanganan lebih lanjut.
Baca juga:
Menkes: Wisma Atlet Kemayoran untuk Pasien Covid-19 dengan Gejala Ringan
Satu Pasien Suspect Corona Asal Kabupaten Bekasi Meninggal Dunia
Gejala Ringan Tak Perlu ke Rumah Sakit, Cukup Isolasi Diri
Pemerintah Klaim Sudah Ambil Langkah Terukur Menangani Corona
Ini 3 Dokter yang Meninggal Terpapar Corona, 1 karena Kelelahan Tangani Pasien