138 Kali Bencana Terjadi di Sumsel Sepanjang 2021, Kebakaran Rumah Mendominasi
Hingga Oktober 2021, 138 kali bencana terjadi di wilayah Sumatera Selatan. Dari jumlah itu, kebakaran rumah penduduk mendominasi yang tercatat sebanyak 92 kali.
Hingga Oktober 2021, 138 kali bencana terjadi di wilayah Sumatera Selatan. Dari jumlah itu, kebakaran rumah penduduk mendominasi yang tercatat sebanyak 92 kali.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengungkapkan, bencana hidrometeorologi di provinsi itu masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakatnya. Hanya saja tahun ini lebih dominan terjadi kebakaran rumah penduduk.
-
Kapan tanah laterit terbentuk? Ini karena tanah laterit memiliki banyak kandungan zat besi dan alumunium. Unsur hara dalam tanah ini sudah hilang karena larut oleh curah hujan yang tinggi.
-
Apa yang mendorong munculnya perkebunan rakyat di sekitar perkebunan kelapa sawit besar di Sumatra? Sehingga kehadiran perkebunan besar ini mendorong munculnya perkebunan rakyat di sekitarnya.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Kapan terowongan bawah tanah itu diduga dibangun? Terowongan ini diyakini sudah ada sejak tahun 1531, saat kota ini didirikan.
-
Bagaimana Kiras Bangun menggalang kekuatan di Sumatera Utara? Ia berjuang demi kemerdekaan Indonesia dengan cara menggalang kekuatan lintas agama di Sumatra Utara khususnya Kabupaten Karo.
"Sudah ada 138 kali kejadian bencana, paling banyak kebakaran rumah, angkanya juga sangat tinggi, sampai 92 kejadian," ungkap Deru, Rabu (17/11).
Dalam catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kejadian angin puting beliung juga cukup sering, yakni sebanyak 20 kali. Bencana lain disusul banjir 15 kejadian, longsor dan banjir bandang masing-masing 5 kali.
"Bencana-bencana itu membuat 4.874 kepala keluarga terdampak," ujarnya.
Herman menambahkan, bencana alam cenderung lebih dominan terjadi pada saat musim hujan. Sebab, kondisi geografis daerah di Sumsel terbagi dalam dataran tinggi dan rendah.
Semisal di Pagaralam, Lahat, Muara Enim, dan Ogan Komering Ulu Selatan, rentan terjadi tanah longsong, banjir bandang, dan puting beliung karena berada di perbukitan dan pegunungan. Sementara di Sumsel bagian timur seperti Palembang, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Ogan Ilir, berada di dataran rendah dan perairan sehingga membuat banjir menjadi ancaman setiap datangnya musim hujan.
"Dataran tinggi rawan banjir bandang, longsor, dan angin puting beliung, sedangkan dataran rendah rentan terjadi banjir, belum lagi luapan sungai," ujarnya.
Oleh karena itu, dia berharap instansi terkait harus mengantisipasi terjadinya bencana di saat musim hujan. Personil dan kelengkapan peralatan mesti disiapkan sejak dini agar dampak lebih berbahaya dapat ditekan.
"Masyarakat juga perlu disosialisasikan, lakukan mitigasi sejak dini," kata dia.
Kepala Pelaksana BPBD Sums Iriansyah mengatakan, kewaspadaan bencana hidrometeorologi akan berakhir hingga awal tahun depan. Bencana alam masih mengancam hampir seluruh wilayah itu.
"Mayoritas daerah di Sumsel rawan terjadi bencana alam, perlu diwaspadai," terangnya.
Dalam kesiapsiagaan dan penanganan, setidaknya 850 personel disiapkan, belum termasuk dari TNI dan polri. Peralatan dinilainya sudah mencukupi sehingga siap diturunkan ke lokasi bencana dengan cepat.
"Bantuan selama terjadinya bencana juga akan disalurkan, pasokan tersedia," pungkasnya.
Baca juga:
Polisi Ambil Sampel Sisa Fluida Kebakaran Kilang Pertamina Cilacap
Diduga Sebabkan Kebakaran 37 Rumah di Jakut, Seorang Warga Diamankan Polisi
Kebakaran Pabrik Penggilingan Kapas di Pasar Rebo
5 Kasus Jadi Atensi Kapolri: Begal di Palembang hingga Kebakaran Karma Beach Bali
Rekaman CCTV Terdapat Petir Sebelum Kilang Pertamina Cilacap Terbakar
Restoran Karma Beach Bali Terbakar, Kerugian Sekitar Rp20 Miliar