3 Terpidana terorisme jaringan Santoso dipindah ke Lapas Makassar
Mereka sebelumnya ditempatkan di Rutan Kelapa Dua Mako Brimob, Depok.
Tiga terpidana kasus terorisme jaringan teroris Santoso yang ditahan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I, Makassar, Kamis, (21/4).
Tiga terpidana terorisme akan melanjutkan hukumannya di Makassar. Mereka dikawal 15 orang pengamanan, terdiri 11 orang dari tim Satgas anti terorisme Kejaksaan Agung dan empat orang lainnya personel Densus Anti Teror 88.
Kedatangannya di Bandara Sultan Hasanuddin dijemput tim Kejari Makassar. Di antaranya Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum) Kejari Sulsel, Zulkarnaen Andi Lopa dan personel Kepolisian.
"Ketiga terpidana ini dari Jakarta tiba di Bandara Sultan Hasanuddin pukul 14.00 WITA tadi dan langsung digiring ke Lapas di jl Alauddin," kata Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Makassar, Deddy Suardy Surachman kepada wartawan, Kamis (21/4).
Deddy menjelaskan, ketiga terpidana terorisme tersebut adalah Hasan Zahabi alias Abu Yasid alias Hasan Ayam (30), warga asal Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang berprofesi sebagai penjual ayam potong, dan istrinya bernama Rosmawati alias Ros alias Umi Yasid (34) juga warga Kabupaten Poso. Selanjutnya Farid Ramli Hamzah alias Farid alias Ramli (35), warga asal Kecamatan Pallu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Deddy menuturkan, Hasan Zahabi alias Abu Yasid divonis 5 tahun 4 bulan dan denda Rp 50 juta, subsider 1 bulan pada 17 November 2015 lalu. Laki-laki yang hanya mengecap pendidikan hingga jenjang SMP ini, divonis bersalah dalam kasus tindak pidana terorisme.
Dia mengikuti pemantapan latihan tadrib Asykari dengan materi latihan perang membuat bom rakitan, untuk melatih kekuatan fisik dan mental menghadapi kaum kafir, polisi dan anggota TNI.
Adapun Rosmawati istrinya, divonis 3 tahun penjara dan denda Rp 50 ribu pada 11 November 2015 lalu. Dia terlibat dalam kegiatan terorisme jaringan Santoso itu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan Santoso, berupa latihan militer yang dilakukan di gunung Biru Tamanjeka, Kabupaten Poso pada Juni 2012 lalu. Juga memberikan rekening pribadinya untuk dijadikan sebagai tempat penerima kiriman uang yang dibutuhkan kelompok Santoso.
Kemudian Farid Ramli Hamzah divonis 6 tahun 8 bulan penjara pada 8 Juni 2015 lalu. Dia dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana terorisme dengan ikut latihan militer sebagaimana yang dilakukan Abu Yasid. Dia juga melakukan aksi pencurian sepeda motor yang uang hasil penjualannya sebagian diserahkan ke kelompok Santoso.
"Terpidana Hasan Zahabi alias Abu Yasid dan Farid Ramli Hamzah ditahan ke Lapas Klas I Makassar sementara yang perempuan bernama Rosmawati alias Ummi Yasid ditahan di Lapas Bolangi, Kabupaten Gowa," tutur Deddy.
Setelah tiga orang ini, berarti terpidana teroris yang dipindahkan ke Makassar dan Gowa hingga hari ini sudah delapan orang. Sebelumnya, Rabu kemarin (20/4), dua terpidana terorisme jaringan Noordin M Top dan Doktor Azhari juga dipindahkan. Mereka adalah Nur Candra bin Darisa alias Jaju, alias Burhan, alias Faruk alias Rahmat. Perannya dalam tindak pidana terorisme adalah memberikan perlindungan kepada Noordin M Top dan Doktor Azhari. Dituntut 5 tahun penjara, divonis 4 tahun.
Lalu Asrul Riadi alias Nasrullah, perannya mengetahui peristiwa peledakan bom di pasar Poso saat natal tahun 2012.
Pada Oktober 2015 lalu, tiga terpidana tindak terorisme juga dipindahkan ke Lapas Klas I Makassar. Mereka adalah Riyanto alias Ato Margono alias Abu Ulya (32). Kemudian Ambo Intan alias Zubair alias Ali bin Cora (26) dan Muhammad Fadli Gani Ibrahim alias Rodik alias Mamat (25). Ketiganya ini adalah juga komplotan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
Baca juga:
Napu, wilayah terpencil namun terpenting dalam perburuan Santoso
Beratnya perjuangan anggota TNI-Polri buru teroris Santoso
Perjuangan berat Satgas Operasi Tinombala buru teroris Santoso
Terpecah, anggota merasa dimanfaatkan Santoso jaga istrinya
Kelakuan Santoso ini bikin anak buah tak lagi loyal
Kelompok Santoso pecah karena gagal cuci otak, logistik & istri
Tak adil bagi-bagi makanan, banyak anggota Santoso kabur dari hutan
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Kapan longsor Tana Toraja terjadi? Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Palangka, Kecamatan Makale, dan Dusun Putu, Lembang Randang Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
-
Kapan tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Kapan Prabowo dan Titiek Soeharto memutuskan untuk bercerai? Namun sayang, keduanya memutuskan bercerai pada tahun 1998.
-
Kenapa Mayjen Moestopo membentuk pasukan Terate? Alih-alih menertibkan para pembuat onar di masyarakat, Mayjen Moestopo justru memberdayakan mereka untuk ikut berjuang dalam perang revolusi.
-
Siapa yang menulis kesan terhadap Tirto Adhi Soerjo dalam artikel "Mangkat"? Seorang anak didik Tirto Adhi Soerjo lainnya, Mas Marco Kartodikromo, menulis kesan terhadap gurunya itu melalui artikel bertajuk "Mangkat" yang dimuat di surat kabar Djawi Hisworo edisi 13 Desember 1918.