17 Ribu Warga Mengungsi Akibat Gempa Gresik
Warga mengungsi karena masih trauma gempa susulan yang hingga kini masih terjadi.
Warga mengungsi karena masih trauma gempa susulan yang hingga kini masih terjadi.
- Gempa Susulan Berlanjut di Kepulauan Bawean, Jumlah Pengungsi Bertambah Jadi 34 Ribu Jiwa
- Trauma Pascagempa, 10 Ribu Warga Bawean Memilih Tinggal di Pengungsian
- BNPB: 58 Kali Gempa Susulan Guncang Tuban, Pulau Bawean, Gresik dan Surabaya
- Gempa Susulan 15 kali, Kerusakan Bangunan Terjadi di Pulau Bawean dan Tuban
17 Ribu Warga Mengungsi Akibat Gempa Gresik
Peristiwa gempa di timur laut Tuban atau lebih dekat dengan perairan Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur menyebabkan 17 ribu jiwa lebih mengungsi dari tempat tinggal. Warga mengungsi karena masih trauma gempa susulan yang hingga kini masih terjadi.
Adapun jumlah pengungsi di Kabupaten Gresik berhasil didata BPBD Provinsi Jawa Timur hingga Minggu (24/3) pukul 12.00 WIB. Rincian BPBD Jawa Timur jumlah pengungsi anak 6.277 jiwa, dewasa 8.833 jiwa dan pengungsi lansia 2.534 jiwa.
Berdasarkan laporan disampaikan BPBD Provinsi Jawa Timur, tercatat terjadi gempa susulan 238 kali dengan lokasi 132 kilometer Timur Laut Tuban.
BPBD Kabupaten Gresik telah mendirikan posko penanganan darurat gempa bumi di Desa Dekatagung, Desa Lebak dan di pendopo Kantor Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Dampak Gempa
Sementara itu, hasil kaji cepat BPBD Provinsi Jawa Timur juga menghimpun total jumlah dampak kerusakan akibat gempa dirasakan dampaknya hingga ke Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan, Kota Surabaya, dan Kabupaten Tuban. Di antaranya total rumah rusak ringan 2.654 unit, rumah rusak sedang 1.177 unit, dan rumah rusak berat 779 unit.
Selain rumah, gempa juga menyebabkan 78 sekolah rusak, lima rumah sakit, 156 tempat ibadah dan delapan gedung.
Untuk melakukan upaya penanganan darurat di lapangan, BPBD Provinsi Jawa Timur melakukan koordinasi dan mengirimkan bantuan untuk warga terdampak berupa peralatan dan permakanan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto bersama Penjabat Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono langsung bergegas ke Pulau Bawean menggunakan helikopter untuk melihat langsung dampak gempa dan memastikan penanganan darurat bencana berjalan dengan baik.
Selain itu, Suharyanto juga memberikan simbolis bantuan kepada warga terdampak dan melakukan dialog dengan warga terdampak.
Kepala BNPB memastikan bahwa rumah warga yang rusak akibat gempa akan dibangun kembali dengan kualitas yang lebih baik oleh pemerintah, sesuai aturan yang berlaku.
"Saat ini kami terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD Kabupaten/Kota, Kementerian PU, Basarnas, dan BMKG untuk menentukan langkah-langkah mitigasi bencana dan percepatan penanganan pasca gempa," kata Penjabat Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono, Minggu (24/3).
Dalam kesempatan ini, Adhy menyampaikan agar masyarakat tidak panik apabila terjadi gempa susulan.
"Bila memungkinkan untuk keluar, segera keluar ke lapangan terbuka. Namun bila tidak memungkinkan gunakan meja atau benda kokoh lainnya untuk berlindung di bawahnya," kata Adhy.
Sementara itu, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan bahwa seluruh tim BPBD tingkat provinsi maupun kabupaten/kota telah bersiap untuk melakukan mitigasi bencana dan penanganan pasca terjadinya gempa bumi.
"Sejak kemarin kami terus berkoordinasi, terutama dengan BPBD di daerah-daerah terdampak. Semua personel sudah siap siaga melakukan mitigasi bencana di daerah-daerah terdampak," kata Gatot.
Diketahui, sejak Jumat (22/3) berdasarkan catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan menyebutkan, telah terjadi gempa bumi di Laut Jawa dengan parameter OT: 11.22.45 wib Latitude :5,79 LS Longitude: 112,32 BT
Magnitudo 6,0 dengan kedalaman:10 km.
Gempa tersebut terjadi di laut 126 km Timur Laut Tuban. Gempa dirasakan mulai dari Pulau Bawean, Gresik; Tiban, Jepara, Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Sampit, dan Barito Kuala.
"Penyebab gempa, sesar lokal di Laut Jawa dengan mekanisme sumber pergerakan sesar geser (strike slip). Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami," tegas Kepala Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan, Jumat (22/3).