20.511 Balita di Jawa Tengah Terserang ISPA, Kenali Gejalanya Berikut Ini
Data itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
Data itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
20.511 Balita di Jawa Tengah Terserang ISPA, Kenali Gejalanya Berikut Ini
Bagi masyarakat yang mengalami batuk, pilek, demam bisa segera dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat. Khususnya kepada bayi dan balita yang alami makan serta menyusunya berkurang.
"Kalau balita, dikhawatirkan pnemoni. Jadi datang ke Faskes untuk dilakukan screening dengan cara apakah ada tarikan dinding dalam, sesak napas atau tidak, untuk mengindikasi sedini mungkin," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Rahmah Nur Hayati, Rabu (12/7).
- 22.823 Balita di Jakarta Kena Stunting, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini
- Dinkes DKI: 41.000 Balita Terkena ISPA Sepanjang Juni-Juli 2023
- Data Korlantas: Tiap 1 Jam 3 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas, WHO Layangkan Teguran
- Cerita Haru Casis TNI Gagal Daftar 9 Kali, Terakhir Umurnya Sudah Lewati Batas 'Tuhan Punya Rencana Lain'
Dia meminta masyarakat waspada, khsususnya bagi orang tua yang memiliki balita lantaran masih tingginya angka kematian pada bayi dan balita karena pneumonia.
"Untuk kasusnya (ISPA), Januari-Juni itu fluktuatif. Antara tiga ribu sampai empat ribuan. Jadi tidak ada kenaikan, tetap sama. Tapi memang ada sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya," kata dia.
Terkait pencegahanya ISPA, Dinkes Jateng meminta masyarakat untuk senantiasa menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kemudian apabila alami batuk, diimbau untuk senantiasa memakai masker ketika berpergian.
"Ini kan belum ada kenaikan, karena kan masih awal ya badai El Ninonya. Jadi jangan lupa makan makanan bergisi juga. Terus jaga kesehatan dan istirahat yang cukup," ujar dia.
Sedangkan mengenai pnemoni banyak penyebabnya di antaranya mikroorganisme, lingkungan seperti orang tua perokok, polusi udara di dalam rumah, asap pembakaran sampah, hingga asap tungku kayu yang bisa meningkatkan risiko pada bayi dan balita.
Sedangkan mengenai pnemoni banyak penyebabnya di antaranya mikroorganisme, lingkungan seperti orang tua perokok, polusi udara di dalam rumah, asap pembakaran sampah, hingga asap tungku kayu yang bisa meningkatkan risiko pada bayi dan balita.
"Maka tahun ini, pemerintah sangat konsen pada pnemoni, salah satunya dengan vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) yang dulu tidak dibiayai pemerintah, saat ini sudah di gratiskan," tutupnya.
Penyebab ISPA harus diketahui sejak dini. ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut sangat mudah menular serta dapat diderita siapa saja. Terutama pada anak-anak dan lansia. Infeksi di saluran pernapasan ini biasanya akan menimbulkan gejala seperti batuk dan pilek yang disertai demam.
ISPA disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi virus atau bakteri. Jangan menyepelekan penyakit ini terutama saat masih berada di tengah pandemi Covid-19. Sebab, beberapa penyakit yang termasuk ke dalam ISPA salah satunya adalah Covid-19.
merdeka.com
Lantas apa saja penyebab ISPA, gejala dan cara mengobatinya? Melansir dari laman Alodokter, Kamis (6/5), simak ulasan informasinya berikut ini.
Sebelum mengetahui penyebab ISPA, ada baiknya mengenal terlebih dahulu penyakit ini. ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut. Sesuai namanya penyakit ini timbul akibat adanya infeksi atau peradangan di saluran pernapasan. Mulai dari hidung hingga paru-paru. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh adanya virus. Sehingga bisa disembuhkan dengan sendirinya tanpa antibiotik atau pengobatan khusus. Meski begitu, terdapat sejumlah virus yang kerap kali menyebabkan seseorang menderita ISPA. Virus-virus inilah yang nantinya menjadi penyebab ISPA.
Ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab ISPA pada seseorang. Penyebab ISPA adalah adanya infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan.
Adapun beberapa jenis virus yang menjadi penyebab ISPA adalah Virus Influenza, Parainfluenza virus Rhinovirus, Adenovirus Respiratory syntical viruses (RSVs), Virus Covid-19 atau Corona.