4 fakta menarik soal gerhana bulan total
Gerhana bulan total yang terjadi pada Sabtu petang menjadi fenomena yang cukup istimewa.
Gerhana bulan total yang terjadi pada Sabtu petang menjadi fenomena yang cukup istimewa. Di Jakarta, Planetarium, Taman Ismail Marzuki (TIM) menjadi salah satu lokasi yang dipadati masyarakat Jabodetabek untuk menyaksikan peristiwa langka itu.
Keistimewaan tersebut karena gerhana bulan terjadi bertepatan dengan malam Paskah, seperti yang diprediksi dalam Alkitab. Selain itu gerhana kali ini menjadi gerhana dengan durasi terpendek yakni kurang dari 5 menit. Tidak hanya itu, gerhana bulan serupa bakal terjadi pada September depan.
Peristiwa gerhana bulan total ini merupakan urutan ketiga dari gerhana bulan tetrad yang merupakan suatu rangkaian dari empat gerhana bulan total secara berturut-turut yang terjadi tanpa diselingi oleh gerhana bulan sebagian ataupun gerhana bulan penumbra.
Dua gerhana bulan total lebih dulu terjadi yakni pada tahun 2014 tepatnya pada 15 April 2014 dan 8 Oktober 2014. Gerhana bulan total yang ke-4 sekaligus menjadi yang terakhir dari seri tetrad ini akan terjadi pada 28 September 2015.
Adapun fakta-fakta menarik dalam gerhana bulan tadi malam, seperti dihimpun merdeka.com, Minggu (5/4):
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di Bulan? Baru kali ini ilmuwan menemukan hal-hal yang tidak biasa saat mereka mengamati Bulan. Bulan dipenuhi dengan berbagai macam sisa benda luar angkasa yang sudah ditinggalkan dan rusak. Benda-benda itu berasal dari kecelakaan berbagai macam misi yang dijalankan oleh sejumlah badan antariksa. Namun, dari berbagai sisa benda yang ada, terdapat dua benda yang tinggal dan membentuk dua kawah besar di Bulan.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang gua di Bulan? Ilmuwan Italia yang memimpin penelitian ini menyampaikan pada Senin (15/7), ada bukti gua yang cukup besar, dapat diakses dari lubang terdalam yang diketahui di Bulan.
-
Bagaimana para ilmuwan menemukan gua di Bulan? Dalam tulisannya di jurnal Nature Astronomy, para peneliti menyatakan mereka menganalisis pengukuran radar oleh Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) NASA dan membandingkan hasilnya dengan tabung lahar di Bumi.
-
Mengapa gerhana matahari total menarik perhatian ilmuwan? Peristiwa ini menawarkan kesempatan unik bagi para ilmuwan untuk mempelajari korona matahari, yaitu lapisan luar atmosfer matahari yang biasanya tersembunyi oleh cahaya terang dari matahari itu sendiri.
-
Dimana penyelam melakukan penelitian tentang gurita? Klip tersebut diambil di perairan Great Barrier Reef di lepas pantai timur laut Australia dan berasal dari serial dokumenter National Geographic yang berjudul Secrets of the Octopus.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
Sesuai yang tertulis di Alkitab
Sebuah peristiwa langka dari antariksa terlihat dari bumi. Gerhana bulan darah atau Blood Mood muncul di malam Paskah, sesuai dengan prediksi Alkitab.
Dikutip dari Daily Mail (01/04), di Alkitab versi Raja James (Yoel 2:31), tertulis "Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu". Nah, beranjak dari hal itulah seorang Pastur dari Amerika, John Hagee, menyatakan bila hal besar akan terjadi pada umat manusia.
Berdasarkan buku berjudul 'Four Blood Moons' karya Hagee, gerhana bulan berdarah yang akan terjadi pada hari Paskah nanti adalah tanda kejadian besar terjadi di Timur Tengah yang berhubungan dengan Israel. "Aku percaya kita akan melihat sesuatu yang dramatis terjadi di Timur Tengah yang menyangkut Israel. Dan hal itu akan berdampak besar bagi seluruh dunia," ujar Pastur Amerika itu.
Entah kebetulan atau tidak, gerhana bulan darah yang terjadi Sabtu (4/4) kemarin adalah gerhana bulan darah ketiga dalam rentetan empat gerhana bulan darah (tetrad blood moons) dalam kurun waktu tua tahun ini. Oleh sebab itu, banyak pihak yang percaya bila gerhana tersebut sarat akan nuansa religius.
Gerhana bulan tersingkat di abad ini
Gerhana bulan yang terjadi bertepatan dengan malam Paskah menjadi gerhana bulan terpendek semenjak 500 tahun lalu dan menjadi gerhana bulan tersingkat di abad ini. Peristiwa langka tersebut hanya berlangsung kurang dari 5 menit.
"Gerhana bulan total ini tidak seperti gerhana bulan pada tahun 2007 di mana durasinya lama hampir 1 jam lebih," kata Panitia Planetarium Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Cecep Nurwendaya, di Planetarium, Jakarta, Sabtu (4/4).
Selain itu, gerhana bulan total Sabtu kemarin merupakan yang ketiga dalam seri gerhana bulan tetrad. "Ini adalah rangkaian dari gerhana bulan tetrad. Ini yang ketiga dalam dua tahun berturut turut tadi," ujar Cecep.
Pancarkan warna merah tanda polusi parah
Panitia Planetarium Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Cecep Nurwendaya, mengatakan pada saat gerhana bulan total terjadi, bulan akan memancarkan warna merah. Cecep menjelaskan, semakin merah penampakan warna bulan yang terlihat di suatu wilayah saat gerhana bulan total, merupakan tanda semakin buruknya polusi di wilayah tersebut.
"Hubungan gerhana bulan total dengan polusi ini menarik ya. Ternyata semakin serius indikasi polusi udara di suatu tempat itu akan ditandai semakin merahnya tanda warna bulan pada saat kita melihat gerhana bulan total," ujar Cecep di Planetarium, Jakarta, Sabtu (4/4).
Cecep mengatakan banyak orang yang takjub dengan warna merah tembaga pada saat melihat gerhana bulan total. Padahal, katanya, hal itu merupakan indikasi polusi yang tinggi di daerah tersebut.
"Jadi kita jangan bangga kalau di kota besar melihat 'wah warnanya menarik sekali merah sekali. Ya kita sedih, itu menunjukkan bahwa ada masalah dengan polusi kita," ujarnya.
Masyarakat antusias lihat gerhana bulan
Ratusan pengunjung memadati Gedung Planetarium di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya nomor 73, Jakarta Pusat. Mereka datang untuk menyaksikan gerhana bulan total yang berlangsung pukul 16.00 WIB - 22.00 WIB.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, pengunjung terdiri dari keluarga maupun pasangan kekasih yang datang dari Jabodetabek.
"Saya sengaja ajak anak-anak saya untuk menonton gerhana bulan di sini. Ini Pertama kalinya," ujar ibu berjilbab yang mengaku dari Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (4/4).
Untuk menyaksikan gerhana bulan panitia membaginya dalam beberapa sesi. Para pengunjung pun diminta untuk mengisi daftar hadir yang disediakan di meja panitia.