1.000 Pil penenang disimpan di sepatu, 3 pelaku diamankan petugas
Asep menjelaskan penjualan obat penenang (excimer) tidak boleh sembarangan karena merupakan obat daftar G, pembeli harus melengkapi mengunakan resep dokter. Bahkan pil tersebut dapat disalahgunakan oleh para remaja untuk mabuk karena dianggap dapat menenangkan pikiran.
Sebanyak 1.000 butir obat penenang yang dijual pedagang minyak wangi di sebuah toko di Desa Gembong, Kecamatan Balaraja diamankan petugas. Warga sekitar resah dengan peredaran obat penenang tersebut.
"Ini berkat adanya laporan warga dan dikembangkan, petugas kemudian bergerak mengamankan barang bukti obat," kata Kapolresta Tangerang Kombes Pol Asep Edi Suheri, seperti dilansir Antara, Minggu (13/11).
Asep menjelaskan penjualan obat penenang (excimer) tidak boleh sembarangan karena merupakan obat daftar G, pembeli harus melengkapi mengunakan resep dokter.
Bahkan pil tersebut dapat disalahgunakan oleh para remaja untuk mabuk karena dianggap dapat menenangkan pikiran.
Ketika digerebek petugas, Mn (35) sebagai pemilik toko dan Ti (28) sebagai karyawan mengelak menjual obat penenang.
Petugas tidak begitu saja percaya, semua barang yang dicurigai dalam toko digeledah, ternyata obat penenang itu disimpan dalam sejumlah sepatu.
"Tindakan tersebut tidak lazim bila seseorang yang menyimpan obat dalam sepatu," kata mantan Wakapolres Bekasi itu.
Polisi kemudian menahan tiga pelaku di Mapolsek Balaraja yakni Mn, Ti dan Wi (25) yang merupakan rekan Ti untuk pengembangan lebih lanjut. Para pelaku diseret dengan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman hukuman diatas 10 tahun penjara.
Menurut dia, bahwa saat ini kasus tersebut diusut petugas dari Polsek Balaraja dan dilakukan pengembangan perkara.
Pengembangan berupa pemasok obat, pembeli serta aspek lain untuk melengkapi berkas diajukan ke meja hijau PN Tangerang.
Baca juga:
Metro mini tabrak separator di Cipondoh, kernet tewas terpental
Razia narkoba di hotel melati kawasan Tangerang, 5 orang positif
Wapres JK telepon Antasari mengajak bertemu
Lagi antar sabu, Yus diciduk polisi di jalan
Jadi pengedar sabu, Brigadir SS diciduk di asrama polisi
BNN apresiasi Gubernur Kalteng dukung tembak mati bandar
-
Kenapa penonton konser di Tangerang marah dan membakar panggung? Kesal sudah membeli tiket namun tidak bisa menonton band idola, sejumlah penonton konser mengamuk. Mereka hilang kendali, menumpahkan kekesalan dengan membakar sound system dan panggung. Harga tiket yang dibanderol Rp115.000 makin menambah kekesalan mereka.
-
Bagaimana narasi Prabowo menolak Kaesang menyebar? Beredar sebuah video bernarasikan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta.Video yang diunggah akun YouTube ONE NATION pada 6 Juni 2024, bernarasi; TEPAT MALAM JUMAT:bangbang:PRABOWO MELAWAN PERINTAH JKW, TOLAK MENTAH2 KAESANG JADI GUBERNUR DKIKABAR MENGGEMPARKANPRABOWO LAWAN PERINTAH JKWTOLAK MENTAH2 KAESANG JADI GUBERNUR DKI
-
Siapa yang mengeluh tentang honor guru ngaji di Tangerang? Saat itu, Mahfud mendengarkan keluhan guru ngaji asal Tangerang Selatan (Tangsel) yang mengaku hanya menerima honor sebesar Rp250 ribu per bulan.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
-
Bagaimana Jembatan Kaca Berendeng menggambarkan keragaman di Kota Tangerang? “Tidak hanya sebagai jembatan penghubung, Jembatan Kaca Berendeng juga menjadi ikon yang merepresentasikan heterogenitas kebudayaan di Kota Tangerang,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang, Rizal Ridolloh, melalui keterangan tertulis.